Minggu, 24 April 2011

Acara Pembukaan Maha Istagosti 2011

Acara Pembukaan Maha Istagosti 2011 yang merupakan Pertemuan Panca Warsa ke-2 sekaligus Rakernas Organisasi Kerohanian Hindu Yayasan ISKCON-INDONESIA diselenggarakan di Ruang Serbaguna Kebun Raya Bedugul pada hari Jumat 22 April 2011. Acara diikuti oleh sekitar 321 peserta yang terdiri dari Para Pengurus Pusat , Para Pengurus Daerah , perwakilan center-center dari Bali , Jawa , Sumatera , Kalimantan dan Nusa Tenggara Barat. Sejumlah pejabat daerah juga hadir pada acara pembukaan diantaranya Ketua PHDI Propinsi Bali , Kepala Kanwil Kementrian Agama Propinsi Bali , Kepala Badan Kesbangpollinmasda Propinsi Bali , Ketua PHDi Kabupaten Tabanan , Camat Baturiti , Kapolsek Baturiti , Danramil Baturiti , Kepala Desa Candi Kuning dan sejumlah tokoh lainnya. Pembukaan dilakukan oleh Ketua PHDI Propinsi Bali Bapak DR. Drs I Gusti Ngurah Sudiana , M.Si. Sebelum acara pembukaan yang berlangsung pukul 10.30 , juga diisi dengan sejumlah sambutan-sambutan , laporan ketua panitia , Pesan-pesan Veda dari Sri Sriman Ida Waisnawa Pandita Damodara Pandit Dasa ( Guru Pandita ) , Pembacaan Kitab Suci Veda ( Veda Vakya ) serta Pujian Nama-Nama Suci Tuhan. Juga tak kalah ditampilkan Tabuh Bali dan tarian penyambutan. Acara berlangsung dengan penuh nuansa rohani dan penuh suasana kedamaian dan keakraban

Buku-Buku Terbaru ISKCON-INDONESIA

Telah tersedia buku-buku penunjang dan penuntun bhakti yang diterbitkan oleh Badan Informasi dan Penyiaran (Information and Broadcasting Body - IBB ) Organisasi Kerohanian Hindu ISKCON-INDONESIA :

1. Guru Karna-Dhara ( edisi ke-2 / revisi )
2. Buku Panduan Organisasi Kerohanian Hindu ISKCON-INDONESIA
3. Sinar Matahari Spiritual Sri Caitanya Memancar dari Sri Sri Krishna Balarama
Untuk informasi dan pemesanan dapat menghubungi IBB ISKCON Indonesia email : iskcon_ind@yahoo.com

" Cara Hidup Suci dalam Agama Hindu "


Cara Hidup Suci dalam Agama Hindu.
oleh Sri Sriman Ida Waisnawa Pandita Damodara Pandit Dasa.

( disampaikan pada Maha Istagosti Organisasi Kerohanian Hindu
Yayasan ISKCON-INDONESIA di Bedugul , Tabanan ,22 April 2011 )

Jika kita teliti secara cermat , hampir setiap orang ingin menjadi orang suci bahkan ada sekalangan orang senang kalau dikatakan suci. Yang lebih serius lagi berbuat sesuatu agar orang memandangnya suci. Sehingga tidak sedikit orang memanfaatkan atas nama kesucian untuk tujuan-tujuan tertentu yang sifatnya material. Kadang-kadang orang suka disebut suci tapi tidak suka hidup yang suci. Karena itulah sesungguhnya yang paling tepat jadilah orang suci bukan menjadi orang yang dikatakan suci. Rumus seperti ini banyak orang tidak memahami dan banyak orang tidak mau menjalani terlebih di jaman kali. Karena itulah di jaman kali ini disebutkan kemerosotan nilai-nilai kesucian.

Pada saat kita melangkah menuju kesucian hal itu berarti kita datang untuk mendekati Tuhan , karena Tuhanlah sumber kesucian itu dan Tuhanlah yang akan memutuskan tingkat kesucian itu . Sementara manusia harus berusaha dengan tegas.  Secara umum orang tidak paham bagaimana disebut dengan suci , sama dengan bersih apa yang diseeut dengan bersih. Bersih artinya bebas dari noda-noda kekotoran , demikian juga suci artinya bebas dari noda-noda dosa. Artinya orang yang bebas dari dosa itulah yang disebut dengan orang suci.

Siapakah yang mengatakan bebas dari dosa? Yang bisa mengatakan bebas dari dosa adalah Tuhan Sri Krishna. Seperti ayat berikut:
“ Tuhan Sri Krishna mengatakan kepada Arjuna , “ Wahai yang tidak berdosa ( Bhagavad Gita 14.6 ) , Sementara orang-orang yang menyebutkan orang lain suci itu hanya sebagai penghormatan saja bukan sebagai ucapan yang jujur. Karena itu sesungguhnya jika kita ingin suci buatlah agar Tuhan yang mengatakan agar kita suci. Seperti yang dijelaskan tadi orang-orang suci adalah orang yang bebas dari dosa.
Rumus bebas dari dosa adalah Tuhan Sri Krishna mengatakan ,
“ sarva-dharman parityajya mam ekam saranam vraja
Aham tvam sarva-papebhyo moksayisyami ma sucah ‘
Tinggalkanlah segala jenis dhrama dan hanya menyerahkan diri kepada-ku. Aku akan menyelamatkan engkau dari segala reaksi dosa. Jangan takut.
Berdasarkan ayat ini maka keputusan dari dosa adalah dari Tuhan Sri Krishna. Sekarang kita dituntut pengakuan kita secara jujur sebagai manusia , apakah kita mau jadi orang suci atau mau menjadi orang muci? Orang suci adalah bebas dari dosa , hidup dalam kehidupan rohani. Sementara orang muci hidup penuh dosa , dalam gelimangan dunia material.

Jika kita ingin hidup suci dekatilah Tuhan dengan cara mengikuti petunjuknya seperti ayat diatas. Jika ingin muci jauhilah Tuhan dengan menentang ayat diatas. Pilihan tetap diberikan kepada diri kita sendiri.

Sekiranya kita memang serius untuk hidup suci marilah kita mencoba untuk melangkah menuju keinginan daripada Tuhan agar Tuhan memberikan kkita kesempatan untuk membebaskan diri kita dari dosa. Dengan memohon bimbingan kepada Tuhan melalui wakil beliau yaitu para guru kerohanian parampara yang berada dalam garis perguruan rohani sampradaya. Karena garis perguruan sampradaya ini adalah turun dari Tuhan sendiri dalam rangka untuk tujuan seperti itu. Mengapa kita harus hidup suci karena Tuhan ingin mengajak kita ke dunia rohani. Di dunia rohani di kerajaan Tuhan semua orang adalah suci , tiada noda sedikitpun.

Tuhan menurunkan garis perguruan dengan kitab suci sebagai sabdanya sehingga terbentuklah sebuah agama yaitu Agama Hindu agar setiap orang tidak berspekulasi tentang kesucian. Begitu kita beragama dan memakai lebel agama itu berarti bahwa orang wajib menempuh hidup yang suci. Inilah yang disebut rumus agama. Jadi Hindu jelas mengajarkan tentang rumus kesucian dan dijamin sepenuhnya. Cara hidup suci seperti apa yang Tuhan inginkan sehingga Tuhan menurunkan kitab suci dan para guru kerohanian adaah untuk mengajak kita agar menempuh tahap demi tahap prose situ. Sehingga orang yang ingin suci harus mulai dari sejak awal untuk datang kepada para guru kerohanian. Seperti dijelaskan dalam Bhagavad Gita Bab 4 ayat 34.

Proses penyerahan diri kepada Tuhan melalui guru kerohanian adalah proses yang mutlak dibutuhkan. Dimana wujud penyerahan diri seseorang kepada Tuhan dilihat secara nyata melalui guru kerohanian. Sehingga orang harus menyerahkan diri kepada guru kerohanian dan mengabdikan diri seluruhnya kepda beliau. Wujud pengabdian dan penyerahan diri itu seseorang diberikan diksa oleh guru kerohanian. Secara sederhana diksa artinya pembebasan seseorang dari perbuatan yang berdosa dengan mengikuti bimbingan dari guru kerohanian , baik dosa yang lampau , sekarang maupun yang akan datang. Dasar dari seseorang diterima menjadi seorang hamba Tuhan melalui pengabdian kepada guru kerohanian dimana guru kerohanian memberikan ajaran dasar yaitu tegakkanlah dharma. Orang yang mampu menegakkan dharma adalah orang-orang yang tidak berdosa. Perintah guru kerohanian kepada muridnya untuk menegakkan dharma wajib diikuti secara tegas .

Dalam kehidupan seseorang 4 ( empat ) tiang dharma harus ditegakkan. Yang pertama adalah dhaya yaitu kasih sayang artinya kita harus mengasihi dan mencintai Tuhan serta mengasihi dan mencintai semua anak-anaknya yaitu seluruh ciptaannya. Karena itulah setiap orang harus hidup dalam ahimsa artinya tidak menyakiti setiap makhluk hidup apalagi membunuhnya. Dalam hal ini kita diajarkan metode yang paling sederhana agar kita tidak membunuh yaitu jangan makan daging , ikan dan telor. Termasuk jangan membunuh , jangan memotong , jangan memakan , jangan menjual , jangan menyuguhkan , dan jangan membeli. Juga larangan untuk tidak merokok , narkoba , teh dan kopi dan hal-hal yang mengandung caffeine. Hendaknya berjapa minimal enam belas putaran setiap hari.
Yang kedua adalah saucam artinya kehidupan yang bersih secara rohani. Karena itu cara awal yang paling sederhana adalah jangan melakukan hubungan suami istri yang tidak sah ( berzinah). Tiang dharma selanjutnya adalah tapa artinya bisa menahan diri , cara awal yang sederhana adalah jangan minum minuman keras. Kemudian tiang dharma yang keempat adalah satya, cara awal yang sederhana adalah tidak main judi.

Bagi mereka yang dengan tekun menegakkan empat tiang dharma ini melalui perintah dari guru kerohanian maka itu adalah sebuah perjalanan untuk menuju kehidupan yang suci. Karena dengan kehidupan yang suci akan tumbuh prema yaitu cinta kasih kepada Tuhan. Orang-orang yang memiliki cinta kasih kepada Tuhan ini disebut para bhakta atau para sadhu karena mereka tekun dalam pengabdian cinta kasih kepada Tuhan Sri Krishna melalui utusannya yaitu sorang guru kerohanian. Dengan demikian hanya orang-orang sadhu lah yang akan mendapatkan keselamatan sesungguhnya dari Tuhan yaitu berhak untuk memperoleh hubungan yang kekal bersama Tuhan di kerajaan Tuhan. Seperti Tuhan Sri Krishna bersabda dalam Bhagavad Gita Bab 4 ayat 8 :
“ paritranaya sadhunam vinasaya ca duskrtam
Dharma-samsthapanarthaya sambhavami yuge yuge “
“ Untuk menyelamatkan orang saleh , membinasakan orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma , Aku sendiri muncul pada setiap jaman “
Berdasakan ayat diatas paritranaya sadhunam artinya adalah orang-orang suci yaitu orang-orang yang bebas dari dosa. Keselamatan disini artinya orang-orang suci seperti itu akan diajak pulang ke kerajaan Tuhan di dunia rohani. Bagi orang-orang jahat artinya orang-orang yang tidak ingin menjalani kehidupan yang suci.
Hal ini adalah sebuah fakta yang tidak bisa ditolak berdasarkan angan-angan pikiran kita. Karena itu ajaran Veda di dalam agama Hindu adalah realitas bukan sebuah khayalan. Dengan demikian beragama adalah sebuah realitas bukan anagan-angan atau spekulasi dari keinginan kita. Jalan ke dunia rohani pun bukan sebuah khayalan tapi sebuah realitas dari apa yang kita lakukan. Dengan demikian menyerahkan diri kepada Tuhan melalui seorang guru kerohanian adalah mutlak. Ketika seseorang telah diterima menjadi hamba Tuhan melalui guru kerohanian maka Tuhan melalui guru kerohanian telah menebus dosa-dosa di masa lampau. Tentu sejauh mana seseorang beriman untuk percaya dan menyerahkan dirinya seperti ayat berikut : ( Bhagavad Gita 4.11 ) :
“ ye yatha mam prapadyante tams tathaiva bhaamy aham
Mama vartmanuvartante manusyah partha sarvasah “
“Sejauh mana semua orang menyerahkan diri kepada-Ku, Aku menganugerahi mereka sesuai dengan penyerahan dirinya itu. Semua orang menempuh jalan-Ku dalam segala hal , wahai putera Prtha “
Karena itulah seorang murid wajib menerima bimbingan dari guru kerohanian dengan tunduk hati dan tulus hati sehingga dalam perjalanan selanjutnya tidak berbuat dosa lagi serta tidak menerima reaksi dari perbuatannya. Karena apapun yang dilaksanakan , apa yang dikatakan , apa yang dipikirkan tanpa melalui petunjuk dari guru kerohanian , dan kitab suci reaksinya adalah perbuatan karma yang berupa dosa. Karena itulah setiap orang harus datang kepada sang juru selamat tertinggi yaitu Tuhan Sri Krishna melalui utusannya yaitu seorang guru kerohanian.
Orang-orang yang menjalani kehidupan seperti itu sudah menempuh kehidupan yang suci dan kesucian yang realitas , bukan yang dikhayalkan . Walaupun mereka nampak seperti orang-orang secara umum namun mereka bukanlah orang yang berdosa. Karena segala perbuatan , perkataan dan pikirannya melalui petunjuk dari Tuhan melalui guru kerohanian dan kitab suci. Seperti Duryudana dan Arjuna , walaupun sama-sama berperang. Duryudana berperang karena keinginan sendiri dan untuk kepuasannya . Sedangkan Arjuna berperang atas keinginan Tuhan dan untuk kepuasan Tuhan Sri Krishna. Dan Arjuna adalah orang suci sedangkan Duryudana adalah orang muci yang penuh dengan dosa. Maka Arjuna adalah contoh orang yang beragama suci. Arjuna adalah manusia yang super suci. Yang tiada noda. Karena Tuhan mengatakan yang tidak berdosa. Demikianlah contoh kesucian orang-orang yang beragama Hindu. Dan demikianlah hidup suci berdasarkan agama Hindu. Orang-orang yang mengikuti langkah kaki Arjuna hidup seperti apa yang dijelaskan diatas sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang dicintai Tuhan karena mereka memiliki iman atau keyakinan yang teguh dalam cinta kasih kepada Tuhan Sri Krishna seperti Bhagavad Gita Bab 12 ayat 20 :
Aku sangat mencintai orang yang mengikuti jalan bhakti yang kekal ini , tekun sepenuhnya dengan keyakinan , dan menjadikan Aku sebagai tujuan tertinggi.

Menghindari Kekerasan dalam rumah tangga adalah wahana dari Istagosti yang sesungguhnya

Menghindari Kekerasan dalam rumah tangga
adalah wahana dari Istagosti yang sesungguhnya
Oleh : Sri Sriman Ida Waisnawa Pandita Damodara Pandit dasa

( disampaikan pada acara Pertemuan Lima Tahunan ( Maha Istagosti) tahun 2011 Organisasi Kerohanian Hindu ISKCON-INDONESIA
tanggal 22 April 2011 )

Menurut Veda kehidupan berumah tangga yang bersifat rohani disebut dengan Grhasta  , Grha artinya rumah stha artinya tinggal  jadi seseorang boleh tinggal di rumah bersatu antara laki-laki dan perempuan   dalam rangka untuk melanjutkan bhakti kepada Tuhan Sri Krishna. Kehidupan Grhasta dijalani setelah melewati tingkat brahmacari ashram. Di jaman kali seperti sekarang ini nampaknya kehidupan grhasta itu secara umum hanya didasarkan atas saling menikmati kebutuhan badan sehingga nilai-nilai tuntunan spiritual sudah mulai berkurang. Hak dan kewajiban serta perilaku diantara laki-laki dan perempuan ( sumai dan istri ) sudah mulai ditinggalkan walaupun tidak begitu drastis.
Sehingga dalam hal ini istilah Grhasta sudah mulai berubah dan menuju istilah Grhamedi yang artinya bersatu dalam menikmati indria. Sesungguhnya Grhasta adalah salah satu dari catur asrama yang secara alami tumbuh di kalangan umat manusia berdasarkan aturan dari tenaga Tuhan. Karena itu kehidupan grhasta itu adalah suci seperti Tuhan Sri Krishna menjelaskan dalam Bhagavad Gita  7.11

“ balam balavatam caham kama-raga-vivarjitam
Dharmaviruddho bhutesu kamo”smi bharatarsabha”

“Aku adalah kekuatan orang yang kuat, bebas dari nafsu dan keinginan. Aku adalah hubungan suami istri yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip keagamaan, wahai prabhu dari keluarga Bharata ( Arjuna ).”
Mengertikah apakah yang dimaksud dengan suci dalam hal ini? Suci dimaksudkan disini adalah wujud dari kehidupan spiritual yang tiada noda-noda  , dosa dan kesalahan dimana dengan kehidupan grhasta dimaksudkan untuk bisa meraih kaki padma Tuhan di dunia rohani. Apa saja kehidupan-kehidupan yang suci itu? Terlebih dahulu saya akan menguraikan bahwa di dalam kehidupan berumah tangga ada seorang wanita , bagaimana sepatutnya wanita diperlakukan dan bagaimana sepatutnya wanita bertindak.
Seperti di dalam kitab suci Veda dijelaskan “ yatra narisastu poojayante ramante tatra deva“ , dimana wanita dipuja para dewa berstana disana. Sebaliknya dalam Veda Manu Samhita menjelaskan bahwa dimana wanita mengalami penderitaan maka disana ada kehancuran.
Karena itulah wanita merupakan sebuah kunci dalam kehidupan grhasta dan dalam hal ini kehidupan grhasta bergantung kepada bagaimana seorang wanita diperlakukan. Lebih jauh Manu Samhita menjelaskan setiap wanita harus diberikan kasih sayang tercinta , dipuja serta dihormati. Jika seorang wanita dihormati maka para dewapun menjadi puas. Setiap orang mendengar Devavrata Bhisma yang juga memberikan pesannya kepada Yudhistira Maharaja bahwa :
- Para laki-laki menjadi terhormat tergantung kepada wanitanya yang dianggap telah menanamkan segala kebaikan kepada laki-laki baik dari ibunya , dari saudara-saudara perempuannya dan istrinya     
-  Para wanita adalah merupakan lambang kemujuran karena merupakan ekspansi dari Srimati Laksmi devi yang merupakan dewi keberuntungan. Karena itu jika wanita direndahkan maka itu disebut dengan merendahkan Dewi Laksmi akibatnya sedikitpun tidak ada kelimpahan karunia dan kebaikan. Perbuatan apapun yang dilaksanakan akan menjadi sia-sia.
- Sebuah rumah tangga jika seorang wanita hidup dalam kesedihan maka keluarga tersebut akan punah dan mengalami kehancuran. Manu Samhita menegaskan adalah merupakan kekuatan bagi seorang wanita seperti sebuah kutukan yang datang karena itulah seorang wanita sepatutnya mendapatkan kasih sayang , pujian dan penghormatan. Karena itulah Veda Srimad Bhagavatam Srila Sukadeva Gosvami mengajarkan kepada Pariksit Maharaja agar seorang laki-laki dapat memandang para wanita sebagai ibunya kecuali istrinya.
            Guru kita tercinta Jagath Guru Srila Prabhupada mengajarkan tradisi bagi para muridnya agar memanggil wanita dengan istilah mataji yang artinya ibu yang terhormat. Karena memang demikian sesungguhnyalah Veda juga mengajarkan. Sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa para wanita seharusnya diperlakukan sebagai simbol kesucian dan penghormatan bukan obyek kenikmatan. Perlakuan masyarakat terhadap wanita seperti ini merupakan dasar bagi peradaban manusia yang layak dihadapan Tuhan dalam rangka mencapai kesuksesan dalam kehidupan manusia untuk mencapai tujuan tertinggi pulang ke kerajaan Tuhan di Vaikunta Loka bukan ke sorga.
            Berdasarkan ungkapan-ungkapan diatas mereka yang sudah menjalani kehidupan sebagai manusia ini ketika telah mengalami kehidupan berumah tangga. Bahwa di jaman kali ini telah digariskan kehancuran dan penderitaan itu sudah menenggelamkan seluruh mahkluk hidup. Karena itulah Srila Prabhupada menegaskan bahwa setiap penyembah Tuhan Sri Krishna harus cukup dengan 1 (satu) istri sebagai suatu penghormatan. Jika tidak kemerosotan dalam kekuatan spiritual sudah dijamin. Jika kekuatan spiritual telah merosot maka segala perilaku untuk menuju kehidupan rohani yang lebih maju sudah gagal. Demikianlah halnya ketika seseorang sudah hidup dalam grhasta wanita tidak harus diperlakukan dengan kekerasan fisik. Sebaliknya tuntunan spiritual bagi grhasta dibawah bimbingan seorang guru kerohanian wajib dibutuhkan.
            Kadang-kadang guru kami , Srila Gour Govinda Svami selalu mengingatkan para wanita punya sifat yang khas yaitu suka berhias. Karen itulah jika sifat yang khas ini diberi sedikit peluang seperti memakai perhiasan gelang di tangan dan lain sebagainya hal ini akan menambah keharmonisan bagi kehidupan berumah tangga. Tentu tidak harus dengan biaya yang mahal dan memaksakan diri. Keharmonisan seperti itu jika selalu terwujud akan memberikan kelegaan bagi para wanita dan demikian juga memberikan umur yang panjang bagi para suami.
            Sangatlah tidak terpuji bagi para lelaki yang memaksa para wanita untuk bekerja mencari nafkah dan hidup dari jerih payahnya. Seperti dijelaskan di dalam Srimad Bhagavatam dan Manu Samhita bahkan seorang ayah atau saudara laki-laki janganlah meminta-minta dari anak perempuan dan saudara perempuan. Perbuatan yang melanggar aturan seperti ini sangat nampak di jaman kali yang pasti akan mengakibatkan kehancuran dan penderitaan tak henti-henti bagi para pelakunya yang akibatnya kemajuan spiritual pasti akan terhalang.
            Sepatutnya sebagian besar keuangan rumah tangga dikelola oleh para wanita tentu sebagaimana penjelasan Manu Samhita wanita harus sangat cerdas dalam mengelola keuangan sehingga tidak sampai menyimpang ke jalan yang salah diluar jalur tuntunan guru , sadhu dan sastra. Dalam hal ini Veda juga menegaskan bahwa wanita harus menikah sehingga selalu mendapat perlindungan pada masa hidupnya dan tidak pernah untuk hidup secara bebas. Dengan sifat-sifatnya para wanita yang selalu setia dan pada saat yang sama wanita itu adalah seorang yang lemah maka perlindungan itu wajib dilaksanakan sehingga seorang wanita bisa melaksanakan pengabdian bhaktinya kepada Tuhan , guru dan suaminya. Janganlah memperlakukan wanita sebagai obyek kenikmatan.
                Perbuatan yang menjaga para wanita seperti itu adalah merupakan emansipasi yang telah diterima baginya menurut Veda bukan emansipasi menurut pemikiran duniawi. Emansipasi bagi para wanita adalah selalu bersikap menjaga kesucian , kemurnian , memiliki rasa malu dan selalu melakukan pelayanan kepada Tuhan , kepada guru dan kepada suami dalam rasa kebahagiaan. Maka disitulah para wanita akan menjadi terhormat. Srila Prabhupada telah menyebarkan Kesadaran Krishna yang telah dimulai oleh Tuhan sendiri adalah dengan tujuan untuk membangun peradaban-peradaban yang mulia seperti itu.
            Jadi para wanita dan laki-laki adalah memiliki hak dan kewajiban yang telah ditentukan oleh Tuhan , melalui ajaran Veda yang dikatakan sama-sama memiliki hak dan kewajiban. Bukan hak dan kewajibannya sama sebagaimana didengung-dengungkan oleh orang-orang yang tidak mengenal Veda. Maka di jaman ini kita bisa melihat kemerosotan yang bisa terjadi akibat daripada salah mengartikan daripada hak dan kewajiban.



Sikap para Suami

            Para laki-laki memiliki tanggung jawab yang besar yang merupakan kewajiban yang harus dilakukan. Sifat dasar seorang laki-laki seharusnya memiliki kemampuan untuk memahami kemampuan dari istrinya untuk membantunya dalam pelayanan bhakti. Seorang suami harus mampu melindungi dirinya dari maya demi keutuhan dalam pelayanan bhkati itu sendiri. Karena itulah Veda mengajarkan bahwa seorang suami jangan merendahkan atau menyakiti para istri agar para istri tetap berada dalam Kesadaran Krishna. Tuhan Sri Krishna sesungguhnya telah menitipkan para istri dan anak-anaknya agar mereka bisa melaksanakan pelayanan bhakti kepada Tuhan dengan sebaik-baiknya. Suatu dosa yang sangat besar jika para suami menghancurkan kesempatan dari istri dan anak-anaknya untuk berbhakti kepada Tuhan , karena itu tugas para suami adalah sungguh berat jika mengabaikan bimbingan dan perlindungan dari guru dan Tuhan.
            Perlu dipahami bahwa seandainya setiap suami bisa memperlakukan istri dan anak-anaknya yang merupakan asset besar untuk saling membantu dalam kemajuan spiritual maka Veda Sri Caitanya Caritamrita menjelaskan kesuksesan menuju dunia rohani telah dijamin tidak harus menjalani kehidupan pelepasan ikatan secara palsu ataupun menjalani kehidupan sanyasin yang tidak begitu dikehendaki oleh Tuhan dalam inkarnasinya sebagai Sri Caitanya.
            Demikianlah jika para laki-laki menerima wanita sebagai istrinya maka dia harus bertanggung jawab atas kegiatan istri dan melindunginya agar selalu mendapatkan jalan yang penuh riang dalam bhakti. Anak dan istri adalah merupakan tanggung jawabnya agar hidup di dalam Kesadaran Krishna. Seandainya perbuatan para laki-laki bukan untuk hal seperti itu dan tidak mengarahkan menuju kehidupan yang kekal maka seseorang tidak pantas mendapat gelar seorang suami. Ini adalah merupakan persyaratan rohani bagi seorang suami. Tentu juga seorang istri juga harus berperilaku agar suami senantiasa merasa nyaman dan tidak menuntut terlalu banyak. Memang tugas laki-laki menyediakan segala kebutuhan tentu dalamn takaran yang wajar. Karena itulah kerendahan hati , toleransi dan saling memahami merupakan tolak ukur dalam keserasian di rumah tangga.
            Tuhan Sri Rama Candra adalah contoh seorang suami yang ideal  bahkan pada jaman itu Tuhan telah memberikan contoh eka patni artinya hanya memiliki 1 ( satu ) istri.  Contoh ini adalah sudah sangat cukup yang patut ditiru oleh siapa saja yang ingin mencapai sukses dalam menapak kehidupan rohani. Janganlah menjadi laki-laki yang arogan hanya karena berkelimpahan harta dan ketampanan yang memadai.  Sifat-sifat arogan itu adalah jalan untuk menuju kehancuran bagi diri sendiri. Apalagi mempekerjakan istri walaupun dengan ukuran yang paling wajar sesuai dengan pandangan duniawi. Apalagi para istri harus menerima siksaan fisik dan kata-kata yang kasar , ini adalah gerbang menuju kehancuran. Sebaliknya suami yang selalu sangat baik , penuh perhatian dan kasih sayang dalam keadaan apapun maka peradaban menuju kesejahteraan lahir dan bathin telah ditemukan.
           
Sifat-sifat seorang wanita sebagai istri
Srimad Bhagavatam menjelaskan bahwa wanita terlahir dari badan laki-laki yang terbaik dan ketika seorang wanita telah menjadi seorang istri ia disebut “ardhanini” yang artinya muncul sebagai separuh badan dari suami. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para istri juga menerima tanggung jawab setengah tanggung jawab suaminya dalam melaksanakan pelayanan bhakti kepada Tuhan. Karena itulah dapat dirasakan bahwa seorang suami tidak akan pernah merasa lengkap jika tidak mendapat kehadiran daripada istrinya dalam pemujaan kepada Tuhan.
            Seorang istri akan selalu merasa bahagia jika bersedia menjadi bagian daripada suaminya untuk bersatu dalam melaksanakan bhakti kepada Tuhan dan selalu siap dilindungi dan dibimbing bukan sebaliknya ingin hidup bebas. Dalam hal ini para istripun dianggap sebagai pelindung dari suaminya agar suaminya tidak merosot bahkan dapat diistilahkan bahwa istri adalah komandan benteng dari kehidupan berumah tangga. Dimana seorang istri punya peran untuk menghindarkan dan menyelamatkan suaminya dari kehancuran. Sangatlah tidak terpuji dan merupakan sebuah kekeliruan besar jika para istri tidak siap untuk bersatu dalam pelayanan bhakti kepada Tuhan karena diselimuti oleh pandangan duniawi. Ini merupakan sebuah kegagalan dari misi sebagai seorang istri karena istri juga punya kewajiban untuk melindungi suami dari jalan yang sesat atau adharma. Tentu dalam hal ini para istri selalu mendapat kesempatan untuk mengingatkan suaminya dengan kata-kata yang lembut. Tidak dengan menentang suaminya , tidak dengan sikap yang sombong. Sebaliknya selalu menunjukkan kesucian dan semangatnya untuk melayani suami dalam berbhakti kepada Tuhan.    
            Adalah merupakan tindakan yang keliru jika seorang istri tidak bersedia menasehati suaminya jika berjalan pada jalan yang salah. Lihatlah Mandodari istri Rahvana , Ibu Gandari istri Drestarastra , Devi Tara istri Subali senantiasa memberikan nasehat kepada suaminya agar selamat. Tentu didasari dengan sopan santun dan lemah lembut , dengan penuh kerendahan hati dan tanpa melukai perasaan seorang suami sebagaimana dijelaskan dalam Manu Samhita bahwa seorang suami harus dianggap sebagai dewa dan gurunya. Pada saat yang sama seorang suami harus dengan suka cita menerima nasehat istri agar tidak menuju kehancuran.
            Seorang istri memiliki kewajiban yang hakiki untuk selalu melayani suaminya dengan kesetiaannya yang penuh , ketulusan hati dan rasa bhakti. Vyasadeva dan Valmiki menuangkan semua nasehatnya berkenaan dengan sifat-sifat wanita dalam itihasa.  Sekiranya pelayanan itu ditegakkan maka seorang wanita sebagai istri yang dianggap kelahiran yang rendah dapat mencapai tujuan yang sama pulang ke dunia rohani. Seorang laki-laki sangat mudah ditundukkan dengan sikap-sikap seperti itu. Lihatlah contohnya Drupadi bisa menundukkan lima suaminya, dimana Drupadi senantiasa bersikap peduli terhadap suaminya , ibu Drupadi senantiasa memandang suaminya adalah Tuhan atau guru kerohanian yang merupakan tempat untuk berlindung dan tidak memiliki perlindungan yang lain. Sehingga beliau tidak pernah berbuat atau berkata bahkan berpikir untuk menyakiti suaminya walaupun dalam kapasitas yang kecil sekali. Ibu Drupadi senantiasa berpikir dan berbuat untuk melayani dan memuaskan suaminya walaupun dalam keadaan tidur , makan , menghias diri dengan suatu prinsip tidak pernah menentang kehendak suami. Siap untuk dibimbing suami dan tidak pernah berbicara buruk terhadap suami , mertua dan saudara-saudara ataupun apa saja yang berhubungan dengannya. Ibu Drupadi dengan jelas mengatakan tidak ada hal-hal yang lain lagi selain hal-hal seperti itu untuk bersikap yang baik terhadap suami. Seperti halnya juga tidak bersikap sombong , menahan keinginan dan amarah serta selalu menunggu mereka dengan penuh pengabdian. Ibu Drupadi menjelaskan  bahwa beliau selalu mengendalikan kecemburuannya dan bahkan menunggu istri-istri suaminya yang lain tanpa merasa diremehkan untuk melakukan hal itu. Takut untuk mengatakan apa yang tidak baik atau tidak benar , melihat atau duduk atau berjalan dengan tidak sepantasnya. Bahkan memandang sekilas saja dari wajah mereka beliau tidak terpengaruh oleh laki-laki lain , manusia  , perhiasan , ataupun ketampanan. Beliau tidak akan makan , tidur , mandi hingga suami-suaminya melakukannya. Beliau selalu terbangun jika suami-suaminya datang dari bepergian dan memberikan hormat dengan menyediakan sesuatu dan tempat duduk. Dan beliau selalu sibuk melayani suami-suaminya dan tidak ada keinginan untuk berada jauh dari mereka. Ketika suami-suaminya bepergian beliau tidak memakai jenis bunga atau wewangian dan selalu melakukan pertapaan dan memakan sesuatu yang merupakan sisa dari suaminya. Selalu tekun memuja Tuhan dengan segala kerendahan hati dan mentaati segala peraturan yang telah diberikan. Sehingga Ibu Drupadi pun mengatakan dengan sikap seperti itu saya memiliki suami-suami yang rendah hati , jujur dan sangat berbudi luhur walaupun nampak seperti ular berbisa.

Terima kasih.
Jay Sri Gauranga Mahaprabhu
Jay Srila Prabhupada
Jay Srila Gour Govinda Svami
Jay Srila Bhaktisvarupa Damodara Svami
Jay ISKCON-INDONESIA
Jay Harinama Sankirtan Mahayajna

Selasa, 25 Januari 2011

SRIMAD BHAGAVAD GITA ,Pergi dan tak kembali

Pergi dan tak kembali

na tad bhasayate suryo
na sasanko na pavakah
yad gatva na nivartante
tad dhama paramam mama
Bhg. 15.6
Tempat itu tidak disinari oleh matahari, bulan maupun api, ke tempat itulah seseorang akan pergi dan tidak kembali, itulah tempatKu yang tertinggi.
 
Seperti itu Krsna memberi gambaran kepada putra Kunti tentang tempat kediaman Beliau yang tertinggi di kerajaan rohani, dimana tempat itu bukan saja tidak ada tetapi tidak perlu penerangan baik oleh matahari, bintang, bulan, api dan sebagainya. Tetapi bukan berarti disana penuh dengan kegelapan, kekosongan, kesunyian dan sebagainya. Tempat tinggal Tuhan Sri Krsna Goloka Vrindavana adalah planit rohani yang senantiasa bercahaya, dan semua cahahaya yang ada di planit material ini adalah pantulan dari cahaya planit rohani, disana tempat tinggal Tuhan Sri Krsna dengan para pelayan setia Beliau seperti para Gopi, para Laksmi, Surabi dan sebagainya. Disanalah tempat kebahagiaan rohani yang paling hakiki sebagai tujuan hidup tertinggi semua kehidupan.
Tuhan dengan sifat maha kasihNya tentu ingin menyelamatkan dan selalu mengarahkan semua anak-anakNya untuk bisa kembali pulang ke tempat tinggal Beliau yang kekal itu.
Untuk itulah kita sebagai anak-anak Tuhan sama seperti kita sebagai anak-anak dari orang tua kita tidak boleh bandel, tidak boleh melawan perintah, tidak boleh bertindak atas kemauan sendiri dan seterusnya.
Sebagai anak sudah semestinyalah kita patuh dan menuruti kemauannya karena semua orang tua pasti mengarahkan anak-anaknya menuju kebaikan, apalagi kepada ayah kita yang sejati Tuhan Yang Maha Kuasa. Untuk bisa mencapai Tuhan di Goloka Vrindavana tentu bukanlah hal yang gampang, melalui proses yang sangat panjang, mengalami ribuan bahkan jutaan kali penjelmaan, mengalami banyak sekali proses penggantian badan material, dalam sastra disebutkan ada 8.400.000 jenis kehidupan di alam semesta ini. Mungkin kita dalam penjelmaan sebelumnya pernah menjadi pohon, pernah menjadi cacing, pernah menjadi virus, pernah menjadi burung, pernah menjadi ikan dan sebagainya yang semua itu tidak pernah kita mampu mengingatnya, Sri Bhagavan bersabda: banyak kelahiranKu dimasa lalu demikian juga kelahiranmu Arjuna, semuanya ini Aku mengetahuinya tetapi engkau sendiri tidak wahai Arjuna (bhg. iv.5).
Dan sangat beruntung sekali pada penjelmaan sekarang ini lahir menjadi manusia yang mempunyai kesempatan paling besar untuk bisa kembali pulang ke kerajaan rohani Tuhan jika dibandingkan dengan mahluk lain. Maka dari itu sangat disayangkan jika kesempatan emas ini disia-siakan begitu saja, jika Tuhan mengarahkan semua anak-anakNya kembali pulang ke dunia rohani maka usahakanlah untuk bisa pulang kesana, karena Tuhan sudah menyediakan sarana untuk memudahkan manusia mencapai tujuan itu ditengah-tengah kekuatan maya yang teramat sangat kuat mencengkram manusia pada era kaliyuga ini. Salah satu sarana itu dan merupakan yang paling gampang, paling murah, paling aman dan tentu paling tinggi kualitasnya adalah nama smaranam memuji nama Beliau, mengagungkan nama Beliau, menyebut nama Beliau, memanggil nama Beliau bisa dalam bentuk japa maupun sankirtanam, diantara maharsi Aku adalah Bhrgu, diantara ucapan suci Aku adalah Omkara, diantara yajna Aku adalah japa, diantara benda-benda yang tidak bergerak Aku adalah Himalaya demikian Sri Krsna (bhg. x.25). Dengan demikian maka mengidungkan, menyanyikan, mengumandangkan, mengucapkan nama suci Krsna harus mendapatkan porsi lebih bahkan porsi yang paling utama diantara aktifitas rohani yang lain dalam mengarungi kaliyuga ini menuju proses dan upaya penyelamatkan kehidupan
Di dalam Brhan-naradiya purana (38.126) disebutkan: harer nama harer nama harer nama eva kevalam kalau nasty eva nasty eva nasty eva gatir anyata yang artinya pada zaman kali (kaliyuga) tidak ada cara lain, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain untuk mencapai kehidupan spiritual selain mengucapkan, menyanyikan/menggetarkan nama suci nama suci nama suci Sri Hari,  Sri Hari adalah nama lain dari Sri Krsna atau Sri Visnu.
Ini kesempatan yang sangat baik dan harus disyukuri oleh umat manusia khususnya para penganut weda pada era kemerosotan ini untuk mulai menekuni aktifitas kerohanian melalui sankirtanam ini, ini tentu tidak sama dengan kebiasaan kita selama ini dalam melantunkan kidung-kidung suci seperti warga sari, kekawin, geguritan dan sebagainya. Namasankirtanam lebih menekankan pada aspek pengulangan nama suci Tuhan.
Tentu memerlukan waktu panjang dan sosialisasi yang baik kepada masyarakat kita dari para tokoh-tokoh hindu nusantara tentunya agar aktifitas sankirtanam ini pelan-pelan dapat diterima oleh umat dan betul-betul dirasakan sebagai suatu kebutuhan rohani yang mendasar karena memang jelas sumbernya dari kitab suci, sehingga setiap melaksanakan upacara yadnya apapun bentuknya tidak terlepas dari aktifitas sankirtanam disamping kekidungan yang sudah berjalan dengan baik selama ini. Ini juga moment yang baik untuk menghilangkan kesan yang kuat di masyarakat selama ini bahwa sankirtanam adalah miliknya kelompok sampradaya tertentu sehingga diluar itu dianggap kurang pantas atau nyeleneh atau tidak sesuai dengan budaya lokal, padahal sankirtanam adalah tradisi weda yang memang bersumber dari kitab suci weda dan apapun yang bersumber dari weda pasti tidak bertentangan dengan yang lain.  
Sebenarnya kita mempunyai moment yang baik untuk mengenalkan dan mensosialisasikan sankirtanam ini seperti even-even besar sekelas utsawa dharma gita itu, jika menggetarkan sloka-sloka atau mantram-mantram weda saja kita lombakan apalagi menggetarkan atau menyanyikan nama-nama suci Tuhan, pada saat upacara pujawali, perayaan hari-hari suci dan sebagainya atau bisa disebarkan dalam bentuk kaset, atau dalam mimbar-mimbar penyiaran baik di tv, radio dan sebagainya sehingga getaran-getaran suara rohani semakin akrab ditelinga umat kita. Nah dengan sankirtanam yang juga biasa disebut dengan sankirtanam maha yagya, dan juga dengan aktifitas berjapa sebenarnya ini proses pemurnian dan pensuci jiwa, mengikis reaksi-reaksi dosa yang barangkali sudah tebal melekat pada diri kita, sehingga memudahkan sang diri (roh) dalam proses pendakian menuju tempat Tuhan yang tertinggi yang tidak disinari oleh matahari, bulan maupun api dan tidak akan kembali lagi seperti dalam sloka diawal.
Semoga Krsna masih memberikan waktu kepada kita semua untuk dapat melaksanakan bhaktiyoga dalam mempersiapkan diri pulang ke tempat Beliau dan tak akan pernah kembali lagi.
 
Om Namo Bhagavate Vasudeva ya
 

SRIMAD BHAGAVAD GITA , Krishna katha

Krishna katha
 
pitasi lokasya caracarasya
tvam asya pujyas ca gurur gariyan
na ttvat-samo sty abhyadhikah kuto nyo
loka-traye py apratima-prabhava
Bhg.11.43
Engkau adalah Bapa dari dunia yang bergerak dan yang tak bergerak, Engkau adalah Guru Agung yang dipuja dunia ini, tak ada keberadaan lain yang menyamaiMu di ketiga dunia, sehingga bagaimana mungkin ada yang dapat mengungguliMu wahai keberadaan dengan kekuasaan tak tertandingi.
 
Demikian satu pernyataan yang bernada hormat, bhakti, jujur dari sebuah pengakuan tulus seorang Arjuna kepada Tuhan Sri Krsna tentang kemahakuasaan Beliau. Beliau adalah Bapa, Beliau adalah Guru dan Beliau juga adalah Kekuasaan.
Apakah masih ada yang meragukan dari pernyataan putra Kunti ini? Tentu tidak karena itu adalah weda dan weda tidak perlu pembuktian seperti pengetahuan material, cukup sederhana hanya dengan menerima saja sebagai sebuah kebenaran yang mutlak seperti halnya para rsi-rsi agung yang menerima pengetahuan itu dengan tunduk hati.
Bapa disini dapat diartikan sebagai ayah karena Beliau bersabda semua mahluk lahir dari kandungan Maha Brahma dan Aku adalah pemberi benihnya, ini artinya semua mahluk adalah anak-anak Vasudeva Krsna oleh karena itu semua mahluk sejatinya adalah saudara (vasudeva kutumbakam), maka sudah semestinya prilaku ahimsa tidak menyakiti apalagi membunuh mahluk lain dengan dalih apapun diterapkan dalam kehidupan ini.
Beliau juga adalah Guru yang Agung seperti yang terdapat dalam salah satu mantram weda Gurur Brahmaa Gurur Vishnu Gurur Devo Maheshwarah Guru Saakshaata Parabrahma Tasmai Shri Guruve Namah, disini jelas disebutkan bahwa Beliau adalah guru yang tertinggi (Parabrahma), dengan mantra ini kita diingatkan bagaimana pentingnya peranan seorang guru dalam kehidupan manusia, tetapi zaman kali (kaliyuga) kualitas manusia sudah sangat merosot dan bertabyat sangat munafik sekali maka sangatlah sulit kita berguru langsung kepada Beliau seperti halnya Arjuna karena kita tidak mempunyai kualifikasi seperti itu.
Tetapi karena Tuhan Sri Krsna maha pemurah dan sangat berkarunia sekali maka Beliau menurunkan wakil-wakil Beliau ke dunia material ini pada setiap zaman dalam wujud guru-guru kerohanian, para acarya, para swami, para sadu dan sebagainya, jadi seorang guru kerohanian jelas bukanlah manusia pada umumnya. Mengenai hal ini Beliau juga bersabda Cobalah mempelajari kebenaran dengan cara mendekati seorang guru kerohanian. Bertanya kepada beliau dengan tunduk hati dan mengabdikan diri kepada beliau Orang yang sudah insyaf akan dirinya dapat memberikan pengetahuan kepadamu karena mereka sudah melihat kebenaran itu,  ini artinya mau-tidak mau, suka-tidak suka konsep parampara harus kita ikuti dengan tunduk hati dan berusaha untuk dapat memuaskan guru kerohanian melalui pelayanan suci.
Berikutnya Beliau adalah penguasa tertinggi baik aspek penciptaan pemeliharaan dan peleburan seperti pernyataan Arjuna dengan penuh hormat O Yang Mahabesar, lebih tinggi dari pada Brahma, anda adalah Pencipta yang asli. Karena itu, bukankah seyogyanya mereka bersujud dengan hormat kepada Anda? O Kepribadian yang tidak terhingga, Tuhan yang disembah oleh semua dewa, Pelindung alam semesta! Anda adalah sumber yang tidak dapat dikalahkan, sebab segala sebab, yang melampaui manifestasi alam material ini.
Dan tentu masih banyak sekali kitab-kitab weda yang menjelaskan tentang kemahakuasaan Beliau.
 
Berbicara tentang kemahakuasaan Krsna yang bersumber baik dari veda Srimad Bhagavad Gita, Srimad Bhagavatam dan purana-purana yang lain tentu tidak akan ada habisnya dan semakin dibicarakan semakin menumbuh kembangkan rasa bhakti kepadaNya menuju cinta-kasih rohani atau Krsnaprema. Berbicara Krsna atau Krsnakata akan melibatkan banyak sekali pihak-pihak dan obyek yang berhubungan dengan Beliau yang mampu mengembangkan rohani menuju sebuah kemajuan tentunya karena Krsna sendiri tidak terlepas dari semua itu seperti Balarama, Srimati Radharani, ibu Yasoda, Nanda Maharad, Udava, Vasudeva, ibu Devaki, bukit Govardana, sungai Yamuna, Mathura, hutan Tulasi atau Vrindavan, sapi-sapi, para Gopi, termasuk juga raja Kamsa yang jahat karena beliau memang terlibat dalam lila Beliau pada waktu Beliau masih kanak-kanak. Begitu juga ketika Krsna Dewasa saat menjelang dan berlangsungnya bharatayuda banyak sekali pihak-pihak yang terlibat dalam lila Beliau dalam mengemban misi menegakkan prinsip-prinsip dharma dari setiap rongrongan diantaranya tentu  sang penerima wejangan Bhagavad Gita Arjuna pemanah ulung murid terbaik Drona, cucu tersayang Bhisma sang mahajana, keturunan terbaik wangsa Kuru, ada Drupadi putri Drupada Maharad yang diselamatkan Krsna ketika hendak ditelanjangi Dusasana adik Duryodana di arena perjudian Hastinapura dan seterusnya.   
Kapanpun dan dimanapun Krsna dibicarakan (Krsnakata) pasti kebagahagiaan rohani akan terjadi pada pelakunya karena sesungguhnya Krsna ada disana, maka tidak ada pilihan lain dan tidak ada pilihan lain lagi selain gunakanlah waktu dan kesempatan yang dimiliki dengan sebaik-baiknya dengan selalu berpikir tentang Tuhan, berbicara tentang Tuhan, menyanyi tentang Tuhan, berkarya demi Tuhan dan seterusnya, pasti akan berdampak luar biasa pada kehidupan manusia yang jauh lebih baik daripada kehidupan sebelumnya, hal ini tidak perlu disangsikan. Lakukanlah semua aktifitas dengan gembira dengan hati yang selalu diliputi oleh bait-bait indah nama suci Tuhan Hare Krsna Hare Krsna Krsna Krsna Hare Hare Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare  maka  karunia itu akan dirasakan oleh pelakunya bagaikan Arjuna. seperti pernyataan Sanjaya yang menyaksikan langsung perang dasyat (bharatayuda) di medan Kuruksetra walau dari kamar Dristarastra karena beliau diberikan kekuatan mata rohani yang luar biasa oleh Vyasadeva, dimana beliau mengatakan dimanapun ada Krsna, penguasa semua ahli kebatinan, dan di manapun ada Arjuna, pemanah yang paling utama, di sana pasti ada kekayaan, kejayaan, kekuatan luar biasa dan moralitas. Itulah pendapat saya.
 
Om Namo Bhagavate Vasudeva ya
 

Weda Sang Penyelamat

Weda Sang Penyelamat


sarvasya caham hrdi sannivisto

mattah smrtir jnanam apohanam ca

vedais ca sarvair aham eva vedyo

vedanta-krd veda-vid eva caham

Bhg. 15.15

Aku berdiam dalam hati semua, ingatan dan ilmu pengetahuan, hilangnya ingatan datangnya dari Aku, sesungguhnya Akulah yang harus diketahui oleh semua kitab veda, Akulah pencipta Vedanta dan Aku pula yang mengetahui veda.


Kata Aku disini tentulah Krsna, dan semua pasti tahu bahwa yang bersabda dalam Bhagavad Gita itu adalah Krsna, namun akan terasa agak aneh jika ternyata masih belum banyak yang mengakui dengan tunduk hati bahwa Krsna itu adalah kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dan masih banyak juga masyarakat hindu yang belajar ataupun mendalami Bhagavad Gita tetapi bukan Krsna sebagai tujuannya, ini barangkali yang perlu diperbaiki.

Padahal tujuan akhir dari sebuah kehidupan adalah mencapai Tuhan, dan untuk mencapai Tuhan maka tidak ada pilihan lain kecuali ada upaya yang sungguh-sungguh untuk mencariNya. Dan untuk mencariNya tentu harus ada tuntunan dari kitab suci, guru kerohanian dan pergaulan dengan para sadu (guru, sadu, sastra).

Tetapi orang yang bodoh dan tidak percaya yang ragu-ragu tentang kitab-kitab suci yang diwahyukan, tidak akan mencapai kesadaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa; melainkan mereka jatuh. Tidak ada kebahagian bagi orang yang ragu-ragu, baik di dunia ini maupun dalam penjelmaan yang akan datang (Bhg. 4.40).

Dimana lagi kita bisa menemukan sabda Tuhan setegas dan sejelas itu, lalu pertanyaannya adalah apakah masih ada yang ragu-ragu tentang Krsna?, siapa itu Krsna?, apakah Krsna itu Tuhan? dan sebagainya. Sementara disisi yang lain tidak ada keraguan sedikitpun tentang Bhagavad Gita bahkan mengakui itu adalah kitab suci veda (pancamoveda). Disinilah perlunya kecerdasan dan kearifan dalam bersikap karena Beliau sudah tegas bersabda baik pengetahuan, ingatan maupun hilangnya ingatan bersumber dari Beliau dan dalam sloka yang lain dengan tegas Beliau bersabda akan memberikan kecerdasan yang cukup bagi siapa saja yang sudah rindu untuk melaksanakan bhakti kepada Beliau. dan Krsna juga bersabda Aku hanya bisa didekati dengan cara bhakti oleh orang-orang yang tunduk hati dan tidak iri kepadaKu.

Jika masih ada keraguan maka mendekatlah kepada seorang guru kerohanian dan bertanyalah dengan tunduk hati kepada beliau karena beliau sudah melihat kebenaran itu. Sistim ini sudah berjalan sejak zaman purba dan akan terus ada sepanjang ada kehidupan di planet ini, karena sistim ini dirancang sendiri oleh Sri Krsna. Beliau menurunkan ajaran rahasia ini pertama kali kepada raja planet matahari Vivasvan, kemudian Vivasvan menurunkannya kepada leluhur manusia Manu dan Manu menurunkannya kepada raja pertama masyarakat manusia Ikswaku Maharaj dan seterusnya.

Banyak kitab-kitab weda menjelaskan bahwa Krsna itu adalah kepribadian Tuhan maka dari itu amanat-amanat veda itu perlu disampaikan kepada umat manusia agar manusia menjadi tahu serta sadar akan dirinya dan Tuhan, dan diselamatkan dalam mengarungi perjalanan hidupnya, itulah kesadaran Krsna atau kesadaran Tuhan.

Tuhan sebenarnya mempunyai misi yang suci yaitu menyelamatkan roh-roh yang jatuh seperti kita dan untuk misi itulah melalui Vyasadeva Beliau menurunkan ajaran veda ke dunia material ini untuk dipedomani dan diterapkan dalam kehidupan sebagai jembatan emas menyeberangkan sang roh dari planet material ke planet rohani yang kekal di kerajaan Tuhan. Karena demikian pentingnya veda maka pahamilah veda sesuai sloka diawal, terapkanlah prinsip-prinsip veda dalam setiap langkah kehidupan jangan ragu apalagi malu-malu dan jangan pernah takut mengakui dan meyakini Krsna itu adalah kepribadian Tuhan Yang tertinggi. Dalam kitab-kitab veda banyak dijelaskan tentang Kemaha Kuasaan Krsna seperti dalam Srimad Bhagavatam skanda 4 bab 24 sloka 28 dijelaskan sebagai berikut:

yah param ramhasah sajsat

tri-gunaj jiva-samjnitat

bhagavantam vasudevayam

prapannah sa priyo hi me

Deva Shiva melanjutkan: siapapun yang menyerahkan diri kepada kepribadian Tuhan Yang Tertinggi Krishna (Vasudeva) pengontrol segala sesuatu baik alam material maupun mahkluk hidup dialah sebenarnya sangat terkasih bagiku


Dalam kitab suci veda bagian moksa dharma Krsna bersabda:

prajapatim ca rudram capy

aham eva srjami vai

tam himam navijanito

mama maya vimohitam

Para Leluhur, Shiva dan lain-lainnya diciptakan oleh-Ku. Walaupun mereka tidak mengetahui bahwa mereka diciptakan oleh-Ku. Karena mereka dikhayalkan oleh tenaga-Ku yang menyebabkan khayalan


Dalam Bhagavad Gita 10.8 Krsna bersabda:

aham sarvasya prabhavo

mattah sarvam pravartate

iti matva bhajante mam

buddha bhava-samanvitah

Aku adalah sumber segala dunia rohani dan segala dunia material. Segala sesuatu berasal dari-Ku. Orang bijaksana yang mengetahui kenyataan ini secara sempurna menekuni bhakti kepada-Ku dan menyembah-Ku dengan sepenuh hatinya.
Hanya dengan tiga bukti diatas saja dari banyak sekali penjelasan-penjelasan veda yang menjelaskan tentang Krsna atau Vasudeva dan tak terhitung nama Beliau yang lain mestinya sudah cukup untuk meyakinkan diri kita bahwa Krsna itu adalah Kepribadian Tuhan Yang Tertinggi.

Mudah-mudahan kita semua setiap mendengar kata Krsna setiap mengucapkan kata Krsna mampu menggetarkan rohani kita mampu membangkitkan semangat cintakasih dan bhakti kepadaNya.

Om Namo Bhagavate Vasudeva Ya