Minggu, 24 April 2011

" Cara Hidup Suci dalam Agama Hindu "


Cara Hidup Suci dalam Agama Hindu.
oleh Sri Sriman Ida Waisnawa Pandita Damodara Pandit Dasa.

( disampaikan pada Maha Istagosti Organisasi Kerohanian Hindu
Yayasan ISKCON-INDONESIA di Bedugul , Tabanan ,22 April 2011 )

Jika kita teliti secara cermat , hampir setiap orang ingin menjadi orang suci bahkan ada sekalangan orang senang kalau dikatakan suci. Yang lebih serius lagi berbuat sesuatu agar orang memandangnya suci. Sehingga tidak sedikit orang memanfaatkan atas nama kesucian untuk tujuan-tujuan tertentu yang sifatnya material. Kadang-kadang orang suka disebut suci tapi tidak suka hidup yang suci. Karena itulah sesungguhnya yang paling tepat jadilah orang suci bukan menjadi orang yang dikatakan suci. Rumus seperti ini banyak orang tidak memahami dan banyak orang tidak mau menjalani terlebih di jaman kali. Karena itulah di jaman kali ini disebutkan kemerosotan nilai-nilai kesucian.

Pada saat kita melangkah menuju kesucian hal itu berarti kita datang untuk mendekati Tuhan , karena Tuhanlah sumber kesucian itu dan Tuhanlah yang akan memutuskan tingkat kesucian itu . Sementara manusia harus berusaha dengan tegas.  Secara umum orang tidak paham bagaimana disebut dengan suci , sama dengan bersih apa yang diseeut dengan bersih. Bersih artinya bebas dari noda-noda kekotoran , demikian juga suci artinya bebas dari noda-noda dosa. Artinya orang yang bebas dari dosa itulah yang disebut dengan orang suci.

Siapakah yang mengatakan bebas dari dosa? Yang bisa mengatakan bebas dari dosa adalah Tuhan Sri Krishna. Seperti ayat berikut:
“ Tuhan Sri Krishna mengatakan kepada Arjuna , “ Wahai yang tidak berdosa ( Bhagavad Gita 14.6 ) , Sementara orang-orang yang menyebutkan orang lain suci itu hanya sebagai penghormatan saja bukan sebagai ucapan yang jujur. Karena itu sesungguhnya jika kita ingin suci buatlah agar Tuhan yang mengatakan agar kita suci. Seperti yang dijelaskan tadi orang-orang suci adalah orang yang bebas dari dosa.
Rumus bebas dari dosa adalah Tuhan Sri Krishna mengatakan ,
“ sarva-dharman parityajya mam ekam saranam vraja
Aham tvam sarva-papebhyo moksayisyami ma sucah ‘
Tinggalkanlah segala jenis dhrama dan hanya menyerahkan diri kepada-ku. Aku akan menyelamatkan engkau dari segala reaksi dosa. Jangan takut.
Berdasarkan ayat ini maka keputusan dari dosa adalah dari Tuhan Sri Krishna. Sekarang kita dituntut pengakuan kita secara jujur sebagai manusia , apakah kita mau jadi orang suci atau mau menjadi orang muci? Orang suci adalah bebas dari dosa , hidup dalam kehidupan rohani. Sementara orang muci hidup penuh dosa , dalam gelimangan dunia material.

Jika kita ingin hidup suci dekatilah Tuhan dengan cara mengikuti petunjuknya seperti ayat diatas. Jika ingin muci jauhilah Tuhan dengan menentang ayat diatas. Pilihan tetap diberikan kepada diri kita sendiri.

Sekiranya kita memang serius untuk hidup suci marilah kita mencoba untuk melangkah menuju keinginan daripada Tuhan agar Tuhan memberikan kkita kesempatan untuk membebaskan diri kita dari dosa. Dengan memohon bimbingan kepada Tuhan melalui wakil beliau yaitu para guru kerohanian parampara yang berada dalam garis perguruan rohani sampradaya. Karena garis perguruan sampradaya ini adalah turun dari Tuhan sendiri dalam rangka untuk tujuan seperti itu. Mengapa kita harus hidup suci karena Tuhan ingin mengajak kita ke dunia rohani. Di dunia rohani di kerajaan Tuhan semua orang adalah suci , tiada noda sedikitpun.

Tuhan menurunkan garis perguruan dengan kitab suci sebagai sabdanya sehingga terbentuklah sebuah agama yaitu Agama Hindu agar setiap orang tidak berspekulasi tentang kesucian. Begitu kita beragama dan memakai lebel agama itu berarti bahwa orang wajib menempuh hidup yang suci. Inilah yang disebut rumus agama. Jadi Hindu jelas mengajarkan tentang rumus kesucian dan dijamin sepenuhnya. Cara hidup suci seperti apa yang Tuhan inginkan sehingga Tuhan menurunkan kitab suci dan para guru kerohanian adaah untuk mengajak kita agar menempuh tahap demi tahap prose situ. Sehingga orang yang ingin suci harus mulai dari sejak awal untuk datang kepada para guru kerohanian. Seperti dijelaskan dalam Bhagavad Gita Bab 4 ayat 34.

Proses penyerahan diri kepada Tuhan melalui guru kerohanian adalah proses yang mutlak dibutuhkan. Dimana wujud penyerahan diri seseorang kepada Tuhan dilihat secara nyata melalui guru kerohanian. Sehingga orang harus menyerahkan diri kepada guru kerohanian dan mengabdikan diri seluruhnya kepda beliau. Wujud pengabdian dan penyerahan diri itu seseorang diberikan diksa oleh guru kerohanian. Secara sederhana diksa artinya pembebasan seseorang dari perbuatan yang berdosa dengan mengikuti bimbingan dari guru kerohanian , baik dosa yang lampau , sekarang maupun yang akan datang. Dasar dari seseorang diterima menjadi seorang hamba Tuhan melalui pengabdian kepada guru kerohanian dimana guru kerohanian memberikan ajaran dasar yaitu tegakkanlah dharma. Orang yang mampu menegakkan dharma adalah orang-orang yang tidak berdosa. Perintah guru kerohanian kepada muridnya untuk menegakkan dharma wajib diikuti secara tegas .

Dalam kehidupan seseorang 4 ( empat ) tiang dharma harus ditegakkan. Yang pertama adalah dhaya yaitu kasih sayang artinya kita harus mengasihi dan mencintai Tuhan serta mengasihi dan mencintai semua anak-anaknya yaitu seluruh ciptaannya. Karena itulah setiap orang harus hidup dalam ahimsa artinya tidak menyakiti setiap makhluk hidup apalagi membunuhnya. Dalam hal ini kita diajarkan metode yang paling sederhana agar kita tidak membunuh yaitu jangan makan daging , ikan dan telor. Termasuk jangan membunuh , jangan memotong , jangan memakan , jangan menjual , jangan menyuguhkan , dan jangan membeli. Juga larangan untuk tidak merokok , narkoba , teh dan kopi dan hal-hal yang mengandung caffeine. Hendaknya berjapa minimal enam belas putaran setiap hari.
Yang kedua adalah saucam artinya kehidupan yang bersih secara rohani. Karena itu cara awal yang paling sederhana adalah jangan melakukan hubungan suami istri yang tidak sah ( berzinah). Tiang dharma selanjutnya adalah tapa artinya bisa menahan diri , cara awal yang sederhana adalah jangan minum minuman keras. Kemudian tiang dharma yang keempat adalah satya, cara awal yang sederhana adalah tidak main judi.

Bagi mereka yang dengan tekun menegakkan empat tiang dharma ini melalui perintah dari guru kerohanian maka itu adalah sebuah perjalanan untuk menuju kehidupan yang suci. Karena dengan kehidupan yang suci akan tumbuh prema yaitu cinta kasih kepada Tuhan. Orang-orang yang memiliki cinta kasih kepada Tuhan ini disebut para bhakta atau para sadhu karena mereka tekun dalam pengabdian cinta kasih kepada Tuhan Sri Krishna melalui utusannya yaitu sorang guru kerohanian. Dengan demikian hanya orang-orang sadhu lah yang akan mendapatkan keselamatan sesungguhnya dari Tuhan yaitu berhak untuk memperoleh hubungan yang kekal bersama Tuhan di kerajaan Tuhan. Seperti Tuhan Sri Krishna bersabda dalam Bhagavad Gita Bab 4 ayat 8 :
“ paritranaya sadhunam vinasaya ca duskrtam
Dharma-samsthapanarthaya sambhavami yuge yuge “
“ Untuk menyelamatkan orang saleh , membinasakan orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma , Aku sendiri muncul pada setiap jaman “
Berdasakan ayat diatas paritranaya sadhunam artinya adalah orang-orang suci yaitu orang-orang yang bebas dari dosa. Keselamatan disini artinya orang-orang suci seperti itu akan diajak pulang ke kerajaan Tuhan di dunia rohani. Bagi orang-orang jahat artinya orang-orang yang tidak ingin menjalani kehidupan yang suci.
Hal ini adalah sebuah fakta yang tidak bisa ditolak berdasarkan angan-angan pikiran kita. Karena itu ajaran Veda di dalam agama Hindu adalah realitas bukan sebuah khayalan. Dengan demikian beragama adalah sebuah realitas bukan anagan-angan atau spekulasi dari keinginan kita. Jalan ke dunia rohani pun bukan sebuah khayalan tapi sebuah realitas dari apa yang kita lakukan. Dengan demikian menyerahkan diri kepada Tuhan melalui seorang guru kerohanian adalah mutlak. Ketika seseorang telah diterima menjadi hamba Tuhan melalui guru kerohanian maka Tuhan melalui guru kerohanian telah menebus dosa-dosa di masa lampau. Tentu sejauh mana seseorang beriman untuk percaya dan menyerahkan dirinya seperti ayat berikut : ( Bhagavad Gita 4.11 ) :
“ ye yatha mam prapadyante tams tathaiva bhaamy aham
Mama vartmanuvartante manusyah partha sarvasah “
“Sejauh mana semua orang menyerahkan diri kepada-Ku, Aku menganugerahi mereka sesuai dengan penyerahan dirinya itu. Semua orang menempuh jalan-Ku dalam segala hal , wahai putera Prtha “
Karena itulah seorang murid wajib menerima bimbingan dari guru kerohanian dengan tunduk hati dan tulus hati sehingga dalam perjalanan selanjutnya tidak berbuat dosa lagi serta tidak menerima reaksi dari perbuatannya. Karena apapun yang dilaksanakan , apa yang dikatakan , apa yang dipikirkan tanpa melalui petunjuk dari guru kerohanian , dan kitab suci reaksinya adalah perbuatan karma yang berupa dosa. Karena itulah setiap orang harus datang kepada sang juru selamat tertinggi yaitu Tuhan Sri Krishna melalui utusannya yaitu seorang guru kerohanian.
Orang-orang yang menjalani kehidupan seperti itu sudah menempuh kehidupan yang suci dan kesucian yang realitas , bukan yang dikhayalkan . Walaupun mereka nampak seperti orang-orang secara umum namun mereka bukanlah orang yang berdosa. Karena segala perbuatan , perkataan dan pikirannya melalui petunjuk dari Tuhan melalui guru kerohanian dan kitab suci. Seperti Duryudana dan Arjuna , walaupun sama-sama berperang. Duryudana berperang karena keinginan sendiri dan untuk kepuasannya . Sedangkan Arjuna berperang atas keinginan Tuhan dan untuk kepuasan Tuhan Sri Krishna. Dan Arjuna adalah orang suci sedangkan Duryudana adalah orang muci yang penuh dengan dosa. Maka Arjuna adalah contoh orang yang beragama suci. Arjuna adalah manusia yang super suci. Yang tiada noda. Karena Tuhan mengatakan yang tidak berdosa. Demikianlah contoh kesucian orang-orang yang beragama Hindu. Dan demikianlah hidup suci berdasarkan agama Hindu. Orang-orang yang mengikuti langkah kaki Arjuna hidup seperti apa yang dijelaskan diatas sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang dicintai Tuhan karena mereka memiliki iman atau keyakinan yang teguh dalam cinta kasih kepada Tuhan Sri Krishna seperti Bhagavad Gita Bab 12 ayat 20 :
Aku sangat mencintai orang yang mengikuti jalan bhakti yang kekal ini , tekun sepenuhnya dengan keyakinan , dan menjadikan Aku sebagai tujuan tertinggi.

Tidak ada komentar: