Rabu, 21 April 2010

Tinggalkan Kebodohan itu

Hayo….Tinggalkan Kebodohan itu
Vedanta Pati dasa


adhyatma-jnana-nityatvam

tattva-jnanartha-dharsanam

etaj jnanam iti proktam

ajnanam yad ato’nyatha

Bhg.13.11

Berusaha dengan sungguh-sungguh dalam ilmu pengetahuan rohani, pengetahuan tentang kebenaran, memahami sedalam-dalamnya tujuanya, inilah yang disebut pengetahuan dan semua yang lainnya adalah kebodohan.



Ada pemikiran dari banyak kalangan di beberapa negara maju seperti Jepang, beberapa Negara barat dan sebagainya yang mengatakan bahwa agama tidak begitu penting bagi kehidupan bahkan ada yang mengatakan agama itu sesuatu yang mengerikan katanya, bagi mereka berbuat baik itu jauh lebih penting daripada hanya sekedar sebuah pengakuan diri sebagai manusia yang beragama katanya. Kata baik yang dimaksudkan disini tentu yang bersifat normative seperti harmonisnya hubungan dengan keluarga, harmonisnya hubungan dengan teman, dengan tetangga, dengan masyarakat, menjaga linkungan, tidak menyakiti mahluk lain dan seterusnya.

Nah pertanyaanya adalah kenapa mereka sampai berpikir demikian? Tentu ada dasar yang kuat barangkali yang melatar belakangi jalan pikiranya. Kalau boleh menduga-duga atau memprediksi barangkali dengan pengalaman, dengan pakta atau realita yang ada di depan mata kita dimana agama itu sering sekali menjadi sumber konflik bahkan malapetaka di banyak negara. Atas nama agama mernghancurkan peradaban bangsa lain, atas nama agama menghancurkan simbul-simbul ketuhanan seperti arca, candi, masjid, greja, kuil dan sebagainya, atas nama agama menistakan orang lain, atas nama agama membunuh orang lain, atas nama agama meledakkan bom yang mematikan orang lain dan sebagainya, bahkan di negara kita pernah terjadi konflik sara (suku agama ras dan antar golongan) dan hal itu tidak ada yang bisa menjamin untuk tidak terulang lagi dimasa-masa yang akan datang, kita hanya bisa berdoa saja semoga kedepan hal itu tidak terjadi lagi, bahkan lebih ironis lagi sesama penganut satu agamapun bisa terjadi gesekan atau ketidak harmonisan.

Jadi dengan pakta-pakta seperti itu maka wajar dan tidak berlebihan jika ada pendapat yang mengatakan agama itu adalah sesuatu yang mengerikan bahkan ancaman bagi kelangsungan hidup manusia.

Ini tentu sesuatu yang menyedihkan sekali, sangat kontradiksi dengan ajaran yang terkandung didalam agama itu sendiri yang mengajarkan tentang cinta kasih, menghargai martabat orang lain, menyejukkan, damai, toleran dan kebaikan-kebaikan yang lain.

Jika demikian adanya tentu sudah dapat disimpulkan bahwa masalahnya ada pada para pelakunya yaitu manusia itu sendiri yang biasanya kita lebih senang menyebut dengan sebutan oknum, kenapa oknum? ya karena tidak mewakili semua orang.

Lalu bagaimana sebuah kehidupan tanpa agama, tanpa tuntunan kitab suci masing-masing, apakah kehidupan ini bisa berjalan dengan baik? Apakah mungkin dunia ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang baik atau sebaliknya, atau bahkan campuran dari keduanya, tentu sulit dibayangkan.

Jika banyak kalangan berpikir tanpa agamapun kehidupan ini dapat berjalan dengan baik, lalu hidup ini semata-mata diisi untuk berbuat baik saja dan bekerja terus-menerus tanpa diimbangi oleh pengetahuan rohani yang memadai maka mental manusia akan lemah, tidak akan kuat dalam menghadapi tekanan yang semakin kuat ditengah persaingan yang keras dalam segala aspek kehidupan.

Maka implikasinya adalah tingkat stressing bahkan sampai dengan prustasi bunuh diri manusia-manusia modern semakin menunjukan grafik yang naik. Dengan demikian maka konsep agama bukanlah sesuatu yang penting bagi kehidupan manusia sudah jelas terbantahkan.

Memang ada idiologi negara yang membatasi agama pada rakyatnya, dimana agama itu dipandang sebagai candu yang membuat orang berhayal, berangan-angan menjauhkan rakyat dari cara pikir rasional dan nyata.

Kebebasan manusia untuk berkarya dan berkreasi sesuai dengan nurani dan bakatnya dimana hal ini merupakan hak azazi setiap insane juga dibatasi, sehingga kemerdekaan bagi setiap insane untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya tidak dapat dilaksanakan sebagaimana adanya, tetapi idiologi itupun sudah semakin lama semakin ditinggalkan di banyak Negara.



Jika kita kembali cermati lagi sabda Krsna diatas dimana berusaha dengan sungguh-sungguh dalam ilmu pengetahuan rohani, pengetahuan tentang kebenaran, memahami sedalam-dalamnya tujuanya, inilah yang disebut pengetahuan dan semua yang lainnya adalah kebodohan.

Didalam kitab suci veda tujuan kita dilahirkan ke dunia material ini adalah untuk melanjutkan karma-karma baik kita pada kehidupan sebelumnya, memperbaiki kualitas kehidupan kita mempersiapkan diri untuk kembali pulang ke dunia rohani, memutus lingkaran kelahiran dan kematian yang penuh dengan penderitaan. Nah untuk mencapai dunia rohani hanya dapat dilakukan dengan pengetahuan rohani pula melalui pendekatan guru, sadu dan sastra artinya diluar pengetetahuan rohani adalah kebodohan demikian Sri Krsna.



Di sloka yang lain Krsna juga bersabda dengan ilmu pengetahuan rohani engkau akan mampu menyebrangi lautan dosa ini, ini artinya jalan satu-satunya untuk memutus lingkaran penderitaan inkarnasi adalah ilmu pengetahuan rohani.

Jika Tuhan sudah bersabda demikian jelas dan gamblang lalu apalagi yang harus diragukan apakah perlu mencari pembenaran di tempat yang lain? Jika terhadap sabda Tuhan saja masih ragu-ragu lalu kepada siapa kita bertanya dan mencari kebenaran itu. Janganlah disia-siakan kehidupan yang singkat ini untuk hal-hal yang sesungguhnya tidak perlu. Tumbuhkan minat dan kerinduan yang tinggi untuk mendekat ke wilayah-wilayah rohani, mendalami ajaran rohani melalui tuntunan guru kerohanian yang mempunyai kualifikasi. Dengan mendalami pengetahuan rohani maka secara rohani pelakunya pasti dicerdasakan, karena Tuhan itu sendiri adalah sumber dari kecerdasan itu. Sesuai sabda Sri Krsna dalam sloka yang lain Akulah sumber segala sumber kecerdasan itu.

Jika selalu ingat, selalu mengagungkan, selalu mendengarkan tentang Tuhan sebagai sumber dari kecerdasan itu maka secara rohani akan cerdas dan tercerahkan. Jika ini yang terjadi maka tujuan hidup yang tertinggi akan dapat dicapai.



Om Namo Bhagavate Vasudeva ya

Tidak ada komentar: