Kamis, 26 November 2009

keterikatan

Srimad Bhagavatam Skanda 7 Bab 6 Ayat 11-13
(keterikatan)

katham priyaya anukampitayah
sangam rahasyam rucirams ca mantran
suhrtsu tat-sneha-sitah sisunam
kalaksaranam anurakta-cittah

putran smarams ta duhitrr hrdayya
bhratrn svasrr va pitarau ca dinau
grhan manojnoru-paricchadams ca
vrttis ca kulyah pasu-bhrtya-vargan

tyajeta kosas-krd ivehamanah
karmani lobhad avitrpta-kamah
aupasthya-jaihvam bahu-manyamanah
katham virajyeta duranta-mohah


“Bagamana mungkin seseorang yang penuh kasing sayang dengan keluarganya, yang di dalam hatinya selalu dipenuhi oleh bayangan-banyangan mereka, akan meninggalkan pergaulan dengan mereka? Khususnya, seorang istri yang selalu sangat baik dan simpati serta selalu menyenangkan suaminya di sebuah tempat yang sunyi. Siapa yang dapat meninggalkan pergaulan dengan seorang istri yang penuh kasih sayang seperti itu?. Anak kecil yang berbicara dengan suara yang terpatah-patah, sangat menyenangkan untuk didengar dan ayah mereka yang penuh kasih sayang yang selalu memikirkan kata-kata mereka yang manis. Bagaimana dia bisa meninggalkan pergaulan dengan mereka? Orang tua, anak perempuan dan anak laki-laki juga sangat disayanginya. Anak perempuan khususnya sangat disayangi oleh ayahnya, dan sementara tinggal di rumah suaminya, dia selalu ada dalam pikirannya. Siapa yang bisa meninggalkan pergaulan seperti itu? Disamping semua ini, dalam urusan berumah tangga ada banyak hiasan-hiasan dalam perabotan rumah tangga, dan ada juga binatang peliharaan dan para pelayan. Siapa yang bisa meninggalkan keadaan yang menyenangkan seperti itu? Ikatan kehidupan berumah tangga diandaikan seperti seekor ulat sutra, yang mana membalut sebuah kepompong di dalamnya yang mana membuatnya terpenjara, tidak bisa keluar. Hanya untuk memuaskan dua buah indera yang penting, kemaluan dan lidah, seseorang diikat dalam kehidupan material. Bagaimana seseorang bisa mencari jalan keluar?



Penjelasan

Dalam urusan kehidupan berumah tangga, keterikatan yang pertama adalah dengan istri yang cantik dan menyenangkan, yang semakin menambah keterikatan dalam kehidupan berumah tangga. Seseorang menikmati istrinya dengan 2 organ indera yang menonjol yakni lidah dan kemaluan. Seorang istri berbicara dengan sangat manis. Ini tentu saja sebuah keterikatan. Kemudian dia akan mempersiapkan makanan yang lezat untuk memuaskan lidahnya, dan ketika lidahnya dipuaskan seseorang memperoleh kekuatan untuk organ inderanya yang lain, khususnya kemaluan. Demikianlah sang istri memberikan kesenangan dalam hubungan seksual. Kehidupan berumah tangga maksudnya adalah kehidupan seksual (yan maithunadi-grhamedhi-sukham hi tuccham). Ini didorong oleh lidah. Kemudian lahirlah anak-anak. Seorang bayi memberikan kesenangan dengan suaranya yang terpatah-patah, dan ketika anak laki-laki dan anak perempuannya tumbuh dewasa dan menjadi terlibat dengan pendidikan dan pernikahan. Kemudian ada ayah dan ibu yang harus diperhatikan, dan seseorang juga menjadi terkait dalam lingkungan sosial dan dengan menyenangkan saudara laki-laki dan perempuannya. Seseorang menjadi terlibat dalam urusan berumah tangga, sehingga meninggalkan semua hal itu hampir tidak mungkin. Demikianlah kehidupan rumah tangga menjadi grham andha-kupam, sebuah sumur gelap yang sangat dalam yang mana seseorang laki-laki jatuh ke dalamnya. Bagi laki-laki yang ingin keluar dari sumur itu, luar biasa sulitnya tanpa ditolong oleh seseorang yang kuat, seorang guru kerohanian, yang akan membantu orang yang jatuh ini dengan tali yang kuat yaitu perintah-perintah guru kerohanian. Orang yang jatuh ini seharusnya mengambil manfaat dari tali ini, kemudian guru kerohanian, atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna akan mengangkatnya keluar dari sumur yang gelap.


Srimad Bhagavatam Skanda 7 Bab 6 Ayat 14


kutumba-posaya viyan nijayur
na budhyate rtham vihatam pramattah
sarvatra tapa-traya-duhkhitatma
nirvidyate na sva-kutumba-ramah

“Seseorang yang begitu terikat tidak bisa mengerti bahwa dia telah menghabiskan waktu kehidupannya yang berharga untuk memelihara keluarganya. Dia juga gagal untuk mengerti tujuan dari kehidupan manusia, yaitu sebuah kehidupan yang sesuai untuk menginsafi Kebenaran Mutlak, yang tidak terasa telah terbuang percuma.
Akan tetapi, dia dengan sangat pintar dan penuh perhatiaan untuk melihat tidak satu uang logam yang hilang karena kesalahan dalam pengurusannnya. Demikianlah meskipun seseorang yang terikat dalam keadaan material selalu menderita karena kesengsaraan yang berlipat-lipat, dia tetap tidak mengembangkan rasa kebencian untuk jalan kehidupan yang material.”


Seseorang yang bodoh tidak pernah mengerti nilai dari kehidupan manusia, dia juga tidak mengerti bagaimana dia menghabiskan waktunya hanya untuk memelihara anggota keluarganya. Dia sangat ahli menghitung hilangnya pounds, shilling dan pence, tetapi dia begitu bodoh bahwa dia tidak mengetahui berapa banyak uangnya telah hilang, bahkan menurut pertimbangan material. Canakya Pandita memberikan contoh bahwa waktu dalam kehidupan tidak bisa dibeli dengan menukarnya dengan jutaan dolar. Seorang yang begitu bodoh, bagaimapun juga, menghabiskan waktunya yang berharga seperti itu tanpa mengetahui bagaimana dia telah banyak kehilangan bahkan menurut perhitungan moneter. Walaupun seorang yang material ahli dalam menghitung harga dan berbisnis, dia tidak menyadari kalau dia telah salah menggunakan nilai kehidupannya untuk memperoleh pengetahuan. Bahkan walaupun orang yang materialistik seperti itu selalu mengalami

Tidak ada komentar: