Kamis, 05 Agustus 2010

Keseimbangan Jiwa
Oleh: vedanta pati dasa

sama-duhkha-sukhah sva-sthah
sama-lostasma-kancanah
tulya-priyapriyo dhiras
tulya-nindatma-samstutih
Bhg. 14.24

Dia yang seimbang terhadap suka maupun duka, percaya pada diri sendiri, melihat sama terhadap segumpal batu maupun emas, sama terhadap yang dicintai dan yang tidak dicintai, teguh pada pendirian, baik pada cacian maupun pujian.

Tingkatan kualifikasi seperti itu sulit sekali dijumpai pada kehidupan manusia masa kini, tetapi hal itu juga bukanlah sesuatu yang mustahil ada pada era kaliyuga ini. Tokoh besar bangsa India Mahatma Gandi sebelum menghembuskan nafas terakhirnya masih sempat mengucapkan kata-kata bijaknya memaafkan orang yang telah menembaknya hingga menemui ajalnya.
Walaupun pemerintah China menganggap tokoh spiritual Tibet Dalai Lama sebagai srigala berjubah bhiksu namun pemimpin budha itu tetap mengatakan bahwa dia menerima pemerintah Beijing dan hanya mencari otonomi berarti bagi Tibet.
Kedua contoh diatas membuktikan bahwa dua kepribadian mulia itu mampu merespon kebencian yang ditujukan kepadanya dengan kebaikan. Memandang semuanya dengan kacamata yang sama yaitu cinta, dan keduanya adalah para peraih predikat diri sebagai jiwa-jiwa yang agung atau mahatma.
Mereka mampu memandang sama terhadapa dua yang berbeda (rwa bhineda) terhadap suka maupun duka, anugrah dan bencana, hidup dan mati, siang dan malam dan seterusnya.
Hal ini bisa terjadi karena ada seberkas kekuatan yang teramat sangat dasyat yaitu keyakinan, kesadaran dan kebenaran. Jika dalam sejarah wangsa Bharata ada ksatria perkasa Arjuna mampu membunuh kakek kesayangannya Bhisma dalam perang maha dasyat di medan Kuruksetra tanpa dendam dan benci, tentu juga karena kekuatan terakhir itu.
Yudistira setelah dinobatkan sebagai raja Hastina Pura mampu menempatkan orang-orang yang sebelumnya telah berusaha menghancurkannya pada posisi terhormat.
Di Bali akhir-akhir ini diramaikan dengan berita tentang kegagalan panen padi akibat dari serangan hama tikus, dan lebih mencengangkan lagi semakin tikus-tikus itu diperangi (dibunuh) seranganya itu justru semakin mengganas seperti ada perlawanan. Mengusir tikus tanpa harus membunuhnya memang pekerjaan yang tidak gampang tetapi juga pekerjaan yang barangkali tidak mustahil untuk bisa dilakukan. Jika dengan kekuatan cinta seperti doa-doa melalui ritual sederhana tetapi satvik seperti homa yagya dan sebagainya, disertai dengan upaya-upaya lain seperti memagari tanaman dengan unsure-unsur yang tidak memungkinkan hama itu melakukan gangguan dan sebagainya, namun serangan itu tetap tidak bisa diatasi maka kembalikan ke sloka diawal tidak bersedih hati yang berlebihan dikala mendapatkan bencana, dan tidak bersenang hati yang berlebihan dikala mendapatkan keberuntungan, semua diserahkan kepada sang sutradara kehidupan yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa. Cara penyerahan itu dalam bentuk syukur apapun yang terjadi atas diri ini dan dunia ini adalah semata-mata atas kehendakNya, namun tetap disertai dengan upaya-upaya kerja, kerja dan terus berkarya karena hanya itu kewajiban kita dan bukan pada hasilnya. Jika kualifikasi seperti itu yang menyelimuti diri ini tentu sudah ada arah untuk mendekat ke sabda Krsna diawal.
Intinya jangan pernah lelah untuk menyayangi siapapun termasuk kepada semua mahluk lain walaupun dimata kita dia pernah membuat kekeliruan tetapi dimata Tuhan belum tentu demikian karena baik pengelihatan, pengamatan dan pengetahuan kita sangat terbatas.
Demikian juga jika bencana menimpa seperti kebanjiran, kebakaran, kecelakaan dan sebagainya hendaknya jangan larut dalam kesedihan, karena kita tidak pernah tahu tentang rencana Tuhan itu seperti apa. Yang harus dilakukan adalah berusaha untuk mampu memahami dan mengambil hikmah dibalik kejadian itu, jika kita mampu mengambil hikmah dari setiap kejadian maka kita pasti akan menjadi kuat dan jika kita kuat dalam menghadapi setiap kejadian maka hidup ini terasa lebih bermakna.
Bisa saja Tuhan mengurangi sebagian dari harta yang kita miliki walau sesungguhnya itu bukanlah milik kita dengan cara Beliau untuk mengurangi kemelekatan kita kepada material itu agar kita menjadi ingat dan selalu ingat kepada Beliau.
Pengalaman Ibu Kunti yang suci ketika putra-putra beliau masih kecil-kecil suami beliau Pandu yang menjadi tumpuan hidup keluarga diambil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, maka Ibu Kunti praktis merawat dan membesarkan kelima putranya dengan penderitaan, namun ibu Kunti tidak pernah putusasa, beliau menjalani kehidupanya bersama kelima putranya dengan cinta dan kasih sayang, bersahaja selalu mohon tuntunan dan kekuatan kepada Vasudeva Krsna, bahkan beliau memohon kepada Krsna oh Vasudeva berikanlah selalu kami penderitaan dalam mengarungi kehidupan ini agar kami selalu dapat mengingatMu, karena dengan selalu mengingatMu maka semuanya tentu menjadi baik.
Ini artinya jika kita dalam menjalani hidup dan kehidupan ini selalu bersama Tuhan, maka semuanya akan menjadi baik dan mudah.
Apapun yang terjadi pada masa kini tentu tidak pernah lepas dari apa yang terjadi pada masa yang lalu, dan juga apapun yang terjadi pada masa yang akan datang tidak bisa dilepaskan dari apa yang terjadi pada masa kini, karena itu merupakan lingkaran karma yang tidak bisa dihindari oleh siapapun termasuk para dewa, disinilah pentingnya sebuah kesadaran.
Jika kesadaran itu sudah bertumbuh dengan baik maka disana pasti ada kecerdasan rohani dalam menyikapi kehidupan ini dimana semua yang bersifat material itu adalah sementara saja alias tidak kekal, dan tidak akan ada penyesalan dengan apapun yang terjadi yang berhubungan dengan hal-hal material itu, apakah dia gagal panen, ataukah dia panen raya, apakah dia mengalami bencana, apakah naik jabatan ataukah dia di phk, apakah mendapatkan keuntungan besar dalam berbisnis atau sebaliknya mengalami kerugian dan sebagainya semuanya dihadapi dengan tenang dan keseimbangan jiwa.
Dan dengan kesadaran itu juga justru akan menumbuh-kembangkan upaya-upaya untuk melakukan pembenahan dan peningkatan kualitas diri menuju kesadaran Tuhan, karena tujuan akhir dari hidup ini adalah untuk mencapai Tuhan.
Biarkan hidup berjalan apa adanya mengalir bagaikan aliran sungai jalanilah bersama Tuhan karena jika hidup ini kita jalani bersama Tuhan maka apapun yang terjadi dan apapun yang menghadang didepan kita itu adalah rencana Tuhan semata-mata dan kita pasti dapat melewatinya dengan baik.

Om Namo Bhagavate Vasudeva ya

Tidak ada komentar: