Selasa, 22 Desember 2009

Kenapa harus hijrah

Kenapa harus hijrah?
Oleh:Vedanta pati dasa

yah sastra-vidhim utsrjya
vartate kama-karatah,
na sa siddhim avapnoti
na sukham na param gatim
Bhg. 16.23

Ia yang meninggalkan ajaran kitab suci, berada dibawah pengaruh napsu keinginan, tak akan mencapai kesempurnaan, kebahagiaan dan tujuan tertinggi.

Demikian Tuhan yang maha berkarunia Sri Krsna memperingatkan kepada kita semua untuk selalu ingat dan selalu ingat akan betapa sia-sianya hidup kita yang singkat ini jika kita meninggalkan ajaran kitab suci.
Percaya atau tidak percaya, yakin atau tidak yakin sabda Tuhan tetap sebuah kebenaaran mutlak tak terbantahkan. Tidak perlu mencari dukungan untuk memperkuat kebenaran sabda itu, tidak perlu adu urat leher untuk mendebat kebenaran itu sekali lagi tidak perlu.
Dia tetap sebuah kebenaran mengalir apa adanya tanpa pengaruh apapun dan tak terkontaminasi oleh ruang dan waktu.
Jika diamati kehidupan bagi ia yang meninggalkan ajaran kitab suci dan bergeser ke agama lain sangat nampak bahwa ada satu kehidupan yang jauh dari keharmonisan, kebahagiaan, ketenangan serta jauh dari nuansa kehidupan yang spiritual ini sudah terbukti banyak sekali di masyarakat. Jika pendapat ini ternyata salah atau tidak sepenuhnya benar maka tentu veda itu juga keliru.
Sama halnya jika dalam veda kotoran dan kencing sapi itu suci maka hal itu benarlah adanya. Tentu boleh-boleh saja membantah hal ini berdasarkan pengetahuan yang dimiliki yang notabene sangat terbatas namun kembali lagi bahwa veda itu tidak pernah salah dan tidak akan pernah keliru, karena disabdakan langsung oleh Tuhan itu sendiri yang turun ke dunia ini menginjakkan kaki padmanNya yang suci di medan perang kuruksetra.
Ketika Krsna menyuruh Yudistira berbohong untuk mengatakan kepada Drona bahwa Aswatama telah mati terbunuh (Aswatama dalam hal ini adalah nama seekor gajah dan bukan Aswatama putra Drona) Yudistira orang yang tidak pernah berbohong sepanjang hidupnya tentu tidak dapat memahami pikiran Krsna itulah salah satu ciri keterbatasan yang dimiliki manusia.
Dalam satu kesempatan diskusi ada pertanyaan menarik dari salah satu mahasiswa stah Lampung bagaimana kalau orang non hindu yang beralih ke agama hindu? Apakah karena dia yang telah meninggalkan ajaran kitab sucinya juga akan tidak mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi? Nah dalam agama lain kemungkinan hanya ada sorga dan neraka. Jika manusia berbuat saleh maka jaminannya adalah sorga dan sebaliknya jika menyimpang dari kebenaran maka neraka sudahlah pasti.
Tetapi didalam hindu ada banyak planit baik planit material maupun planit rohani apakah itu planit sorga, planit-planit neraka, brahma jyotir, kailasa, vaikunta, dan goloka vrndavan sebagai yang tertinggi. Manusia bebas menentukan sendiri tujuan hidupnya kelak untuk mengarah ke planit yang mana saja yang dikehendaki.
Jika umat non hindu surga sebagai tujuan hidupnya yang tertinggi maka dalam hindu goloka vrndavan yang posisinya jauh diatas planit sorga sebagai tujuan hidupnya yang tertinggi.
Tentu akan timbul pertanyaan berikutnya adalah apakah konsep sorga bagi umat lain sama dengan konsep sorganya umat hindu,……entahlah.
Yang jelas persamaan diantara keduanya adalah sama-sama menyediakan kenikmatan yang tiada tara identik dengan kenikmatan material. Di hindu planit sorga yang didiami oleh para dewa justru termasuk kedalam jenis planit material dimana penghuninya masih memelihara keterikatan, seperti tertarik dengan hal-hal duniawi seperti wanita cantik, masih bisa marah, dendam dan sifat-sifat duniawi lainnya.
Bagi orang-orang yang berbuat saleh selama kehidupannya di dunia material ini setelah rohnya meninggalkan badan kasarnnya bisa memasuki planit surga, disana dia akan menikmati sisa-sisa karma baiknya dimasa lalu dan pada saatnya nanti jika sisa-sisa karmanya habis maka dia akan turun lagi tidak kekal bahkan pada saatnya nanti ketika masa pralaya (peleburan) tiba maka planit sorga termasuk yang dileburkan.
Tujuan tertinggi agama hindu tentu bukan sorgaloka tetapi menuju planit rohani yang tertinggi yaitu Krsna loka yang disebut dengan goloka vrndavan, disana kehidupan diliputi dengan cinta kasih rohani bergaul dengan Tuhan Yang Maha Esa Krsna namun tetap sebagai seorang penyembah dan bukan menyatu.
Nah kalau kita kembali lagi ke pertanyaan mahasiswa diatas maka sudah sangat jelas bahwa jika penganut hindu pindah ke agama lain dengan alasan apapun (biasanya lebih banyak karena alasan-alasan duniawi seperti kecantikan/ketampanan, materi, jabatan dan lain-lain) maka dia tidak akan pernah mencapai kesempurnaan, kebahagiaan dan tujuan hidupnya yang tertinggi, sedangkan jika sebelumnya orang non hindu lalu masuk hindu melalui proses sudiwadani kemudian menekuni bhakti dengan baik melalui bimbingan seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya maka dia akan mampu mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi yaitu di kerajaan Tuhan Goloka Vrndavan, lagi-lagi ini adalah sabda Tuhan yang sudah pasti benar.
Maka dari itu jangan pernah meninggalkan ajaran veda bahkan berpikir untuk itu pun jangan, mari kita coba untuk mengerti hal ini dengan kejernihan dan ketundukan hati, namun mengerti saja tidaklah cukup harus diupayakan diikuti dengan sikap dan prilaku rendah hati lebih rendah dari rumput dan toleran bagaikan pohon serta bhakti yang tulus untuk menerima dan melaksanakan kebenaran itu dengan sejujur-jujurnya dan jangan pernah berdusta.
Kita diberikan kesempatan waktu yang singkat untuk menekuni bhakti kepada Tuhan dalam rangka mempersiapkan diri untuk pulang ke dunia rohani, jangan disia-siakan kesempatan emas ini untuk hal-hal yang tidak perlu.
Tumbuhkanlah keinginan yang kuat untuk memiliki kitab veda dan lebih jauh lagi tumbuhkan keinginan untuk mempelajarinya dan lebih jauh lagi kembangkan kesadaran untuk melaksanakan ajaran itu dalam bhakti keseharian kita.

Semoga semua mahluk berbahagia, semua mahluk mencapai kesempurnaan dan semua mahluk mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi

Om namo bhagavate vasudeva ya

Kamis, 17 Desember 2009

CARA MENGHINDARI KIAMAT (PRALAYA) SESUAI KONTEKS HINDU GARIS SAMPRADAYA
OLEH :IDA WAISNAWA PANDITA DAMODARA PANDIT DASA
PENGETAHUAN INI DISAMPAIKAN PADA SEMINAR DAERAH LAMPUNG.


Pengetahuan rohani Weda yang sangat tinggi dan rahasia merupakan karunia yang tiada sebabnya dari Tuhan, dimana sejarah tidak bisa melupakan seorang Acarya tertinggi atau Guru suci yang mendirikan dan menyebarkan kesadaran krsna keseluruh dunia.

Sri Srimad A.C Bhaktivedanta Swami Prabhupada yang berasal dari Calcuta India.beliau di diksa oleh guru beliau srila bhaktisindantha tahun 1933,semenjak masih muda beliau mengabdikan hidup beliau untuk mengajarkan pengetahuan Weda.

Pada tahun 1966 Srila Prabhupada mendirikan ISKCON (Internationa Society for Krishna Conciousness) yang menjadi nama resmi bagi perkumpulan hare krsna. Kemudian selajutnya kesadaran krsna menyebar diseluruh dunia termasuk Indonesia .

delapan puluhan, dengan perjuangan yang cukup panjang kesadaran krsna diterima oleh pemerintah secara resmi yang dikenal dengan organisasi kerohanian hindu ISKCON-INDONESIA , organisasi ini resmi diterima oleh departemen agama, PHDI, dan syah secara hukum.Kegiatan dalam organisasi ini secara berkesinambungan dilaporkan setiap tiga bulan, kepada pemerintah.

Kegiatan dalam organisasi ISKCON-INDONESIA secara umum telah ditelah ditetapkan standar pelayanan bhakti di Asram/Pesraman, yang teratur kita laksanakan setiap hari, yaitu pemujaan Arca, pembacaan kitab suci Weda, Bhagavad gita dan Bhagavata purana,itu merupakan kegiatan intern yang dilakukan.Kegiatan Ekstern misalnya memberikan dharmavacana, tirta yatra dan pembianaan umat di daerah-daerah di seluruh Indonesia, dan kepada beberapa sisya yang berada Negara di luar negri,serta menghadiri undangan Spiritual dari organisasi kerohanian hindu yang lain.Di bali khususnya banyak juga berkembang organisasi kerohanian hindu seperti Saibaba, Sivasidhanta, Meditasi, dan banyak lagi yang lain, kita menjalin hubungan yang baik dengan mereka untuk membantu mengajarkan weda dan sama-sama membina umat agar umat hindu memiliki, sradha yang kuat pada agama nya sendiri dan mereka mengerti bagaimana kita belajar rohani untuk selanjutnya mencintai Tuhan, bukan hanya untuk kepentingan pribadi.

Kelahiran kita sebagai umat hindu sangatlah kita syukuri sebab kita mendapatkan begitu banyak warisan spiritual, salah satunya kita berbagai etika weda, tradisi-tradisi weda yang diturunkan yang diwariskan pada kita semenjak dari dalam kandungan,Dalam hal ini kita sebagai orang yang belajar spiritual khususnya dalam organisasi ISKCON-INDONESIA diajarkan senatiasa menghormati para leluhur, para dewa karena mereka adalah roh- roh yang agung yang merupakan pelayan Tuhan Agung. Para leluhur kita salah satunya maha Rsi Vyasa yang sangat berjasa menulis pengetahuan Weda ini, sehingga kita bisa pelajari sekarang,dan banyak lagi leluhur kita yang hebat dan Agung.Semua itu akan mendukung kita dalam belajar rohani, Tradisi yang sudah ada kita gunakan dan kembangkan untuk menyampaikan rasa cinta kasih kita pada Tuhan bukan untuk ditinggalkan.

Secara umum kita mungkin ketahui bahwa di bali umat hindu memuja para dewa,,dan mereka berpikir bahwa mantra-mantra itu adalah pujian untuk para dewa.Kita bisa kaji lebih jauh bahwa mantra-mantra yang selama ini menjadi warisan leluhur kita adalah pujian untuk Tuhan Sri Wisnu, misalnya saja mantra Tri Sandya,contohnya “ Om narayana evedam sarvam….. dan mantra bhargodevasya dimahi….. ,narayana adalah sri Wisnu sendiri , dalam bhagavata purana dijelaskan Bhargodevasya adalah radha dan krsna.

Tradisi lain dibali yang merupakan pemujaaan pada Tuhan, adalah umat hindu dibali menyembah pohon suci , dalam bhagavad gita Sri krsna bersabda “ diantara pohon aku adalah pohon beringin, jadi pohon beringin adalah salah satu pohon suci selain pohon tulasi yang dikenal dengan pohon selasih, yang sangat dicintai oleh Sri Krsna. Disini kita bisa lihat bahwa para leluhur kita menjalankan ajaran Weda. Umat hindu dibali juga tidak asing lagi dengan Dewa Surya, Dewa Indra, dewa bayu, dewa baruna, umat hindu sesungguhnya memang sangat beruntung,memuja kepribadian yang agung yang mana semua dewa tersebut adalah pelayan-pelayan yang Agung dari Tuhan, dan para dewa bekerja untuk memuaskan Tuhan Sri Wisnu.Dengan demikian bila kita memuaskan dan memuja Tuhan Sri Wisnu dengan demikian kita sudah memuja semua Dewa.

Dijelaskan dalam bhagavad gita B.G 8.20

yanti deva-vrata devan

pitrn yanti pitr-vratah

bhutani yanti bhutejya

yanti mad-yajino ’pi mam


“Orang yang menyembah deva akan dilahirkan diantara para deva, orang yang menyembah leluhur akan pergi ke leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan ditengah-tengah makhluk-makhluk seperti itu, dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku.”

Disini disampaikan pemujaan pada para dewa , pada leluhur ataupun hantu itu ada, itu tergantung dari masing-masing tingkatan seseorang, Namun bila kita sudah mengetahui Siapa Tuhan kita yang tertinggi, kita dapat memuja beliau, dan pulang kembali kepada Tuhan.



Belajar kerohanian adalah hal yang paling penting dalam hidup ini, ilmu pengetahuan yang diturunkan melalui garis perguruan parampara,adalah pengetahuan yang sangat tinggi yang mana akan membawa kita untuk mencapai moksa, yaitu kembali ke rumah kita yang kekal di dunia rohani, dan kita tidak lahir lagi menderita di dunia material ini.Organisasi kerohanian hindu ISKCON-INDONESIA adalah orgasisasi kelanjutan dari garis perguruan parampara dari Dewa Brahma, yang dikenal dengan Brahma madva gaudya Sampradaya, yang memuja Sri Wisnu sebagai yang tertinggi.

Dalam bhagavata purana dijelaskan mengenai garis perguruan yang dibenarkan pada zaman ini yang dapat mengantarkan kita kembali ke rumah Tuhan.Dalam Srimad bhagavatam Skanda 7 Ch 7 text 17:

Bhavatam api bhuyan me

Yadi sraddadhate cavah

Vaissaradi dhih sraddhatah

Stri balanam ca me yatha


Dijelaskan bahwa orang bisa mengerti tentang pengetahuan rohani, bila dia cukup beruntung bertemu dengan guru kerohanian yang bona fide atau berkualifikasi, yang berada dalam garis perguruan parampara yaitu garis perguruan yang berasal dari Dewa Brahma, Dewa Siwa,Dewi Laksmi, dan Catur Kumara. Empat sampradaya ini yang dikenal dengan Garis perguruan parampara dari pengetahuan rohani yang dikenal dengan Brahma Sampradaya, Rudra sampradaya ,Sri Sampradaya, dan Kumara sampradaya.Sampradaya Vihina ye mantras te nisphala matah.

Dalam Purana di jelaskan :

sampradaya vihina ye mantras te nisphala matah

atah kalau bhavisyanti catvarah sampradayinah

sri, brahma, rudra, sankara vaisnawah ksiti-pavanah

catvaras te kalau bhavya hy utkale purusottama
“Mantra dalam sloka apapun yang diterima tidak melalui silsilah Guru Kerohanian yang sah dan suci, maka hal itu adalah sia-sia belaka, oleh karena itu, empat pribadi yang maha mulia akan muncul untuk melanjutkan kembali garis perguruan yang hampir putus tersebut, pendiri sampradaya itu adalah Sri Mahalaksmi, Brahma, Rudra, Sanaka Maharsi, itulah yang akan menyelamatkan dunia. Para Acarya yang suci akan menghadirkan mereka di kota suci Purusottama“
Pengetahuan yang tertinggi diterima dari sampradaya atau garis perguruan parampara yang tersebut diatas orang akan mendapatkan pencerahan.Jika orang tidak tidak menerima pengetahuan dari sampradaya tersebut tidak mungkin orang mengerti tentang Tuhan yang tertingggi.Apabila seseorang dapat mengerti tentang Tuhan ynag tertinggi melalui pelayanan bhakti dengan penuh keyakinan maka rasa cinta yang alami pada Tuhan akan muncul dan selanjutnya dia akan sukses dalam hidupnya, karena zaman sekarang ini kita belajar rohani untuk melindungi diri kita dari pengaruh kali yuga yang sangat besar.



Jadi inilah keistimewaan dari orang yang belajar Veda yang artinya untuk mengerti Tuhan harus berguru dengan mana kita tidak boleh berspekulasi dan menafsir berbagai ayat-ayat Veda. Sehingga kita pun harus belajar dengan seksama sepanjang hidup dari guru kerohanian.

Sekarang dari guru kerohanian yang dalam posisi bagimana, yaitu seorang guru kerohanian yang telah menginsyafi akan kedudukannya bahkan dia adalah sang jiva atau roh yang keberadaanya ada dalam garis pergurunan guru-guru kerohanian yang berawal dari Tuhan sendiri yang disebut PARAMPARA :



evam parampara-praptam

imam rajarsayo viduh

sa kaleneha mahata

yogo nastah parantapa



“Ilmu pengetahuan yang paling utama ini diterima dengan cara sedimikian rupa melalui rangkaian garis perguruan guru-guru kerohanian, dan para raja yang suci mengerti ilmu pengetahuan tersebut dengan cara seperti itu. Tetapi sesudah beberapa waktu, garis perguruan terputus; karena itu, rupanya ilmu pengetahuan yang asli itu sudah hilang” (B.G. 4.2)



Zaman Kali, setiap orang hidup dalam kecemasan dan kekhawatiran akan masalah-masalah kehidupan di dunia material yang begitu keras dan penuh dengan penderitaan, sebagaimana kenyataan yang kita hadapi sekarang. Isu yang beredar mengenai kiamat yang akan terjadi pada tahun 2012, seperti teror yang menakutkan di kalangan masyarakat. Namun hendaknya kita mengambil hikmah dari semua ini dengan lebih menyerahkan diri kepada Tuhan dan meyakini bahwa Tuhan adalah penguasa segala sesuatunya. Segala sesuatu yang terjadi adalah kuasa Beliau, kita tinggal berserah diri dan tetap berpegang pada aturan-aturan Kitab Suci yang dibenarkan. Kitab Suci Weda merupakan samudera pengetahuan yang luas yang mesti kita jadikan pegangan dalam menghadapi kehidupan ini.

Pada umumnya orang-orang tidak ingin susah dan mereka ingin mencari kebahagian dengan caranya sendiri atau dengan jalan pintas, walupun mereka sudah beragama. Pada saat yang sama merekapun tidak tahu apa itu kebahagian dan dimana kebahagian itu, kebanyakan diantara kita memandang kebahagian dalam ukuran materi, apakah mungkin berupa benda-benda tertentu, kesejahteraan dan kerukunan rumah tangga, jabatan, pangkat, pujian dan secara alami umat manusia takut kehilangan semua itu. Namun demikian semua yang terjadi di bumi ini bersifat sementara dan diluar jangkuan kekuatan manusia, walaupun kadang para ilmuwan menunjukan keahliannya tetapi semua itu hanyalah omong-kosong belaka ketika kita berbicara tentang kebahagian yang sejati dan kekal.

Bumi ini sudah diatur oleh administrasinya sendiri dan bumi ini memang berkarakter seperti yang disebutkan diatas. Manusia tidak memiliki hak sedikitpun untuk mengatur administrasi itu, karenanya kebahagian itu merupakan hayalan dan nafsu belaka. Bagi orang-orang yang cerdas pasti dia akan mencari kebahagian yang murni sejati dan kekal yang tentunya tidak berada di bumi ini, serta sanggup untuk menggunakan segala sesuatu yang dimilikinya untuk bisa meraih kebahagian itu, yang berada bersama Tuhan dan dengan kecerdasannyalah mereka bertanya kepada kitab suci Veda seperti ayat berikut.



yah sastra-vidhim utsrjya

vartate kama-karatah

na sa siddhim avapnoti

na sukham na param gatim


“Orang yang meninggalkan aturan kitab suci dan bertindak menurut kehendak sendiri tidak mencapai kesempurnaan, kebahagiaan maupun tujuan tertinggi”

(B.G. 16.23)



Banyak orang ingin mencari ketenangan dan kebahagian, namun semua itu mereka ukur dengan kesenangan badan sehingga semua bersifat tidak kekal. Kadang-kadang kesana-kesini mencari solusi dari berbagai permasalahan. Sering kali jawabannya menyalahkan leluhur atau para dewa. Ada juga yang bingung mencari siapa leluhur, wangsa atau marganya. Tentu ingat dan hormat kepada leluhur itu wajib dan baik bagi manusia. Namun seringkali sesuatu yang berlebihan sehingga melupakan hubungan yang inti dengan Tuhan bahkan tidak mengetahui Tuhan. Maka solusi yang benar adalah percayalah dengan kitab suci.

Kemudian ada orang sibuk ingin mencari keuntungan material dengan memohon kepada para dewa, kadang dengan jalan pintas. Tentu hal itu akan lebih baik jika datang kepada Tuhan yang adalah pelindung dari para dewa yang disebut dengan istilah deva-isa yaitu dewanya para dewa. Sebagaimana ayat berikut :



kasmac ca te na nameran mahatman

gariyase brahmano ‘py adi-kartre

ananta devesa jagan-nivasa

tvam aksaram sad-asat tat param yat


“O Yang Mahabesar, lebih tinggi dari pada Brahma, Anda adalah Pencipta yang asli. Karena itu, bukankah seyogyanya mereka bersujud dengan hormat kepada Anda? O Kepribadian yang tidak terhingga, Tuhan yang disembah oleh semua dewa, Pelindung alam semesta! Anda adalah sumber yang tidak dapat dikalahkan, sebab segala sebab, yang melampaui manifestasi alam material ini.”

(B.G. 11.37)



Dengan berserah diri kepada Tuhan dan teguh berpegang pada aturan Kitab Suci, Tuhan akan senantiasa bersama kita, bahkan Tuhan akan turun ke dunia ini untuk menyelamatkan kita.



Dalam Srimad Bhagavatam (27.7.38) disebutkan:



yarhi alayesu api satam na hareh kathah syuh

pasandino dvija-jana vrsala nrdevah

svaha svadha vasad iti sma giro na yatra

sasta bhavisyati kaler bhagavan yugante



“Setelah itu pada akhir Kali Yuga ketika tidak ada topik-topik tentang KeTuhanan, bahkan ditempat tinggal dari mereka yang disebut orang-orang suci dan ditempat orang-orang yang terhormat dari 3 kasta yang lebih tinggi, dan ketika kekuatan pemerintah dipindahkan ke tangan para menteri yang terpilih dari kelas sudra kelahiran rendah atau mereka yang lebih rendah darinya, dan ketika tidak ada satupun yang diketahui tentang pelaksanaan Yajna, bahkan dengan kata-kata, pada saat itu Tuhan muncul sebagai penghukum yang tertinggi”



Juga dalam Bhagavata Purana 1.3.25:

athasau yuga-sandhyayam
dasyu-prayesu rajasu
janita visnu-yasaso
namna kalkir jagat-patih



”Sesudah itu, pada masa peralihan antara dua yuga, Penguasa ciptaan akan dilahirkan sebagai penjelmaan Kalki dan menjadi putra Visnu Yasa. Pada masa itu, para penguasa bumi sudah merosot hingga menjadi perampas saja”

Ayat diatas adalah salah satu ayat sebagai bukti ditunjukan bahwa Tuhan akan muncul di akhir Kali Yuga dengan menunggang kuda putih membawa pedang yang tajam, yang akan menghukum orang-orang yang bersifat jahat, Beliau lahir di desa Sembala dari Ayah-Nya yang bernama Visnu Yasa dan Beliau bernama Kalki. Kebanyakan nanti di jaman Kali orang tidak berkeTuhanan, bahkan bagi mereka dari kalangan yang lebih tinggi secara material yang dikenal dengan nama dvija-janas (kelahiran kedua). Didalam keadaan kemerosotan di kalangan masyarakat manusia, Tuhan berinkarnasi sebagai Kalki Avatara dan membunuh semua masyarakat bermental atheis tanpa belas kasihan.



Akibat pencemaran pergaulan material selama berjuta-juta penjelamaan, hati seseorang selalu ditutupi oleh debu keduniawian. Tetapi apabila seseorang menekuni bhakti kepada Tuhan, dia tidak perlu khawatir tentang kebutuhan material dalam kehidupannya. Dia tidak perlu cemas, sebab bila ia menghilangkan kegelapan dari hatinya, segala sesuatu disediakan secara otomatis oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa dipuaskan oleh cinta-bhakti yang dilakukan oleh seorang penyembah. Inilah hakekat ajaran Bhagavad-gita. Dengan mempelajari Bhagavad-gita, seseorang dapat menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.



Selanjutnya didalam kitab suci Veda bagian Bhagavata Purana 12.3.51 dikatakan kirtanad eva krsnasya mukta sangah param vrajet. Hanya dengan mengucapkan terus-menerus Nama Suci Tuhan seseorang akan di bebaskan dari dosa dan pulang kembali ke kerajaan Tuhan.

krte yad dhayato visnum

tretayam yajato makhaih

dvapare paricaryayam

kalau tad hari kirtanad



“Hasil apapun yang diperoleh dari meditasi kepada Sri Visnu di zaman satya, persembahan korban suci di zaman treta, melayani kaki padma Tuhan melalui pemujaan kepada arca vigraha beliau di zaman dvapara, dapat juga diperoleh pada zaman kali dengan cara mengucapkan/menyanyikan nama suci Sri Hari (Krishna)”

(Bhagavata Purana 12.3.52)



harer nama harer nama

harer nama iva kevalam

kalau nasty eva nasty eva

nasty eva gatir anyataha



“Pada zaman kali tidak ada cara lain, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain untuk mencapai kemajuan spiritual kecuali hanya dengan mengucapkan nama suci Sri Hari, nama suci Sri Hari, nama suci Sri Hari”.

(Brhan Naradiya Purana 38.126)



Demikianlah dengan melakukan pengabdian di kaki padma Tuhan dan dengan berpegang teguh pada aturan-aturan Kitab Suci kita akan terhindar dari pralaya/kiamat.

Berikut kami kutip beberapa pesan-pesan dari Sri Sankaracarya:


gitadhyayana-silasya

pranayama-parasya ca

naiva santi hi papani

purva-janma-krtani ca


“Apabila seseorang membaca Bhagavad-gita dengan segala ketulusan hati dan sikap serius, maka atas karunia Tuhan reaksi dari dosa-dosa masa lalunya tidak akan bereaksi lagi terhadap dirinya.”

gita su-gita kartavya

kim anyaih sastra-vistaraih

ya svayam padmanabhsya

mukha-padmd vinihsrta


“Oleh karena Bhagavad-gita adalah sabda Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna, orang tidak harus membaca kesusastraan Veda lainnya. Orang hanya perlu membaca dan mendengar Bhagavad-gita dengan penuh perhatian secara teratur. Pada zaman ini, manusia begitu sibuk dengan kegiatan duniawi sehingga tidak mungkin mereka membaca semua kesusastraan Veda. Tetapi jadikanlah sebagai suatu kewajiban bagi Kitab yang satu ini, yakni Bhagavad-gita yang adalah sabda Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna.”



ekam sastram devaki-putra-gitam

eko devo devaki-putra eva

eko mantras tasya namani yani

karmapy ekam tasya devasya seva


“Hanya perlu ada satu kitab suci—Bhagavad-gita suci yang disabdakan oleh Sri Krishna: satu Tuhan pujaan—Sri Krishna: satu mantra—nama suci-Nya: dan satu kewajiban—bhakti kepada Tuhan Pujaan Tertinggi, Sri Krishna.”



Praktek yoga pada hakekatnya dimaksudkan untuk mengendalikan indria-indria. Unsur pusat yang mengendalikan semua indria ialah pikiran. Karena itu, pertama-tama seseorang harus berlatih untuk mengendalikan pikiran dengan cara mempergunakan pikiran dalam Kesadaran Krishna. Kegiatan kasar pikiran diucapkan melalui indria-indria lahiriah, baik indria yang memperoleh pengetahuan maupun indria yang bekerja menurut keinginan. Kegiatan halus dalam pikiran ialah berpikir, merasakan dan menginginkan. Diri seseorang dicemari atau menjadi bening menurut kesadarannya. Kalau pikiran seseorang dipusatkan pada Tuhan Sri Krishna (nama, sifat, bentuk, kegiatan, rekan-rekan dan perlengkapan Krishna), maka segala kegiatannya menguntunkan baik kegiatannya yang halus maupun yang kasar. Proses dari Bhagavad-gita unutk menyucikan kesadaran ialah proses memusatkan pikiran pada Tuhan Sri Krishna dengan cara berbicara tentang kegiatan rohani Krishna, membersihkan tempat sembahyang Tuhan Sri Krishna, pergi ke tempat sembahyang Sri Krishna, melihat bentuk rohani Sri Krishna yang sudah dihiasi dengan baik, mendengar tentang kebesaran rohani Sri Krishna, makan makanan yang sudah dipersembahkan kepada Krishna, mengadakan hubungan dengan para penyembah Sri Krishna, mencium bunga dan daun Tulasi yang sudah dipersembahkan kepada Sri Krishna, melakukan kegiatan demi kepentingan Krishna, dan lain sebagainya. Tidak ada orang yang dapat menghentikan pikiran dan indria-indria, tetapi kita dapat menyucikan kegiatan pikiran dan indria-indria dengan cara merubah kesadaran. Perubahan tersebut ditunjukkan dalam Bhagavad-gita. Sri Krishna memberi pelajaran kepada Arjuna mengenai pengetahuan yoga yang memungkinkan seseorang dapat bekerja tanpa membuahkan hasil. "O putra Pritha, apabila engkau bertindak dengan pengetahuan seperti itu, engkau dapat membebaskan diri dari ikatan pekerjaan." (Bg 2.39) Kadang-kadang kepuasan indria-indria seorang manusia dibatasi oleh keadaan tertentu, misalnya penyakit dan sebagainya, tetapi ini bukan rumus untuk mengendalikan pikiran dan indria-indria. Orang-orang cerdas yang belum mengetahui dengan sebenarnya tentang proses yang memungkinkan pikiran dan indria-indria dapat dikendalikan, berusaha untuk menghentikan pikiran dan indria-indria dengan paksaan, atau mereka menyerah kepada pikiran dan indria-indria lalu diri mereka hanyut dalam gelombang-gelombang kepuasan indria-indria.

Prinsip-prinsip yang mengatur dan aturan yoga, berbagai sikap duduk dan latihan tarik nafas dilakukan dalam usaha menarik indria-indria dari obyek-obyeknya adalah cara-cara yang dimaksudkan bagi mereka yang terlalu terikat dalam pengertian hidup yang bersifat jasmani. Orang cerdas yang mantap dalam Kesadaran Krishna tidak berusaha dengan paksaan untuk menghentikan kegiatan indria-indrianya. Melainkan, orang yang sadar akan Sri Krishna mempergunakan indria-indrianya dalam bhakti kepada Sri Krishna. Tidak ada orang yang dapat memaksakan seorang anak supaya dia berhenti main-main dengan cara membiarkan anak itu tanpa kegiatan. Kenakalan seorang anak dapat dihentikan dengan cara anak itu diberi kesibukan dalam kegiatan yang lebih baik. Membatasi kegiatan indria-indria dengan paksaan melalui delapan prinsip yoga dianjurkan bagi orang yang kurang maju. Orang yang lebih maju sibuk dalam kegiatan Kesadaran Krishna yang lebih baik. Karena itu, sewajarnya orang yang lebih maju mengundurkan diri dari kegiatan yang lebih rendah dalam kehidupan duniawi.

Ilmu pengetahuan Kesadaran Krishna bersifat mutlak. Orang yang berangan-angan secara hambar berusaha untuk mengekangkan diri dari ikatan duniawi, tetapi pada umumnya ditemukan bahwa pikiran itu terlalu kuat sehingga tidak dapat dikendalikan sehingga pikiran menjebloskan mereka ke dalam kegiatan indria-indria. Orang yang sadar akan Krishna tidak mengambil resiko seperti ini. Seseorang harus menjadikan pikiran dan indria-indrianya tekun dalam kegiatan bhakti pada Sri Krishna.

Dalam Sanatana Dharma edisi-edisi sebelumnya, telah kita simak serangkaian prediksi kemunculan berbagai awatara Tuhan beserta misi yang diembannya masing-masing. Misi kemunculan Sang Buddha yang menolak kebenaran Weda dan memperkenalkan agama Buddha, juga kemunculan dan misi Adi Sankaracarya, penjelmaan Dewa Siwa. Meskipun ajaran Buddha Gautama dan ajaran Adi Sankaracarya tampaknya saling “menyalahkan” dan “mengalahkan”, tapi sebenarnya keduanya mengemban misi yang sama : mengembalikan kemurnian ajaran Weda yang telah banyak mengalami penyimpangan.
Buddha Gautama harus “berpura-pura” menolak dan menyalahkan Weda, karena orang mengatasnamakan Weda untuk membenarkan pembunuhan hewan besar-besaran dan penerapan sistem kasta yang sangat tidak manusiawi. Bertolak belakang dengan ajaran pokok Weda, Buddha Gautama mengajarkan bahwa roh itu tidak ada (anatman). Buddha Gautama juga tidak memberikan penjelasan apapun tentang keberadaan Tuhan, kebenaran tertinggi adalah kekosongan (sunyavada). Itu merupakan sebuah siasat. Dengan mengatakan tidak ada Tuhan, masyarakat pada waktu itu lalu memuja dan mengikuti Sang Buddha, yang tidak lain adalah penjelmaan Sri Wishnu sendiri.
Lalu, pemurnian ajaran Weda tahap berikutnya terjadi. Dewa Siwa menjelma menjadi Adi Sankaracarya (788 – 820 M) seorang brahmana dan ahli filsafat yang sangat hebat. Berkat kegiatan pengajaran Sankaracarya, ajaran Weda mulai berkembang kembali di India . Para penganut agama Buddha kembali beralih memeluk agama Hindu. Bahkan, agama Buddha yang tadinya berkembang pesat dibawah perlindungan Raja Asoka akhirnya surut pamornya di India Walaupun demikian, banyak ajaran Buddha Gautama yang diadaptasi dan dikompromikan dengan ajaran Weda oleh Sankaracarya.
Salah satunya adalah konsep tentang Tuhan. Kitab-kitab Upanisad dan kitab Vedanta mengajarkan bahwa Tuhan memiliki sifat impersonal dan sifat personal sekaligus. Artinya, Tuhan berwujud sekaligus tidak berwujud. Kalau kita telaah secara seksama, kitab Injil dan Al-Quran pun mengajarkan bahwa Tuhan memang memiliki wujud. Hanya saja, kedua kitab itu menyampaikannya secara samar-samar. Dalam Injil, misalnya, dinyatakan bahwa : “Tuhan menciptakan manusia menyerupai citra-Nya”. Jadi, kalau manusia dengan wujudnya yang sekarang adalah “pencitraan” atau gambaran Tuhan, bagaimana dengan Tuhan Sendiri? Aspek Tuhan yang ‘tidak berwujud’ dan ‘tidak bersifat’ seperti itu dalam bahasa Sanskerta disebut Brahman. Sedangkan sifat personal Tuhan, disebut Bhagavan. Agar mudah dipahami, kalau Brahman diibaratkan cahaya, maka Bhagavan adalah “sumber cahaya itu”. Pada siang hari yang cerah, kita hanya bisa melihat cahaya matahari yang menyilaukan, sedangkan bola matahari sendiri tidak tampak. Bulatan bola matahari yang besar itu tertutupi oleh cahaya yang menyilaukan. Begitu pula, Brahman adalah cahaya yang menyilaukan yang menutupi badan rohani Tuhan. Hal ini dibenarkan dalam Bhagavad-gita ( ).
Sebaliknya, Sankaracarya mengajarkan bahwa Brahman adalah aspek Tuhan yang tertinggi. Artinya, bahwa Tuhan itu ada, tapi tidak berwujud (nirvisesa), tidak bersifat (nirguna), dan tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata (sunya) . Menurut Sankaracarya sosok-sosok seperti Krishna, Wishnu, Brahma, Siwa, Durga, Ganesha, dan dewa-dewa lainnya hanyalah merupakan “perwujudan” atau manifestasi dari Tuhan yang tidak berwujud itu. Inilah bentuk kompromi antara ajaran Buddha Gautama dan ajaran Weda. Bagi Buddha Gautama, tidak ada Tuhan, tidak ada Sang Pencipta. Sebaliknya, Weda mengajarkan bahwa ada Sang Pencipta, yang memiliki wujud rohani. Tentu saja, titik temu antara kedua ajaran yang bertolak belakang itu adalah Tuhan itu ada, tapi tidak berwujud. Dengan jalan tengah itu, Sankaracarya memang berhasil menjalankan misinya. Sebuah misi yang sesungguhnya diawali oleh Buddha Gautama sendiri sebagai awatara Wishnu.
Keberhasilan Sankaracarya memang pantas dicatat, pengaruhnya masih terasa hingga sekarang ini dalam filsafat Hindu. Kalau saat ini kita mengenal konsep penyatuan atman dengan Brahman, konsep Tat Tvam Asi, dan sebagainya, semua itu adalah ajaran dari Adi Sankaracarya. Bahkan, konsep Tri Murti, yaitu bahwa Brahma, Wisnu, dan Siwa adalah manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang tidak berwujud – adalah aplikasi ajaran Sankaracarya di Indonesia. Akan tetapi, kalau ditelaah kembali, maka ajaran Sankaracarya tersebut masih belum sepenuhnya sesuai dengan ajaran Weda seperti murninya. Mengapa demikian?
Karena sebenarnya dalam kitab-kitab Weda dinyatakan bahwa Tuhan itu Esa. Tuhan yang Esa itu dibantu oleh para dewa yang diciptakan oleh Tuhan Sendiri. Ibarat sebuah pemerintahan, Tuhan adalah seorang raja atau presiden, sedangkan para dewa adalah para mentri yang memimpin departemen tertentu. Para dewa sebenarnya sama dengan malaikat dalam istilah agama Kristen dan Islam. Ada malaikat Ridwan penjaga sorga, kita mengenal dewa Indra sebagai raja sorga. Ada Dewa Yama sebagai dewa kematian, ada malaikat Isroil sebagai malaikat pencabut nyawa. Jadi dewa bukanlah Tuhan seperti yang selama ini banyak disalahpahami bahkan oleh orang Hindu sendiri. Dalam kitab Bhagavata Purana atau Srimad Bhagavatam yang dijuluki sebagai ensiklopedi ilmu ketuhanan, diuraikan secara lengkap tentang identitas Tuhan, siapa itu Brahma, Wisnu, Siwa, dan dewa-dewa lainnya.. Kitab Bhagavata Purana telah disusun oleh Rsi Vyasa, penulis Weda, jauh hari sebelum masa Sankaracarya, bahkan sebelum Sang Buddha muncul. Akan tetapi, Sankaracarya mengabaikan semua kenyataan itu. Berbeda dengan Bhagavad-gita, Sankara memang sengaja tidak membuat ulasan apapun terhadap kitab Bhagavata Purana ini.
Tentu kita masih ingat bahwa Sankaracarya atau Sankara adalah penjelmaan Dewa Siwa yang bertugas untuk melanjutkan misi Wishnu yang telah menjelma sebagai Buddha. Siwa sendiri adalah pemuja Wishnu yang paling agung. Hal ini dinyatakan dalam Bhagavata Purana 12. Yang menyatakan sebagai berikut:

Karena itulah Sankara tidak menyusun ulasan apapun terhadap kitab Bhagavata Purana yang menguraikan identitas Sri Krishna sebagai Bhagavan atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana kita ketahui, Sankara sendiri menyusun syair Bhaja Govindam yang sangat termasyur itu. Govinda adalah nama lain dari Sri Krishna.

Dalam perkembangannya, bermunculanlah acarya atau guru-guru yang mengoreksi ajaran-ajaran Sankaracarya. Diantaranya yang terkenal adalah Ramanujacarya dan Madhavacarya. Keduanya mengajarkan bhakti, yang menyatakan bahwa atman tidak pernah menyatu dengan brahman dalam arti yang sesungguhnya. Bhakti berarti pengabdian dan pelayanan kepada Tuhan dengan dilandasi oleh cinta kasih. Seorang bhakta tidak pernah mencita-citakan untuk menyatu dan menunggal dengan Tuhan. Yang menjadi keinginannya hanyalah mengabdi dan melayani Tuhan dengan cinta yang ikhlas. Cinta atau love dalam bahasa Ingeris adalah sesuatu yang melibatkan kegiatan menerima (take) sekaligus memberi (give). Jadi, love melibatkan take and give. Harus bertimbal balik, dan tidak satu arah. Kalau hanya menerima saja tanpa pernah memberi, itu namanya pemerasan, bukan cinta. Cinta atau bhakti mengisyaratkan adanya yang mencintai dan obyek yang dicintai. Dalam ajaran Weda, obyek tertinggi cinta bhakti adalah Tuhan Sendiri. Ilmu pengetahuan inilah yang disebut dengan bhakti yoga.

Banyak orang yang menganggap bahwa bhakti yoga adalah cara yang paling mudah dan remeh untuk mencapai kepada Tuhan. Karena itu banyak orang yang mengejek dan menganggap bahwa seorang bhakta adalah mereka yang kurang cerdas (kekurangan jnana) dan tidak mampu melakukan perbuatan (karma) yang lebih tinggi. Sesuai namanya, mereka menganggap bahwa Raja Yoga adalah yoga yang tertinggi. Tetapi, kalau benar bhakti adalah jalan termudah, mengapa orang tidak berbondong-bondong melakukannya? Mengapa memilih jalan yang sulit? Dalam Bhagavad-gita Sri Krishna menyatakan bahwa bhaktya mam abhijanaty. Seseorang dapat mengenal dan mencintai Tuhan hanya dengan bhakti. Dalam kenyataannya, bhakti sangat sulit dicapai. Seperti halnya kerja bhakti yang tidak memperoleh upah, bhakti yoga juga mensyaratkan agar orang tidak mengharapkan pamrih atau motif duniawi dalam menyembah Tuhan. Disinilah letak kesulitannya. Umumnya kita berdoa dan bersembahyang kepada Tuhan hanya ketika kita butuh sesuatu. Tuhan kita jadikan tempat pesan barang! Inginnya bahkan “pagi pesan sore kelar”. Serba instant! “Tuhan, berikan kami rejeki pada hari ini, berikan kami umur panjang,….jauhkan kami dari cobaan,…..lancarkanlah bisnis kami….lindungilah kami dari bahaya.” Padahal, semua itu tidak perlu disebut satu persatu, toh Tuhan Maha Tahu! Tak cukupkah hanya dengan berucap lirih “Tuhan, Kau tahu yang kumau!”

Jadi, bhakti tanpa mengharapkan pamrih kepada Tuhan adalah puncak seluruh ajaran Weda sesungguhnya. Hendaknya kita bersatu dalam hindu,dan saling menghargai satu sama lainnya,walau kita berada dalam organisasi kerohanian hindu manapun ,yang tujuannya untuk meningkatkan srada kita pada ajaran agama hindu.

Tingkatan dan situasi rohani setiap orang berbeda-beda, Weda menyajikan segalanya dalam weda,segalanya ada kita tinggal memilih apa yang terbaik yang bias kita laksanakan untuk meningkatkan srada dan keyakina kita pada hindu.

Ye yatha mam prapadyante tams tathaiva bhajamy aham

Mama vartmanuvartante manusyah partha sarvasah

Artinya:

Sejauh mana semua orang menyerahkan diri kepadaku.Aku menganugrahi mereka sesuai dengan penyerahan dirinya itu.Semua orang menempuh jalan-Ku dalam segala hal.Wahai putera prtha.



Om shanti shanti shanti om

hare om tat sat