Selasa, 27 Oktober 2009

bhagavad gita class

Melihat Tuhan dalam segala bentuk
by: Vedantapati Dasa
center Lampung

yo mam pasyati sarvatra

sarvam ca mayi pasyati

tasyaham na pranasyami

sa ca me na pranasyati

Bhg.VI.30

Dia yang melihat Aku dimana-mana dan melihat segalanya ada padaKu, Aku tak bisa lepas daripadanya dan dia tak bisa lepas daripadaKu.



Wujud semesta Tuhan hanya dapat dilihat oleh orang-orang yang paling beruntung, dalam penjelmaanya, dialah Arjuna kenapa? karena Arjuna sendiri telah diberkati mata bathin, mata pengelihatan rohani oleh kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Krsna. Kejadian ini terjadi pada akhir dua para yuga di tempat yang suci tempat perziarahan para rsi-rsi agung, para dewa di medan perang kuruksetra kurang lebih 5.100 tahun yang silam.

Kenapa harus Arjuna dan bukan kakaknya Yudistira (Dharmawangsa) seorang titisan dharma yang tidak pernah berbuat kesalahan? Ya ini sesuatu yang sudah ada dalam rencana Tuhan dan tentu sesuai dengan karma wasana seorang Arjuna.

Disamping seorang ksatria perkasa yang hebat berbudi luhur beliau juga seorang murid yang paling cerdas, paling hormat, paling setia dan paling menyayangi saudara-saudaranya, kerabatnya, kakeknya, gurunya dan sebagainya dan yang paling menonjol dari seorang Arjuna adalah beliau tentu sebagai abdi yang agung dan murid lansung Sri Krsna. Bahkan rsi agung yang sekaligus juga kakek kesayangannya sebelum pecah perang sempat berucap dengan nada tanya kepada dewata kenapa aku Bhisma dan bukan Arjuna?

Nah sekarang kita ada dalam zaman yang berbeda, zaman kemerosotan tentu tidak mungkin dapat melihat Tuhan secara langsung bahkan untuk melihat para leluhur yang suci dan para dewa sekalipun tidaklah mungkin karena kesucian, pengabdian, bhakti dan penyerahan diri kita yang kian merosot disamping juga factor penurunan kualitas alam dan lingkungan yang semakin parah.

Kemudian apakah kita lalu jauh dari Tuhan bahkan sangat jauh? Jawabnya tentu bisa ya dan bisa tidak. Tuhan itu jauh ketika seseorang belum bangkit kesadarannya akan sang diri, menganggap dirinya adalah badanya atau yang biasa disebut dengan masih menganut faham badan. Biasanya para penganut faham ini mengorbankan mahluk lain demi kepentingan badanya sendiri atas nama kesehatan dan gizi bahkan kadang-kadang hanya sekedar untuk sebuah kesenangan indria semata merupakan hal yang biasa-biasa saja.

Lalu apakah ini salah? Lagi-lagi jawabanya bisa ya dan bisa tidak, tentu akan dijawab tidak bagi yang masih menganut faham badan itu. Namun hal ini tidaklah terlalu penting untuk diperdebatkan karena hanya akan menguras energi sia-sia, namun yang paling baik barangkali mari direnungkan saja karena dari perenungan-perenungan itulah mudah-mudahan akan muncul jawabanya.

Tuhan telah menurunkan pengetahuan suci multidimensional Srimad Bhagavad Gita untuk mengatasi segala problematika hidup dan kehidupan umat manusia baik dimasa lalu, masa kini maupun dimasa yang akan datang.

Tentu sangat mungkin Srimad Bhagavad Gita adalah kitab suci yang paling banyak diminati dan dimiliki oleh penganut hindu di dimanapun dia berada jika dibandingkan dengan kepemilikan veda-veda yang lain seperti rig, yayur, atharva, sama veda dan kitab-kitab yang lain, bahkan diluar penganut hindu.

Namun sangat mungkin juga masih sedikit orang yang sudah tersadarkan olehnya, kenapa? karena mutiara-mutiara yang terkandung dalam Bhagavad Gita yang merupakan intisari ajaran dari veda-veda belum digali, belum dimaknai dan belum diterapkan secara utuh dalam kehidupan kesehariannya artinya ini masih setengah-setengah.

Sebagai contoh sederhana Sri Krsna yang maha berkarunia telah menasehati kita semua melalui sabda Beliau bahwa hendaknya pengetahuan rohani ini (bhagavad gita) dipelajari melalui garis-garis perguruan rohani (param-para) dan hal ini sudah diterapkan sejak masa yang silam ketika pengetahuan ini pertama kali diajarkan Beliau kepada Vivasvan (dewa matahari) kemudian Dewa Matahari mengajarkan pengetahuan rohani ini kepada Manu ayah leluhur manusia dan manu mengajarkannya kepada Ikswaku demikian seterusnya dan seterusnya sampai sekarang, ini artinya bahwa sangat sulit mendalami Bhagavad Gita tanpa melalui garis-garis perguruan rohani.

Ini adalah suatu kebenaran dan jika ada yang tidak sependapat dengan sabda ini maka secara langsung yang bersangkutan tidak sependapat dengan Tuhan Sri Krsna.

Srimad Bhagavad Gita mengajarkan kepada kita semua untuk membangkitkan kesadaran diri bahwa jati diri kita adalah sang roh atau atman yang merupakan percikan terkecil dari paramatman (Tuhan) itu sendiri yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan Tuhan, bukan badan ini, ya sang roh yang berada di setiap mahluk hidup tidak pernah mati walau sang badan hancur jadi debu.

Jika inti sang roh yang bersemayam dalam semua ciptaan adalah tunggal maka kita sama dengan mahluk lain tidak ada bedanya. Yang berbeda adalah badan dan sekali lagi bukan sang diri tetapi sang badan.

Kita sama dengan mereka dan mereka sama dengan kita yang dalam ajaran adiluhung dan universal disebut dengan tatvamasi maka setiap kita melihat sesama dan mahluk lain, tetumbuhan dan lain-lain berarti secara pasti dan benar kita telah melihat Tuhan.

Dia yang melihat Aku dimana-mana dan melihat segalanya ada padaKu, Aku tak bisa lepas daripadanya dan dia tak bisa lepas daripadaKu.

Jika apa yang kita lihat kita saksikan kita rasakan dan sebagainya semata-mata adalah aspek ilahi maka Tuhan selalu ada pada kita dan kita ada pada Beliau.

Itulah kesadaran dimana semua planit beserta isinya ini saling berkaitan karena rohnya berasal dari inti yang satu, maka kebiasaan mengorbankan yang lain, menyakiti yang lain untuk kepentingan badan merupakan ketidak sesuaian dari ajaran Bhagavad Gita.

Jika kita cermati lagi sloka diawal maka proses pembelajaran, pendekatan, bhakti, pengabdian, pelayanan dan seterusnya menuju kebangkitan, kesempurnaan dan kesadaran diri mestinya terus diupayakan agar kita mampu melihat Tuhan dalam segala bentuk. Sehingga hubungan cinta kasih rohani selalu memayungi semua mahluk, dengan demikian kedamaian, ketentraman dan alam terjaga keberadaanya dengan baik. kalau sudah demikian kita tidak terlepas dari Beliau dan Beliau juga demikian adanya, maka kemanapun kita melangkah tidak akan pernah ragu apalagi takut karena Tuhan sudah berjanji Aku tidak bisa lepas daripadanya.



Semoga semua mahluk berbahagia

Om Namo Bhagavate Vasudeva ya

bhagavad gita class

Melihat Tuhan dalam segala bentuk
by: Vedantapati Dasa
center Lampung

yo mam pasyati sarvatra

sarvam ca mayi pasyati

tasyaham na pranasyami

sa ca me na pranasyati

Bhg.VI.30

Dia yang melihat Aku dimana-mana dan melihat segalanya ada padaKu, Aku tak bisa lepas daripadanya dan dia tak bisa lepas daripadaKu.



Wujud semesta Tuhan hanya dapat dilihat oleh orang-orang yang paling beruntung, dalam penjelmaanya, dialah Arjuna kenapa? karena Arjuna sendiri telah diberkati mata bathin, mata pengelihatan rohani oleh kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Krsna. Kejadian ini terjadi pada akhir dua para yuga di tempat yang suci tempat perziarahan para rsi-rsi agung, para dewa di medan perang kuruksetra kurang lebih 5.100 tahun yang silam.

Kenapa harus Arjuna dan bukan kakaknya Yudistira (Dharmawangsa) seorang titisan dharma yang tidak pernah berbuat kesalahan? Ya ini sesuatu yang sudah ada dalam rencana Tuhan dan tentu sesuai dengan karma wasana seorang Arjuna.

Disamping seorang ksatria perkasa yang hebat berbudi luhur beliau juga seorang murid yang paling cerdas, paling hormat, paling setia dan paling menyayangi saudara-saudaranya, kerabatnya, kakeknya, gurunya dan sebagainya dan yang paling menonjol dari seorang Arjuna adalah beliau tentu sebagai abdi yang agung dan murid lansung Sri Krsna. Bahkan rsi agung yang sekaligus juga kakek kesayangannya sebelum pecah perang sempat berucap dengan nada tanya kepada dewata kenapa aku Bhisma dan bukan Arjuna?

Nah sekarang kita ada dalam zaman yang berbeda, zaman kemerosotan tentu tidak mungkin dapat melihat Tuhan secara langsung bahkan untuk melihat para leluhur yang suci dan para dewa sekalipun tidaklah mungkin karena kesucian, pengabdian, bhakti dan penyerahan diri kita yang kian merosot disamping juga factor penurunan kualitas alam dan lingkungan yang semakin parah.

Kemudian apakah kita lalu jauh dari Tuhan bahkan sangat jauh? Jawabnya tentu bisa ya dan bisa tidak. Tuhan itu jauh ketika seseorang belum bangkit kesadarannya akan sang diri, menganggap dirinya adalah badanya atau yang biasa disebut dengan masih menganut faham badan. Biasanya para penganut faham ini mengorbankan mahluk lain demi kepentingan badanya sendiri atas nama kesehatan dan gizi bahkan kadang-kadang hanya sekedar untuk sebuah kesenangan indria semata merupakan hal yang biasa-biasa saja.

Lalu apakah ini salah? Lagi-lagi jawabanya bisa ya dan bisa tidak, tentu akan dijawab tidak bagi yang masih menganut faham badan itu. Namun hal ini tidaklah terlalu penting untuk diperdebatkan karena hanya akan menguras energi sia-sia, namun yang paling baik barangkali mari direnungkan saja karena dari perenungan-perenungan itulah mudah-mudahan akan muncul jawabanya.

Tuhan telah menurunkan pengetahuan suci multidimensional Srimad Bhagavad Gita untuk mengatasi segala problematika hidup dan kehidupan umat manusia baik dimasa lalu, masa kini maupun dimasa yang akan datang.

Tentu sangat mungkin Srimad Bhagavad Gita adalah kitab suci yang paling banyak diminati dan dimiliki oleh penganut hindu di dimanapun dia berada jika dibandingkan dengan kepemilikan veda-veda yang lain seperti rig, yayur, atharva, sama veda dan kitab-kitab yang lain, bahkan diluar penganut hindu.

Namun sangat mungkin juga masih sedikit orang yang sudah tersadarkan olehnya, kenapa? karena mutiara-mutiara yang terkandung dalam Bhagavad Gita yang merupakan intisari ajaran dari veda-veda belum digali, belum dimaknai dan belum diterapkan secara utuh dalam kehidupan kesehariannya artinya ini masih setengah-setengah.

Sebagai contoh sederhana Sri Krsna yang maha berkarunia telah menasehati kita semua melalui sabda Beliau bahwa hendaknya pengetahuan rohani ini (bhagavad gita) dipelajari melalui garis-garis perguruan rohani (param-para) dan hal ini sudah diterapkan sejak masa yang silam ketika pengetahuan ini pertama kali diajarkan Beliau kepada Vivasvan (dewa matahari) kemudian Dewa Matahari mengajarkan pengetahuan rohani ini kepada Manu ayah leluhur manusia dan manu mengajarkannya kepada Ikswaku demikian seterusnya dan seterusnya sampai sekarang, ini artinya bahwa sangat sulit mendalami Bhagavad Gita tanpa melalui garis-garis perguruan rohani.

Ini adalah suatu kebenaran dan jika ada yang tidak sependapat dengan sabda ini maka secara langsung yang bersangkutan tidak sependapat dengan Tuhan Sri Krsna.

Srimad Bhagavad Gita mengajarkan kepada kita semua untuk membangkitkan kesadaran diri bahwa jati diri kita adalah sang roh atau atman yang merupakan percikan terkecil dari paramatman (Tuhan) itu sendiri yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan Tuhan, bukan badan ini, ya sang roh yang berada di setiap mahluk hidup tidak pernah mati walau sang badan hancur jadi debu.

Jika inti sang roh yang bersemayam dalam semua ciptaan adalah tunggal maka kita sama dengan mahluk lain tidak ada bedanya. Yang berbeda adalah badan dan sekali lagi bukan sang diri tetapi sang badan.

Kita sama dengan mereka dan mereka sama dengan kita yang dalam ajaran adiluhung dan universal disebut dengan tatvamasi maka setiap kita melihat sesama dan mahluk lain, tetumbuhan dan lain-lain berarti secara pasti dan benar kita telah melihat Tuhan.

Dia yang melihat Aku dimana-mana dan melihat segalanya ada padaKu, Aku tak bisa lepas daripadanya dan dia tak bisa lepas daripadaKu.

Jika apa yang kita lihat kita saksikan kita rasakan dan sebagainya semata-mata adalah aspek ilahi maka Tuhan selalu ada pada kita dan kita ada pada Beliau.

Itulah kesadaran dimana semua planit beserta isinya ini saling berkaitan karena rohnya berasal dari inti yang satu, maka kebiasaan mengorbankan yang lain, menyakiti yang lain untuk kepentingan badan merupakan ketidak sesuaian dari ajaran Bhagavad Gita.

Jika kita cermati lagi sloka diawal maka proses pembelajaran, pendekatan, bhakti, pengabdian, pelayanan dan seterusnya menuju kebangkitan, kesempurnaan dan kesadaran diri mestinya terus diupayakan agar kita mampu melihat Tuhan dalam segala bentuk. Sehingga hubungan cinta kasih rohani selalu memayungi semua mahluk, dengan demikian kedamaian, ketentraman dan alam terjaga keberadaanya dengan baik. kalau sudah demikian kita tidak terlepas dari Beliau dan Beliau juga demikian adanya, maka kemanapun kita melangkah tidak akan pernah ragu apalagi takut karena Tuhan sudah berjanji Aku tidak bisa lepas daripadanya.



Semoga semua mahluk berbahagia

Om Namo Bhagavate Vasudeva ya

bhagavad gita class

Melihat Tuhan dalam segala bentuk
by: Vedantapati Dasa
center Lampung

yo mam pasyati sarvatra

sarvam ca mayi pasyati

tasyaham na pranasyami

sa ca me na pranasyati

Bhg.VI.30

Dia yang melihat Aku dimana-mana dan melihat segalanya ada padaKu, Aku tak bisa lepas daripadanya dan dia tak bisa lepas daripadaKu.



Wujud semesta Tuhan hanya dapat dilihat oleh orang-orang yang paling beruntung, dalam penjelmaanya, dialah Arjuna kenapa? karena Arjuna sendiri telah diberkati mata bathin, mata pengelihatan rohani oleh kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Krsna. Kejadian ini terjadi pada akhir dua para yuga di tempat yang suci tempat perziarahan para rsi-rsi agung, para dewa di medan perang kuruksetra kurang lebih 5.100 tahun yang silam.

Kenapa harus Arjuna dan bukan kakaknya Yudistira (Dharmawangsa) seorang titisan dharma yang tidak pernah berbuat kesalahan? Ya ini sesuatu yang sudah ada dalam rencana Tuhan dan tentu sesuai dengan karma wasana seorang Arjuna.

Disamping seorang ksatria perkasa yang hebat berbudi luhur beliau juga seorang murid yang paling cerdas, paling hormat, paling setia dan paling menyayangi saudara-saudaranya, kerabatnya, kakeknya, gurunya dan sebagainya dan yang paling menonjol dari seorang Arjuna adalah beliau tentu sebagai abdi yang agung dan murid lansung Sri Krsna. Bahkan rsi agung yang sekaligus juga kakek kesayangannya sebelum pecah perang sempat berucap dengan nada tanya kepada dewata kenapa aku Bhisma dan bukan Arjuna?

Nah sekarang kita ada dalam zaman yang berbeda, zaman kemerosotan tentu tidak mungkin dapat melihat Tuhan secara langsung bahkan untuk melihat para leluhur yang suci dan para dewa sekalipun tidaklah mungkin karena kesucian, pengabdian, bhakti dan penyerahan diri kita yang kian merosot disamping juga factor penurunan kualitas alam dan lingkungan yang semakin parah.

Kemudian apakah kita lalu jauh dari Tuhan bahkan sangat jauh? Jawabnya tentu bisa ya dan bisa tidak. Tuhan itu jauh ketika seseorang belum bangkit kesadarannya akan sang diri, menganggap dirinya adalah badanya atau yang biasa disebut dengan masih menganut faham badan. Biasanya para penganut faham ini mengorbankan mahluk lain demi kepentingan badanya sendiri atas nama kesehatan dan gizi bahkan kadang-kadang hanya sekedar untuk sebuah kesenangan indria semata merupakan hal yang biasa-biasa saja.

Lalu apakah ini salah? Lagi-lagi jawabanya bisa ya dan bisa tidak, tentu akan dijawab tidak bagi yang masih menganut faham badan itu. Namun hal ini tidaklah terlalu penting untuk diperdebatkan karena hanya akan menguras energi sia-sia, namun yang paling baik barangkali mari direnungkan saja karena dari perenungan-perenungan itulah mudah-mudahan akan muncul jawabanya.

Tuhan telah menurunkan pengetahuan suci multidimensional Srimad Bhagavad Gita untuk mengatasi segala problematika hidup dan kehidupan umat manusia baik dimasa lalu, masa kini maupun dimasa yang akan datang.

Tentu sangat mungkin Srimad Bhagavad Gita adalah kitab suci yang paling banyak diminati dan dimiliki oleh penganut hindu di dimanapun dia berada jika dibandingkan dengan kepemilikan veda-veda yang lain seperti rig, yayur, atharva, sama veda dan kitab-kitab yang lain, bahkan diluar penganut hindu.

Namun sangat mungkin juga masih sedikit orang yang sudah tersadarkan olehnya, kenapa? karena mutiara-mutiara yang terkandung dalam Bhagavad Gita yang merupakan intisari ajaran dari veda-veda belum digali, belum dimaknai dan belum diterapkan secara utuh dalam kehidupan kesehariannya artinya ini masih setengah-setengah.

Sebagai contoh sederhana Sri Krsna yang maha berkarunia telah menasehati kita semua melalui sabda Beliau bahwa hendaknya pengetahuan rohani ini (bhagavad gita) dipelajari melalui garis-garis perguruan rohani (param-para) dan hal ini sudah diterapkan sejak masa yang silam ketika pengetahuan ini pertama kali diajarkan Beliau kepada Vivasvan (dewa matahari) kemudian Dewa Matahari mengajarkan pengetahuan rohani ini kepada Manu ayah leluhur manusia dan manu mengajarkannya kepada Ikswaku demikian seterusnya dan seterusnya sampai sekarang, ini artinya bahwa sangat sulit mendalami Bhagavad Gita tanpa melalui garis-garis perguruan rohani.

Ini adalah suatu kebenaran dan jika ada yang tidak sependapat dengan sabda ini maka secara langsung yang bersangkutan tidak sependapat dengan Tuhan Sri Krsna.

Srimad Bhagavad Gita mengajarkan kepada kita semua untuk membangkitkan kesadaran diri bahwa jati diri kita adalah sang roh atau atman yang merupakan percikan terkecil dari paramatman (Tuhan) itu sendiri yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan Tuhan, bukan badan ini, ya sang roh yang berada di setiap mahluk hidup tidak pernah mati walau sang badan hancur jadi debu.

Jika inti sang roh yang bersemayam dalam semua ciptaan adalah tunggal maka kita sama dengan mahluk lain tidak ada bedanya. Yang berbeda adalah badan dan sekali lagi bukan sang diri tetapi sang badan.

Kita sama dengan mereka dan mereka sama dengan kita yang dalam ajaran adiluhung dan universal disebut dengan tatvamasi maka setiap kita melihat sesama dan mahluk lain, tetumbuhan dan lain-lain berarti secara pasti dan benar kita telah melihat Tuhan.

Dia yang melihat Aku dimana-mana dan melihat segalanya ada padaKu, Aku tak bisa lepas daripadanya dan dia tak bisa lepas daripadaKu.

Jika apa yang kita lihat kita saksikan kita rasakan dan sebagainya semata-mata adalah aspek ilahi maka Tuhan selalu ada pada kita dan kita ada pada Beliau.

Itulah kesadaran dimana semua planit beserta isinya ini saling berkaitan karena rohnya berasal dari inti yang satu, maka kebiasaan mengorbankan yang lain, menyakiti yang lain untuk kepentingan badan merupakan ketidak sesuaian dari ajaran Bhagavad Gita.

Jika kita cermati lagi sloka diawal maka proses pembelajaran, pendekatan, bhakti, pengabdian, pelayanan dan seterusnya menuju kebangkitan, kesempurnaan dan kesadaran diri mestinya terus diupayakan agar kita mampu melihat Tuhan dalam segala bentuk. Sehingga hubungan cinta kasih rohani selalu memayungi semua mahluk, dengan demikian kedamaian, ketentraman dan alam terjaga keberadaanya dengan baik. kalau sudah demikian kita tidak terlepas dari Beliau dan Beliau juga demikian adanya, maka kemanapun kita melangkah tidak akan pernah ragu apalagi takut karena Tuhan sudah berjanji Aku tidak bisa lepas daripadanya.



Semoga semua mahluk berbahagia

Om Namo Bhagavate Vasudeva ya

Senin, 26 Oktober 2009

Sri Balarama

Siapakah Sri Balarama?

Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna, adalah sumber dari segala inkarnasi. Sri Balarama adalah penjelmaan kedua Beliau. Mereka adalah satu dan memiliki identitas yang sama. Hanya bentuk mereka saja yang berbeda. Balarama adalah ekspansi pertama dari Tuhan Sri Krishna, dan Beliau melayani Tuhan Sri Krishna dalam kegiatan rohaninya. Beliau adalah sumber dari seluruh dunia rohani dan adalah Adi Guru, yaitu guru kerohanian yang asli.
Beliau mengambil lima bentuk kepribadian untuk melayani Tuhan Sri Krishna. Beliau sendiri membantu lila/kegiatan Tuhan Sri Krishna, dan Beliau melaksanakan penciptaan dengan mengambil empat bentuk yang lain, yaitu yang dikenal dengan Catur Vyuha (berlengan empat), bentuk tersebut dikenal dengan nama Vasudeva, Sankarsana, Pradyumna dan Anirudha. Beliau melaksanakan Perintah Tuhan Sri Krishna dengan melaksanakan penciptaan dan dengan wujud sebagai Tuhan Ananta Sesa, Sri Balaram melayani Tuhan Sri Krishna dalam berbagai cara. Dalam semua wujud Beliau, Sri Balarama merasakan kebahagiaan rohani dalam melayani Tuhan Sri Krishna. Tak seorang pun dapat mendekati Tuhan Sri Krishna tanpa sebelumnya mendapatkan karunia dari Sri Baladeva/Sri Balarama.

Keturunan Dari Sri Balarama

Ketika Sri Krishna muncul di dunia material ini, Beliau muncul lengkap dengan rekan-rekannya dan perlengkapannya yaitu lima ribu tahun yang lalu ketika keturunan Tuhan Sri Krishna muncul di dunia material ini. Kemunculanya itu di dahului oleh Sri Baladeva, hanya karena Sri Baladeva memberikan karunianya menjadi keturunan Tuhan Sri Krishna. Demikianlah hubungan yang sangat intim antara Tuhan Sri Krishna dan Sri Baladeva.
Ketika Baladeva muncul sebagai anak ketujuh dalam kandungan ibu Devaki, dia dapat mengerti bahwa ini adalah anak yang agung dan ini membuat ibu Devaki prihatin dengan keamanannya. Walaupun Raja Kamsa dapat mengetahui kemampuannya dan dia menjadi takut, berpikir mungkin dia di tipu oleh ramalan bahwa dia akan dibunuh hanya oleh putra kedelapan dari ibu Devaki. Pada saat yang sama atas perintah Tuhan Sri Krishna kepada Yogamaya, tenaga dalam Beliau, untuk memindahkan bayi yang belum lahir itu ke dalam kandungan ibu Rohini, salah satu istri dari Vasudeva yang di sembunyikan dari Kamsa di rumah Nanda Maharaja di Gokula.
Dengan cara inilah Sri Balarama muncul di Gokul dibawah perlindungan dari Nanda Maharaja. Garga muni adalah pendeta dari keluarga Yadu, menyampaikan mengenai anaknya. Rohini menangis sesungguhnya beliau adalah istri dari Vasudeva. Pada saat upacara pemberian nama, Garga muni memberikan nama anak itu Rama yang berarti seseorang yang memberikan segala kepuasan. Dijelaskan juga anak itu sangat kuat,Garga muni memprediksikan bahwa Beliau dikenal juga dengan nama Balarama. Bala yang berarti kuat. Karena Sri Balarama terpaksa keluar dari kandungan ibu Devaki dibawa kedalam kandungan Rohini, Beliau juga dikenal dengan Sankarsana. Sebagai putra ibu Rohini beliau dikenal sebagai Rohini-putra, dan sebagai saudara tua Sri Krishna Beliau di pangil dengan Douji
Sri Balarama menikah dengan Revati

Di jaman Satya Yuga ada seorang raja yang bernama Raja Raivata dan mempunyai seorang putri bernama Revati beliau penuh kemewahan dan sangat sempurna.Tidak ada yang mampu bersanding dengan beliau. Raja membawanya menghadap Dewa Brahma dan mohon petunjuknya. Setelah menunggu beberapa saat ketika Raja bertemu dengan Dewa Brahma, Beliau terkejut menyadari bahwa dalam waktu yang sangat singkat beliau menghabiskan waktunya di Brahmaloka. Jutaan tahun sudah berlalu dibumi dan pada saat yang sama Dvapara Yuga berakhir. Dengan demikian Dewa Brahma menyampaikan bahwa pada saat sekarang ini Tuhan Sri Balarama lah yang paling berkualifikasi untuk menjadi suami dari Revati.

Bentuk dari Tuhan Sri Balarama.

Sri Balarama sangat kuat saat berusia 16 tahun. Beliau penuh dengan kemasyuran dan Beliau berkilau seperti Crystal. Beliau mengenakan pakaian biru dan dihiasi dengan garland dari bunga hutan. Beliau sangat tampan, rambut Beliau lembut gemulai. Telinga Beliau dihiasi dengan anting yang sangat indah, dan leher Beliau dihiasi dengan garland dari bunga dan untaian permata. Lengan Beliau dan kaki padma Beliau sangat menawan hati dihiasi dengan perhiasan-perhiasan Douji yang sangat anggun dan menarik. Lengan Beliau sangat kuat dan kaki padma Beliau dihiasi dengan gelang kaki dari permata yang terbaik.
Sri Balarama sangat menawan dan sangat tampan, di tambah dengan anting-anting yang menyentuh pipiNya. Wajah Beliau dihiasi dengan tilaka, dada Beliau lebar dihiasi dengan garland dari Gunja. Suara Beliau sangat dalam dan lengan Beliau sangat panjang menyentuh pahaNya.
Kemegahan rohani Tuhan Sri Balarama seperti bentuk gerhana jutaan tahun dari kilauan bulan yang baru muncul, keharuman dan kekuatan Beliau mengganggu banyak musuh dan raksasa.Walaupun Beliau mengetahui kekuatan supernatural dari Tuhan Krishna, namun Beliau selalu mencintai dan tidak pernah meningggalkan Sri Krishna sendiri di hutan walaupun sesaat saja. Sri Balarama adalah kesayangan Tuhan Sri Krishna, dan Beliau adalah sumber dari segala nyanyian rohani.

Karunia Sri Balarama

Sri Balarama menunjukkan contoh mengenai bagaimana bersikap dalam pelayanan pada Tuhan Sri Krishna. Beliau muncul sebagai Laksmana, dengan Sri Rama dan selajutnya sebagai Sri NityaNanda prabhu dengan Sri Caitanya Mahaprabhu. Beliau adalah guru kerohanian yang asli, dan siapapun ingin maju dalam kerohanian harus mendapat karunia dari Tuhan Sri Balarama.
Jai Sri Balarama Ki jai………

Srimad Bhagavatam class

Srimad Bhagavatam skanda 7 Bab 2 ayat 10

Tavad yata bhuvan yuyam
Brahma ksatra samedhitam
Sudayadhvam tapo yajna
Svadhyaya vrata daninah


Terjemahan:
Sementara aku sibuk dengan bisnis membunuh Tuhan Sri Wisnu,Turun Ke planet bumi yang mana berkembang karena budaya kebrahmanaan orang orang seperti ini sibuk dalam budaya kebrahmanaan dan pemerintahan ksatria orang –orang seperti ini sibuk dalam pertapaan, yadnya, pengetahuan Weda, mengikuti aturan secara teratur dan berdana punia.Menghancurkan semua orang yang sibuk seperti itu.

Penjelasan:
Tujuan utama Hiranyakasipu adalah mengganggu para dewa. Tujuan utama dari Hiranyakasipu adalah menggangu para dewa, dan rencana yang pertama membunuh Tuhan Sri Wisnu, dengan demikian dengan terbunuhnya Tuhan Sri Wisnu secara otomatis Para Dewa akan menjadi lemah dan mati . Rencana yang lain adalah meporak-porandakan tempat2 yang ada di bumi ini , kedapaian dan pertapaan dari tempat2 di bumi ini dan tempat2 yang lain yang terpeliharaTuhan Sri Wisnu menjelaskan dalam bhagavad gita 4.13 catur varnyam maya srstam guna karma vibhagasah sesuai dengan tiga sifat alam dan pekerjaan , empat kelompk manusia di ciptakan. Di semua jenis planet ada berbagai jeni tempat, namun Tuhan menganjurkan khusus menunjuk pada planet Bumi ini yang di tempat oleh manusia yanga secara khusus. Masyarakat di bagi menjadi empat warna brahmana, ksatria, vaisya dan sudra.
Sebelum Tuhan sri wisnu lahir ke planet bumi ini , di mengerti bahwa planet bumi ini di atur oleh para brahmana dan ksatria Kewajiban seorang brahmana adalah mencitakan kedamaian, mengontrol diri, toleransi, kejujuran, suci , dan kesederhanaan. Dan selajutnya menganjurkan pada raja, mengikuti perintah para brahamana. Atau kesatria bagaimana cara memerintah Negara.Mengikuti perintah par brahmnana para krstria sibuk ,para ksartia seharusnya menyibukan masyarakat untuk melakukan pertapaan , yadnya , mempelajari weda,dan mengikuti aturan dan peraturan yang di tentukan oleh kitab suci weda, Mereka juga harus mengatur dana punia yang diberikan brahmana sanyasai dan kepada pura-pura,/tempat suci , ini adalh aturan ke Tuhanan tentang budaya kebrahmaan .Orang cenderung mempersembahkan yadnya, karena tanpa yadnya yang dipersembahkan hujan tidak akan cukup yang mana akan merusakan pertanian. Dengan memperkenalkan budaya kebrahmaan ,pemerintah/ksatria seharusnya menyibukan masyarakat, melaksanakan yadnya, pertapaan mempelajari weda dan memberikan dana punia,demikialah orang2 dapat menerima kebutuhan hidup nya dan tidak ada gangguan di masyarakat, dalam hal ini Tuhan Sri Krsna menyatakan dalam Bhagavad Gita (3.12)




“Untuk memenuhi kebutuhan hidup , para dewa dipuaskan dengan berbagai yadnya dengan melaksanakan, memberikan semua kebutuhan kepada semua umat manusia, namun mereka yang menikmati hadiah ini tanpa mempersembahkan pada para dewa sebagai timbal balik tentu adalah pencuri.”

Para dewa dikuasakan untuk mensuplai atau sebagai agen diberi kuasa untuk berbuat atas nama Tuhan Sri Wisnu. Dengan demikian mereka dipuaskan dengan melaksanakan berbagai jenis yadnya.
Dalam weda ada berbagai jenis yadnya untuk berbagai jenis Dewa .Namun akhirnya yadnya itu dipersembahkan kepada Tuhan Sri Wsnu,bagi orang yang tidak mengerti apa kepribadian Tuhan Yang Maha Esa itu , yadnya untuk para dewa dianjurkan.Memuja para berbagai Dewa juga dalam basis yang sama, yaitu sesuai dengan kualitasnya yang berbeda-beda.Bagi mereka yang berada dalam sifat kebaikan memuja Sri Wisnu dianjurkan.Bagi orang2 biasa dikenal dengan panca Mahayajna dianjurkan.Akan tetapi orang harusnya tau bahwa semua kebutuhan itu di suplai oleh agen2 yaitu para dewa, tak seorangpun dapat merancang dan mempertimbangkan.Contoh semua makanan seperti biji-bijian, sayu, susu dan Gula bagi sifat kebaikan , makanan lain seperti daging tak satupun tak bisa dirancang oleh manusia. Contoh Lain, panas sinar air dan udara yang menjadi kebutuhan hidup dan satupun bisa dirancang oleh manusia. Tanpa hal itu tak seorang pun dapat hidup, dengan demikian kita tergantung atas suplai dari Tuhan.bahkan untuk kebutuhan 2 hidup kitamemerlukan begitu banyak, seperti logam dan berbagai hal2 yang penting lainya , kita seharusnya membuat kegunaan yang tepat untuk menjaga diri kitamantap dan sehat untuk melaksanakan keinsapan diri mengarah pada tujuan yang tertinggi untuk pembebasan dari ikatan dunia material ini.Tujuan krehidupan ini dicapai oleh pelaksanann yajna jika kita melupakan tujuan kehidupan manusi dan hanya menggunakan untuk kenikmatan indria,semakin terikat dalam keadaan material.tentu kita kan menjadi pencuri dan tentu kita akan dikum oleh hukum lama.Masyarakat pencuri tidak akajn pernah bahagia karena mereka tidak memiliki tujuan hidup, mereka hanya diarahkan untuk menikmati kenikmatan material, tak satupun dari mereka memiliki pengetahuan bagaimana melaksanakan yadnya.Akan tetapi Tuhan Sri Caitanya Mahaprabhu telah menetapkan yadnya yang termudah yaitu Sankirtan yadnya yang dilaksanakan dengan mudah oleh setiap orang yang menerima kesadaran krsna.Rencana Hiranyakasipu untuk membunuh penduduk Bumi ini supaya yadnya itu dihentikan,dengan demikian para dewa menjadi bingung.apakah mati secara otomatis ketika Tuhan Sri Wisnu Yajnesvara telah dibunuh ini adalah rencana para raksasa seperti Hiranyakasipu yang ahli dalam kegiatan seperti itu.