Minggu, 24 April 2011

Acara Pembukaan Maha Istagosti 2011

Acara Pembukaan Maha Istagosti 2011 yang merupakan Pertemuan Panca Warsa ke-2 sekaligus Rakernas Organisasi Kerohanian Hindu Yayasan ISKCON-INDONESIA diselenggarakan di Ruang Serbaguna Kebun Raya Bedugul pada hari Jumat 22 April 2011. Acara diikuti oleh sekitar 321 peserta yang terdiri dari Para Pengurus Pusat , Para Pengurus Daerah , perwakilan center-center dari Bali , Jawa , Sumatera , Kalimantan dan Nusa Tenggara Barat. Sejumlah pejabat daerah juga hadir pada acara pembukaan diantaranya Ketua PHDI Propinsi Bali , Kepala Kanwil Kementrian Agama Propinsi Bali , Kepala Badan Kesbangpollinmasda Propinsi Bali , Ketua PHDi Kabupaten Tabanan , Camat Baturiti , Kapolsek Baturiti , Danramil Baturiti , Kepala Desa Candi Kuning dan sejumlah tokoh lainnya. Pembukaan dilakukan oleh Ketua PHDI Propinsi Bali Bapak DR. Drs I Gusti Ngurah Sudiana , M.Si. Sebelum acara pembukaan yang berlangsung pukul 10.30 , juga diisi dengan sejumlah sambutan-sambutan , laporan ketua panitia , Pesan-pesan Veda dari Sri Sriman Ida Waisnawa Pandita Damodara Pandit Dasa ( Guru Pandita ) , Pembacaan Kitab Suci Veda ( Veda Vakya ) serta Pujian Nama-Nama Suci Tuhan. Juga tak kalah ditampilkan Tabuh Bali dan tarian penyambutan. Acara berlangsung dengan penuh nuansa rohani dan penuh suasana kedamaian dan keakraban

Buku-Buku Terbaru ISKCON-INDONESIA

Telah tersedia buku-buku penunjang dan penuntun bhakti yang diterbitkan oleh Badan Informasi dan Penyiaran (Information and Broadcasting Body - IBB ) Organisasi Kerohanian Hindu ISKCON-INDONESIA :

1. Guru Karna-Dhara ( edisi ke-2 / revisi )
2. Buku Panduan Organisasi Kerohanian Hindu ISKCON-INDONESIA
3. Sinar Matahari Spiritual Sri Caitanya Memancar dari Sri Sri Krishna Balarama
Untuk informasi dan pemesanan dapat menghubungi IBB ISKCON Indonesia email : iskcon_ind@yahoo.com

" Cara Hidup Suci dalam Agama Hindu "


Cara Hidup Suci dalam Agama Hindu.
oleh Sri Sriman Ida Waisnawa Pandita Damodara Pandit Dasa.

( disampaikan pada Maha Istagosti Organisasi Kerohanian Hindu
Yayasan ISKCON-INDONESIA di Bedugul , Tabanan ,22 April 2011 )

Jika kita teliti secara cermat , hampir setiap orang ingin menjadi orang suci bahkan ada sekalangan orang senang kalau dikatakan suci. Yang lebih serius lagi berbuat sesuatu agar orang memandangnya suci. Sehingga tidak sedikit orang memanfaatkan atas nama kesucian untuk tujuan-tujuan tertentu yang sifatnya material. Kadang-kadang orang suka disebut suci tapi tidak suka hidup yang suci. Karena itulah sesungguhnya yang paling tepat jadilah orang suci bukan menjadi orang yang dikatakan suci. Rumus seperti ini banyak orang tidak memahami dan banyak orang tidak mau menjalani terlebih di jaman kali. Karena itulah di jaman kali ini disebutkan kemerosotan nilai-nilai kesucian.

Pada saat kita melangkah menuju kesucian hal itu berarti kita datang untuk mendekati Tuhan , karena Tuhanlah sumber kesucian itu dan Tuhanlah yang akan memutuskan tingkat kesucian itu . Sementara manusia harus berusaha dengan tegas.  Secara umum orang tidak paham bagaimana disebut dengan suci , sama dengan bersih apa yang diseeut dengan bersih. Bersih artinya bebas dari noda-noda kekotoran , demikian juga suci artinya bebas dari noda-noda dosa. Artinya orang yang bebas dari dosa itulah yang disebut dengan orang suci.

Siapakah yang mengatakan bebas dari dosa? Yang bisa mengatakan bebas dari dosa adalah Tuhan Sri Krishna. Seperti ayat berikut:
“ Tuhan Sri Krishna mengatakan kepada Arjuna , “ Wahai yang tidak berdosa ( Bhagavad Gita 14.6 ) , Sementara orang-orang yang menyebutkan orang lain suci itu hanya sebagai penghormatan saja bukan sebagai ucapan yang jujur. Karena itu sesungguhnya jika kita ingin suci buatlah agar Tuhan yang mengatakan agar kita suci. Seperti yang dijelaskan tadi orang-orang suci adalah orang yang bebas dari dosa.
Rumus bebas dari dosa adalah Tuhan Sri Krishna mengatakan ,
“ sarva-dharman parityajya mam ekam saranam vraja
Aham tvam sarva-papebhyo moksayisyami ma sucah ‘
Tinggalkanlah segala jenis dhrama dan hanya menyerahkan diri kepada-ku. Aku akan menyelamatkan engkau dari segala reaksi dosa. Jangan takut.
Berdasarkan ayat ini maka keputusan dari dosa adalah dari Tuhan Sri Krishna. Sekarang kita dituntut pengakuan kita secara jujur sebagai manusia , apakah kita mau jadi orang suci atau mau menjadi orang muci? Orang suci adalah bebas dari dosa , hidup dalam kehidupan rohani. Sementara orang muci hidup penuh dosa , dalam gelimangan dunia material.

Jika kita ingin hidup suci dekatilah Tuhan dengan cara mengikuti petunjuknya seperti ayat diatas. Jika ingin muci jauhilah Tuhan dengan menentang ayat diatas. Pilihan tetap diberikan kepada diri kita sendiri.

Sekiranya kita memang serius untuk hidup suci marilah kita mencoba untuk melangkah menuju keinginan daripada Tuhan agar Tuhan memberikan kkita kesempatan untuk membebaskan diri kita dari dosa. Dengan memohon bimbingan kepada Tuhan melalui wakil beliau yaitu para guru kerohanian parampara yang berada dalam garis perguruan rohani sampradaya. Karena garis perguruan sampradaya ini adalah turun dari Tuhan sendiri dalam rangka untuk tujuan seperti itu. Mengapa kita harus hidup suci karena Tuhan ingin mengajak kita ke dunia rohani. Di dunia rohani di kerajaan Tuhan semua orang adalah suci , tiada noda sedikitpun.

Tuhan menurunkan garis perguruan dengan kitab suci sebagai sabdanya sehingga terbentuklah sebuah agama yaitu Agama Hindu agar setiap orang tidak berspekulasi tentang kesucian. Begitu kita beragama dan memakai lebel agama itu berarti bahwa orang wajib menempuh hidup yang suci. Inilah yang disebut rumus agama. Jadi Hindu jelas mengajarkan tentang rumus kesucian dan dijamin sepenuhnya. Cara hidup suci seperti apa yang Tuhan inginkan sehingga Tuhan menurunkan kitab suci dan para guru kerohanian adaah untuk mengajak kita agar menempuh tahap demi tahap prose situ. Sehingga orang yang ingin suci harus mulai dari sejak awal untuk datang kepada para guru kerohanian. Seperti dijelaskan dalam Bhagavad Gita Bab 4 ayat 34.

Proses penyerahan diri kepada Tuhan melalui guru kerohanian adalah proses yang mutlak dibutuhkan. Dimana wujud penyerahan diri seseorang kepada Tuhan dilihat secara nyata melalui guru kerohanian. Sehingga orang harus menyerahkan diri kepada guru kerohanian dan mengabdikan diri seluruhnya kepda beliau. Wujud pengabdian dan penyerahan diri itu seseorang diberikan diksa oleh guru kerohanian. Secara sederhana diksa artinya pembebasan seseorang dari perbuatan yang berdosa dengan mengikuti bimbingan dari guru kerohanian , baik dosa yang lampau , sekarang maupun yang akan datang. Dasar dari seseorang diterima menjadi seorang hamba Tuhan melalui pengabdian kepada guru kerohanian dimana guru kerohanian memberikan ajaran dasar yaitu tegakkanlah dharma. Orang yang mampu menegakkan dharma adalah orang-orang yang tidak berdosa. Perintah guru kerohanian kepada muridnya untuk menegakkan dharma wajib diikuti secara tegas .

Dalam kehidupan seseorang 4 ( empat ) tiang dharma harus ditegakkan. Yang pertama adalah dhaya yaitu kasih sayang artinya kita harus mengasihi dan mencintai Tuhan serta mengasihi dan mencintai semua anak-anaknya yaitu seluruh ciptaannya. Karena itulah setiap orang harus hidup dalam ahimsa artinya tidak menyakiti setiap makhluk hidup apalagi membunuhnya. Dalam hal ini kita diajarkan metode yang paling sederhana agar kita tidak membunuh yaitu jangan makan daging , ikan dan telor. Termasuk jangan membunuh , jangan memotong , jangan memakan , jangan menjual , jangan menyuguhkan , dan jangan membeli. Juga larangan untuk tidak merokok , narkoba , teh dan kopi dan hal-hal yang mengandung caffeine. Hendaknya berjapa minimal enam belas putaran setiap hari.
Yang kedua adalah saucam artinya kehidupan yang bersih secara rohani. Karena itu cara awal yang paling sederhana adalah jangan melakukan hubungan suami istri yang tidak sah ( berzinah). Tiang dharma selanjutnya adalah tapa artinya bisa menahan diri , cara awal yang sederhana adalah jangan minum minuman keras. Kemudian tiang dharma yang keempat adalah satya, cara awal yang sederhana adalah tidak main judi.

Bagi mereka yang dengan tekun menegakkan empat tiang dharma ini melalui perintah dari guru kerohanian maka itu adalah sebuah perjalanan untuk menuju kehidupan yang suci. Karena dengan kehidupan yang suci akan tumbuh prema yaitu cinta kasih kepada Tuhan. Orang-orang yang memiliki cinta kasih kepada Tuhan ini disebut para bhakta atau para sadhu karena mereka tekun dalam pengabdian cinta kasih kepada Tuhan Sri Krishna melalui utusannya yaitu sorang guru kerohanian. Dengan demikian hanya orang-orang sadhu lah yang akan mendapatkan keselamatan sesungguhnya dari Tuhan yaitu berhak untuk memperoleh hubungan yang kekal bersama Tuhan di kerajaan Tuhan. Seperti Tuhan Sri Krishna bersabda dalam Bhagavad Gita Bab 4 ayat 8 :
“ paritranaya sadhunam vinasaya ca duskrtam
Dharma-samsthapanarthaya sambhavami yuge yuge “
“ Untuk menyelamatkan orang saleh , membinasakan orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma , Aku sendiri muncul pada setiap jaman “
Berdasakan ayat diatas paritranaya sadhunam artinya adalah orang-orang suci yaitu orang-orang yang bebas dari dosa. Keselamatan disini artinya orang-orang suci seperti itu akan diajak pulang ke kerajaan Tuhan di dunia rohani. Bagi orang-orang jahat artinya orang-orang yang tidak ingin menjalani kehidupan yang suci.
Hal ini adalah sebuah fakta yang tidak bisa ditolak berdasarkan angan-angan pikiran kita. Karena itu ajaran Veda di dalam agama Hindu adalah realitas bukan sebuah khayalan. Dengan demikian beragama adalah sebuah realitas bukan anagan-angan atau spekulasi dari keinginan kita. Jalan ke dunia rohani pun bukan sebuah khayalan tapi sebuah realitas dari apa yang kita lakukan. Dengan demikian menyerahkan diri kepada Tuhan melalui seorang guru kerohanian adalah mutlak. Ketika seseorang telah diterima menjadi hamba Tuhan melalui guru kerohanian maka Tuhan melalui guru kerohanian telah menebus dosa-dosa di masa lampau. Tentu sejauh mana seseorang beriman untuk percaya dan menyerahkan dirinya seperti ayat berikut : ( Bhagavad Gita 4.11 ) :
“ ye yatha mam prapadyante tams tathaiva bhaamy aham
Mama vartmanuvartante manusyah partha sarvasah “
“Sejauh mana semua orang menyerahkan diri kepada-Ku, Aku menganugerahi mereka sesuai dengan penyerahan dirinya itu. Semua orang menempuh jalan-Ku dalam segala hal , wahai putera Prtha “
Karena itulah seorang murid wajib menerima bimbingan dari guru kerohanian dengan tunduk hati dan tulus hati sehingga dalam perjalanan selanjutnya tidak berbuat dosa lagi serta tidak menerima reaksi dari perbuatannya. Karena apapun yang dilaksanakan , apa yang dikatakan , apa yang dipikirkan tanpa melalui petunjuk dari guru kerohanian , dan kitab suci reaksinya adalah perbuatan karma yang berupa dosa. Karena itulah setiap orang harus datang kepada sang juru selamat tertinggi yaitu Tuhan Sri Krishna melalui utusannya yaitu seorang guru kerohanian.
Orang-orang yang menjalani kehidupan seperti itu sudah menempuh kehidupan yang suci dan kesucian yang realitas , bukan yang dikhayalkan . Walaupun mereka nampak seperti orang-orang secara umum namun mereka bukanlah orang yang berdosa. Karena segala perbuatan , perkataan dan pikirannya melalui petunjuk dari Tuhan melalui guru kerohanian dan kitab suci. Seperti Duryudana dan Arjuna , walaupun sama-sama berperang. Duryudana berperang karena keinginan sendiri dan untuk kepuasannya . Sedangkan Arjuna berperang atas keinginan Tuhan dan untuk kepuasan Tuhan Sri Krishna. Dan Arjuna adalah orang suci sedangkan Duryudana adalah orang muci yang penuh dengan dosa. Maka Arjuna adalah contoh orang yang beragama suci. Arjuna adalah manusia yang super suci. Yang tiada noda. Karena Tuhan mengatakan yang tidak berdosa. Demikianlah contoh kesucian orang-orang yang beragama Hindu. Dan demikianlah hidup suci berdasarkan agama Hindu. Orang-orang yang mengikuti langkah kaki Arjuna hidup seperti apa yang dijelaskan diatas sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang dicintai Tuhan karena mereka memiliki iman atau keyakinan yang teguh dalam cinta kasih kepada Tuhan Sri Krishna seperti Bhagavad Gita Bab 12 ayat 20 :
Aku sangat mencintai orang yang mengikuti jalan bhakti yang kekal ini , tekun sepenuhnya dengan keyakinan , dan menjadikan Aku sebagai tujuan tertinggi.

Menghindari Kekerasan dalam rumah tangga adalah wahana dari Istagosti yang sesungguhnya

Menghindari Kekerasan dalam rumah tangga
adalah wahana dari Istagosti yang sesungguhnya
Oleh : Sri Sriman Ida Waisnawa Pandita Damodara Pandit dasa

( disampaikan pada acara Pertemuan Lima Tahunan ( Maha Istagosti) tahun 2011 Organisasi Kerohanian Hindu ISKCON-INDONESIA
tanggal 22 April 2011 )

Menurut Veda kehidupan berumah tangga yang bersifat rohani disebut dengan Grhasta  , Grha artinya rumah stha artinya tinggal  jadi seseorang boleh tinggal di rumah bersatu antara laki-laki dan perempuan   dalam rangka untuk melanjutkan bhakti kepada Tuhan Sri Krishna. Kehidupan Grhasta dijalani setelah melewati tingkat brahmacari ashram. Di jaman kali seperti sekarang ini nampaknya kehidupan grhasta itu secara umum hanya didasarkan atas saling menikmati kebutuhan badan sehingga nilai-nilai tuntunan spiritual sudah mulai berkurang. Hak dan kewajiban serta perilaku diantara laki-laki dan perempuan ( sumai dan istri ) sudah mulai ditinggalkan walaupun tidak begitu drastis.
Sehingga dalam hal ini istilah Grhasta sudah mulai berubah dan menuju istilah Grhamedi yang artinya bersatu dalam menikmati indria. Sesungguhnya Grhasta adalah salah satu dari catur asrama yang secara alami tumbuh di kalangan umat manusia berdasarkan aturan dari tenaga Tuhan. Karena itu kehidupan grhasta itu adalah suci seperti Tuhan Sri Krishna menjelaskan dalam Bhagavad Gita  7.11

“ balam balavatam caham kama-raga-vivarjitam
Dharmaviruddho bhutesu kamo”smi bharatarsabha”

“Aku adalah kekuatan orang yang kuat, bebas dari nafsu dan keinginan. Aku adalah hubungan suami istri yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip keagamaan, wahai prabhu dari keluarga Bharata ( Arjuna ).”
Mengertikah apakah yang dimaksud dengan suci dalam hal ini? Suci dimaksudkan disini adalah wujud dari kehidupan spiritual yang tiada noda-noda  , dosa dan kesalahan dimana dengan kehidupan grhasta dimaksudkan untuk bisa meraih kaki padma Tuhan di dunia rohani. Apa saja kehidupan-kehidupan yang suci itu? Terlebih dahulu saya akan menguraikan bahwa di dalam kehidupan berumah tangga ada seorang wanita , bagaimana sepatutnya wanita diperlakukan dan bagaimana sepatutnya wanita bertindak.
Seperti di dalam kitab suci Veda dijelaskan “ yatra narisastu poojayante ramante tatra deva“ , dimana wanita dipuja para dewa berstana disana. Sebaliknya dalam Veda Manu Samhita menjelaskan bahwa dimana wanita mengalami penderitaan maka disana ada kehancuran.
Karena itulah wanita merupakan sebuah kunci dalam kehidupan grhasta dan dalam hal ini kehidupan grhasta bergantung kepada bagaimana seorang wanita diperlakukan. Lebih jauh Manu Samhita menjelaskan setiap wanita harus diberikan kasih sayang tercinta , dipuja serta dihormati. Jika seorang wanita dihormati maka para dewapun menjadi puas. Setiap orang mendengar Devavrata Bhisma yang juga memberikan pesannya kepada Yudhistira Maharaja bahwa :
- Para laki-laki menjadi terhormat tergantung kepada wanitanya yang dianggap telah menanamkan segala kebaikan kepada laki-laki baik dari ibunya , dari saudara-saudara perempuannya dan istrinya     
-  Para wanita adalah merupakan lambang kemujuran karena merupakan ekspansi dari Srimati Laksmi devi yang merupakan dewi keberuntungan. Karena itu jika wanita direndahkan maka itu disebut dengan merendahkan Dewi Laksmi akibatnya sedikitpun tidak ada kelimpahan karunia dan kebaikan. Perbuatan apapun yang dilaksanakan akan menjadi sia-sia.
- Sebuah rumah tangga jika seorang wanita hidup dalam kesedihan maka keluarga tersebut akan punah dan mengalami kehancuran. Manu Samhita menegaskan adalah merupakan kekuatan bagi seorang wanita seperti sebuah kutukan yang datang karena itulah seorang wanita sepatutnya mendapatkan kasih sayang , pujian dan penghormatan. Karena itulah Veda Srimad Bhagavatam Srila Sukadeva Gosvami mengajarkan kepada Pariksit Maharaja agar seorang laki-laki dapat memandang para wanita sebagai ibunya kecuali istrinya.
            Guru kita tercinta Jagath Guru Srila Prabhupada mengajarkan tradisi bagi para muridnya agar memanggil wanita dengan istilah mataji yang artinya ibu yang terhormat. Karena memang demikian sesungguhnyalah Veda juga mengajarkan. Sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa para wanita seharusnya diperlakukan sebagai simbol kesucian dan penghormatan bukan obyek kenikmatan. Perlakuan masyarakat terhadap wanita seperti ini merupakan dasar bagi peradaban manusia yang layak dihadapan Tuhan dalam rangka mencapai kesuksesan dalam kehidupan manusia untuk mencapai tujuan tertinggi pulang ke kerajaan Tuhan di Vaikunta Loka bukan ke sorga.
            Berdasarkan ungkapan-ungkapan diatas mereka yang sudah menjalani kehidupan sebagai manusia ini ketika telah mengalami kehidupan berumah tangga. Bahwa di jaman kali ini telah digariskan kehancuran dan penderitaan itu sudah menenggelamkan seluruh mahkluk hidup. Karena itulah Srila Prabhupada menegaskan bahwa setiap penyembah Tuhan Sri Krishna harus cukup dengan 1 (satu) istri sebagai suatu penghormatan. Jika tidak kemerosotan dalam kekuatan spiritual sudah dijamin. Jika kekuatan spiritual telah merosot maka segala perilaku untuk menuju kehidupan rohani yang lebih maju sudah gagal. Demikianlah halnya ketika seseorang sudah hidup dalam grhasta wanita tidak harus diperlakukan dengan kekerasan fisik. Sebaliknya tuntunan spiritual bagi grhasta dibawah bimbingan seorang guru kerohanian wajib dibutuhkan.
            Kadang-kadang guru kami , Srila Gour Govinda Svami selalu mengingatkan para wanita punya sifat yang khas yaitu suka berhias. Karen itulah jika sifat yang khas ini diberi sedikit peluang seperti memakai perhiasan gelang di tangan dan lain sebagainya hal ini akan menambah keharmonisan bagi kehidupan berumah tangga. Tentu tidak harus dengan biaya yang mahal dan memaksakan diri. Keharmonisan seperti itu jika selalu terwujud akan memberikan kelegaan bagi para wanita dan demikian juga memberikan umur yang panjang bagi para suami.
            Sangatlah tidak terpuji bagi para lelaki yang memaksa para wanita untuk bekerja mencari nafkah dan hidup dari jerih payahnya. Seperti dijelaskan di dalam Srimad Bhagavatam dan Manu Samhita bahkan seorang ayah atau saudara laki-laki janganlah meminta-minta dari anak perempuan dan saudara perempuan. Perbuatan yang melanggar aturan seperti ini sangat nampak di jaman kali yang pasti akan mengakibatkan kehancuran dan penderitaan tak henti-henti bagi para pelakunya yang akibatnya kemajuan spiritual pasti akan terhalang.
            Sepatutnya sebagian besar keuangan rumah tangga dikelola oleh para wanita tentu sebagaimana penjelasan Manu Samhita wanita harus sangat cerdas dalam mengelola keuangan sehingga tidak sampai menyimpang ke jalan yang salah diluar jalur tuntunan guru , sadhu dan sastra. Dalam hal ini Veda juga menegaskan bahwa wanita harus menikah sehingga selalu mendapat perlindungan pada masa hidupnya dan tidak pernah untuk hidup secara bebas. Dengan sifat-sifatnya para wanita yang selalu setia dan pada saat yang sama wanita itu adalah seorang yang lemah maka perlindungan itu wajib dilaksanakan sehingga seorang wanita bisa melaksanakan pengabdian bhaktinya kepada Tuhan , guru dan suaminya. Janganlah memperlakukan wanita sebagai obyek kenikmatan.
                Perbuatan yang menjaga para wanita seperti itu adalah merupakan emansipasi yang telah diterima baginya menurut Veda bukan emansipasi menurut pemikiran duniawi. Emansipasi bagi para wanita adalah selalu bersikap menjaga kesucian , kemurnian , memiliki rasa malu dan selalu melakukan pelayanan kepada Tuhan , kepada guru dan kepada suami dalam rasa kebahagiaan. Maka disitulah para wanita akan menjadi terhormat. Srila Prabhupada telah menyebarkan Kesadaran Krishna yang telah dimulai oleh Tuhan sendiri adalah dengan tujuan untuk membangun peradaban-peradaban yang mulia seperti itu.
            Jadi para wanita dan laki-laki adalah memiliki hak dan kewajiban yang telah ditentukan oleh Tuhan , melalui ajaran Veda yang dikatakan sama-sama memiliki hak dan kewajiban. Bukan hak dan kewajibannya sama sebagaimana didengung-dengungkan oleh orang-orang yang tidak mengenal Veda. Maka di jaman ini kita bisa melihat kemerosotan yang bisa terjadi akibat daripada salah mengartikan daripada hak dan kewajiban.



Sikap para Suami

            Para laki-laki memiliki tanggung jawab yang besar yang merupakan kewajiban yang harus dilakukan. Sifat dasar seorang laki-laki seharusnya memiliki kemampuan untuk memahami kemampuan dari istrinya untuk membantunya dalam pelayanan bhakti. Seorang suami harus mampu melindungi dirinya dari maya demi keutuhan dalam pelayanan bhkati itu sendiri. Karena itulah Veda mengajarkan bahwa seorang suami jangan merendahkan atau menyakiti para istri agar para istri tetap berada dalam Kesadaran Krishna. Tuhan Sri Krishna sesungguhnya telah menitipkan para istri dan anak-anaknya agar mereka bisa melaksanakan pelayanan bhakti kepada Tuhan dengan sebaik-baiknya. Suatu dosa yang sangat besar jika para suami menghancurkan kesempatan dari istri dan anak-anaknya untuk berbhakti kepada Tuhan , karena itu tugas para suami adalah sungguh berat jika mengabaikan bimbingan dan perlindungan dari guru dan Tuhan.
            Perlu dipahami bahwa seandainya setiap suami bisa memperlakukan istri dan anak-anaknya yang merupakan asset besar untuk saling membantu dalam kemajuan spiritual maka Veda Sri Caitanya Caritamrita menjelaskan kesuksesan menuju dunia rohani telah dijamin tidak harus menjalani kehidupan pelepasan ikatan secara palsu ataupun menjalani kehidupan sanyasin yang tidak begitu dikehendaki oleh Tuhan dalam inkarnasinya sebagai Sri Caitanya.
            Demikianlah jika para laki-laki menerima wanita sebagai istrinya maka dia harus bertanggung jawab atas kegiatan istri dan melindunginya agar selalu mendapatkan jalan yang penuh riang dalam bhakti. Anak dan istri adalah merupakan tanggung jawabnya agar hidup di dalam Kesadaran Krishna. Seandainya perbuatan para laki-laki bukan untuk hal seperti itu dan tidak mengarahkan menuju kehidupan yang kekal maka seseorang tidak pantas mendapat gelar seorang suami. Ini adalah merupakan persyaratan rohani bagi seorang suami. Tentu juga seorang istri juga harus berperilaku agar suami senantiasa merasa nyaman dan tidak menuntut terlalu banyak. Memang tugas laki-laki menyediakan segala kebutuhan tentu dalamn takaran yang wajar. Karena itulah kerendahan hati , toleransi dan saling memahami merupakan tolak ukur dalam keserasian di rumah tangga.
            Tuhan Sri Rama Candra adalah contoh seorang suami yang ideal  bahkan pada jaman itu Tuhan telah memberikan contoh eka patni artinya hanya memiliki 1 ( satu ) istri.  Contoh ini adalah sudah sangat cukup yang patut ditiru oleh siapa saja yang ingin mencapai sukses dalam menapak kehidupan rohani. Janganlah menjadi laki-laki yang arogan hanya karena berkelimpahan harta dan ketampanan yang memadai.  Sifat-sifat arogan itu adalah jalan untuk menuju kehancuran bagi diri sendiri. Apalagi mempekerjakan istri walaupun dengan ukuran yang paling wajar sesuai dengan pandangan duniawi. Apalagi para istri harus menerima siksaan fisik dan kata-kata yang kasar , ini adalah gerbang menuju kehancuran. Sebaliknya suami yang selalu sangat baik , penuh perhatian dan kasih sayang dalam keadaan apapun maka peradaban menuju kesejahteraan lahir dan bathin telah ditemukan.
           
Sifat-sifat seorang wanita sebagai istri
Srimad Bhagavatam menjelaskan bahwa wanita terlahir dari badan laki-laki yang terbaik dan ketika seorang wanita telah menjadi seorang istri ia disebut “ardhanini” yang artinya muncul sebagai separuh badan dari suami. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para istri juga menerima tanggung jawab setengah tanggung jawab suaminya dalam melaksanakan pelayanan bhakti kepada Tuhan. Karena itulah dapat dirasakan bahwa seorang suami tidak akan pernah merasa lengkap jika tidak mendapat kehadiran daripada istrinya dalam pemujaan kepada Tuhan.
            Seorang istri akan selalu merasa bahagia jika bersedia menjadi bagian daripada suaminya untuk bersatu dalam melaksanakan bhakti kepada Tuhan dan selalu siap dilindungi dan dibimbing bukan sebaliknya ingin hidup bebas. Dalam hal ini para istripun dianggap sebagai pelindung dari suaminya agar suaminya tidak merosot bahkan dapat diistilahkan bahwa istri adalah komandan benteng dari kehidupan berumah tangga. Dimana seorang istri punya peran untuk menghindarkan dan menyelamatkan suaminya dari kehancuran. Sangatlah tidak terpuji dan merupakan sebuah kekeliruan besar jika para istri tidak siap untuk bersatu dalam pelayanan bhakti kepada Tuhan karena diselimuti oleh pandangan duniawi. Ini merupakan sebuah kegagalan dari misi sebagai seorang istri karena istri juga punya kewajiban untuk melindungi suami dari jalan yang sesat atau adharma. Tentu dalam hal ini para istri selalu mendapat kesempatan untuk mengingatkan suaminya dengan kata-kata yang lembut. Tidak dengan menentang suaminya , tidak dengan sikap yang sombong. Sebaliknya selalu menunjukkan kesucian dan semangatnya untuk melayani suami dalam berbhakti kepada Tuhan.    
            Adalah merupakan tindakan yang keliru jika seorang istri tidak bersedia menasehati suaminya jika berjalan pada jalan yang salah. Lihatlah Mandodari istri Rahvana , Ibu Gandari istri Drestarastra , Devi Tara istri Subali senantiasa memberikan nasehat kepada suaminya agar selamat. Tentu didasari dengan sopan santun dan lemah lembut , dengan penuh kerendahan hati dan tanpa melukai perasaan seorang suami sebagaimana dijelaskan dalam Manu Samhita bahwa seorang suami harus dianggap sebagai dewa dan gurunya. Pada saat yang sama seorang suami harus dengan suka cita menerima nasehat istri agar tidak menuju kehancuran.
            Seorang istri memiliki kewajiban yang hakiki untuk selalu melayani suaminya dengan kesetiaannya yang penuh , ketulusan hati dan rasa bhakti. Vyasadeva dan Valmiki menuangkan semua nasehatnya berkenaan dengan sifat-sifat wanita dalam itihasa.  Sekiranya pelayanan itu ditegakkan maka seorang wanita sebagai istri yang dianggap kelahiran yang rendah dapat mencapai tujuan yang sama pulang ke dunia rohani. Seorang laki-laki sangat mudah ditundukkan dengan sikap-sikap seperti itu. Lihatlah contohnya Drupadi bisa menundukkan lima suaminya, dimana Drupadi senantiasa bersikap peduli terhadap suaminya , ibu Drupadi senantiasa memandang suaminya adalah Tuhan atau guru kerohanian yang merupakan tempat untuk berlindung dan tidak memiliki perlindungan yang lain. Sehingga beliau tidak pernah berbuat atau berkata bahkan berpikir untuk menyakiti suaminya walaupun dalam kapasitas yang kecil sekali. Ibu Drupadi senantiasa berpikir dan berbuat untuk melayani dan memuaskan suaminya walaupun dalam keadaan tidur , makan , menghias diri dengan suatu prinsip tidak pernah menentang kehendak suami. Siap untuk dibimbing suami dan tidak pernah berbicara buruk terhadap suami , mertua dan saudara-saudara ataupun apa saja yang berhubungan dengannya. Ibu Drupadi dengan jelas mengatakan tidak ada hal-hal yang lain lagi selain hal-hal seperti itu untuk bersikap yang baik terhadap suami. Seperti halnya juga tidak bersikap sombong , menahan keinginan dan amarah serta selalu menunggu mereka dengan penuh pengabdian. Ibu Drupadi menjelaskan  bahwa beliau selalu mengendalikan kecemburuannya dan bahkan menunggu istri-istri suaminya yang lain tanpa merasa diremehkan untuk melakukan hal itu. Takut untuk mengatakan apa yang tidak baik atau tidak benar , melihat atau duduk atau berjalan dengan tidak sepantasnya. Bahkan memandang sekilas saja dari wajah mereka beliau tidak terpengaruh oleh laki-laki lain , manusia  , perhiasan , ataupun ketampanan. Beliau tidak akan makan , tidur , mandi hingga suami-suaminya melakukannya. Beliau selalu terbangun jika suami-suaminya datang dari bepergian dan memberikan hormat dengan menyediakan sesuatu dan tempat duduk. Dan beliau selalu sibuk melayani suami-suaminya dan tidak ada keinginan untuk berada jauh dari mereka. Ketika suami-suaminya bepergian beliau tidak memakai jenis bunga atau wewangian dan selalu melakukan pertapaan dan memakan sesuatu yang merupakan sisa dari suaminya. Selalu tekun memuja Tuhan dengan segala kerendahan hati dan mentaati segala peraturan yang telah diberikan. Sehingga Ibu Drupadi pun mengatakan dengan sikap seperti itu saya memiliki suami-suami yang rendah hati , jujur dan sangat berbudi luhur walaupun nampak seperti ular berbisa.

Terima kasih.
Jay Sri Gauranga Mahaprabhu
Jay Srila Prabhupada
Jay Srila Gour Govinda Svami
Jay Srila Bhaktisvarupa Damodara Svami
Jay ISKCON-INDONESIA
Jay Harinama Sankirtan Mahayajna