Kamis, 25 Maret 2010

MENGHADIRKAN TUHAN(Arjuna dalam berbagai keadaan selalu merasakan suatu kehadiran Tuhan.)

Menghadirkan Tuhan Di Tengah-Tengah Kehidupan Kita

Bhagavad Gita Sloka 2.56

duhkhesv anudvigna-manah sukhesu vigata-sprhah
vita-raga-bhaya-krodhah sthita-dhir munir ucyate

“Orang yang pikirannya tidak goyah bahkan di tengah-tengah tiga jenis kesengsaraan, tidak gembira pada waktu ada kebahagiaan, dan bebas dari ikatan, rasa rakut dan marah, disebut resi yang mantap dalam pikirannya.”

Jadi ini adalah penjelasan dari Tuhan. Tuhan kita sangat berkarunia. Beliau menyampaikan perasaannya yang dalam. Beliau turun untuk menunjukkan segala sesuatu yang dianggap tidak diketahui atau rahasia. Tuhan secara langsung menyampaikan pesan Beliau, tentang arti seorang muni atau resi dan arti kesadaran Krishna ada di sini, ada di dalam ayat ini. Namun sekarang kalau seandainya sekarang dengan pengucapan Tuhan langsung (bhagavan vakya) atau disebut dengan bhagavat saptaha, orang masih tidak percaya, atau mungkin kalau selain Tuhan, misalnya para resi atau para orang suci atau siapa saja, yang mengatakan demikian orang-orang bisa mengerti dan percaya, maka itu disebut dengan duskrta atau orang-orang berhati jahat. Dan di dunia material ini, bukan di bumi saja, banyak makhluk-makhluk yang berhati jahat. Kadang-kadang orang-orang disebut yang berhati jahat seperti pasandi, jadi orang-orang yang pasandi itu orang-orang yang tidak mau menerima tentang keberadaan Tuhan. Maka mari kita meneliti per kalimat dari ucapanTuhan ini.
Kita dididik sekarang ini untuk mengerti bahwa sebenarnya Tuhan tidak perlu turun ke bumi ini untuk meyakinkan kita, tidak perlu Beliau harus turun, seandainya kita menjadi orang-orang yang baik, bukan menjadi orang yang duskrta, orang–orang jahat, atau naradama artinya manusia yang paling rendah atau dimaksud dengan purusodhama Jarasanda suatu ketika mengatakan Krishna dengan gelar purusodhama. Apa artinya purusodhama? Purusodama artinya orang yang paling rendah diantara manusia. Tapi Krishna bukan purusodhama, beliau adalah purusottama artinya makhluk yang tertinggi, Jarasanda, dia berkaca mata hitam, sehingga Krishna yang purusottama dia katakan purusodhama, inilah terbalik antara dunia material dengan dunia rohani.
Orang-orang yang lahir di bumi ini, karena melupakan jati dirinya yang sejati, sehingga harus larut di dalam kesedihan, kesengsaraan, kegembiraan, rasa takut, marah dan sebagainya. Maka bumi ini memang tempat naradhama, Inilah contohnya orang-orang seperti kita. Tapi cobalah melalui ayat ini dan pada hari yang mujur ini, kita sekarang meneliti. Orang yang pikirannya tidak goyah bahkan pada tiga jenis kesengsaraan, apa yang sebenarnya disebutkan di sini? Mari kita bicara tentang penjelasan prabhupada (Guru Ji membaca penjelasan Srila Prabhupada).
Disini yang dimaksud dengan Orang-orang yang pikirannya tidak goyah bahkan pada tiga jenis kesengsaraan, apakah dia adalah orang yang senang sekali pada saat merasakan kegembiraan? Atau mungkin dia pada saat merasakan ketidakberhasilan, dia sedih sekali? Atau apakah dia merasakan, atau apakah dia tenang-tenang saja? Apakah itu yang dimaksud?
Kesadaran Krishna di sini menunjukkan sesuatu yang realitas, Srila Prabhupada menjelaskan suatu ketika, ada orang-orang bertanya. “Eh kamu, orang-orang penyembah Krishna, ngapain kamu ke ashram, ke mandir, kamu disana bersembahyang, Tuhan ada di mana-mana. Kan Tuhan ada dimana mana. Kamu orang-orang bodoh, kenapa kamu sembahyang ke temple, ke pura?” Apa jawaban dari Srila Prabhupada? Dengan hati yang tunduk, dengan perasaan yang tunduk hati, berpikir bahwa kita ada dalam kedudukan yang rendah. Srila Prabhupada menjawab dengan sangat sederhana sekali. Kamu sendiri yang mencap bahwa Tuhan berada di mana-mana. Berarti di ashram itu ada Tuhan juga kan? Nah saya mencari Tuhan yang ada di temple saja. Dan saya ketemu Tuhan di temple. Dan kenyataan sastra mengatakan bahwa, kalau kita ingin bersembahyang berarti kita harus bertemu Tuhan. Kemarin waktu di lombok saya juga memberikan penjelasan yang sama. kalau kita bersembahyang berarti kita mesti menghadap Tuhan. Apakah kalian sudah bertemu Tuhan? Pada saat kita bertemu Tuhan kita akan berbahagia. Kita merasakan sesuatu kebahagiaan. Bagaimana ciri-ciri orang berbahagia? Apakah kalian sudah berbahagia? Kita dihadapkan sekarang pada suatu yang realitas.
Seorang muni dijelaskan dia selalu dan hanya satu pandangannya, dia tidak pernah goyah di tengah-tengah kesengsaraan. Artinya di sini apa? Baik kesengsaraan, kegembiraan ataupun kebahagiaan di dalam ukuran material. Kesengsaraan dalam ukuran badan, gembira juga ukuran badan, bahagia juga dalam ukuran badan. Apa contohnya bahagia dalam ukuran badan? Kalau diajak ke mal sama bapak baru bahagia? Ini bahagia dalam ukuran badan.
Ketika kita mengalami sengsara dalam hal badan, apakah kita jatuh miskin, atau apakah kita sakit, apakah kita dimaki-maki orang? atau kita bertengkar dengan teman dan lain sebagainya. Orang-orang yang pikirannya tidak goyah bahkan pada tiga jenis kesengsaraan, maksudnya semua itu dia bawa ke dalam Tuhan. Dia selalu merasakan kehadiran Tuhan di tengah-tengahnya. Orang selalu… dijelaskan di sini tidak gembira pada saat kebahagiaan. Bagaimana orang yang sedang bahagia tidak merasa gembira? Ketika kita mengalami sesuatu yang mujur secara material bawalah itu ke dalam Tuhan juga. Rasakan suatu kehadiran Tuhan di sana di tengah-tengah hati kita.
Ketua Sekjen Parisada Pusat menyampaikan tentang hal yang sama juga hrdaya sabda, kata dari dalam hati. Di dalam hati ada Tuhan. Disini dijelaskan bahwa bawalah ke dalam Tuhan. Jangan nikmati kebahagiaan itu ke dalam indria. Misalnya suatu ketika orang datang memberikan hadiah sebuah mobil BMW. Ini yang dimaksudkan dengan berbahagia? Mana ada orang yang tidak gembira pada saat seperti itu? Tapi cobalah bawa itu ke dalam Tuhan. Tuhan hadir ke dalam bentuk BMW. Begitu juga, suatu ketika mungkin, BMW yang di garasi yang sudah terkunci dengan bagus, tiba-tiba pagi-pagi kok hilang? Oh ini berarti malapetaka. Tuhan hadir menghilangkan malapetaka saya, karena setiap hari saya hanya memandang BMW ini saja. Jadi disini seorang Muni atau orang yang tidak digoyahkan, dia selalu menghadirkan Tuhan pada saat apapun.
Arjuna pada saat membentangkan panahnya, memanah dada Bhisma Deva, dia rasakan itu panah-panah dari Krishna. sehingga dia sering mengatakan “Kesava-Kesava”. Arjuna pada saat yang sama, ketika berlari bersama Subhadra Devi, Arjuna merasakan kehadiran Krishna di sampingnya. Dia merasakan suatu yang aman. Krishna sedang merestuinya. Memanah Bhisma, Krishna merestuinya, melarikan Subhadra, Krishna yang merestuinya. Arjuna patut menjadi contoh. Manusia yang ideal. Arjuna dalam berbagai keadaan selalu merasakan suatu kehadiran Tuhan.
Bagaimana sekarang kita mencoba belajar menghadirkan Tuhan di tengah-tengah itu. Kemudian dijelaskan di sini juga tentang bebas dari rasa ikatan, rasa takut, dan marah. Disini yang dimaksud ikatan, ikatan yang material, takut yang material, dan marah yang material. Kalau kita sekarang membebaskan tangan kita dari ikatan, sementara sifat dari sang Atma itu, salah atunya adalah terikat. Maka bebaskanlah keterikatan itu terhadap kenikmatan material tapi bawalah ke dalam Krishna.
Ikatlah hati kita ke dalam Krishna yang berwajah tampan. Sehingga ada suatu mantra ynag menyebutkan bahwa tuhan itu tampan, indah “om anugraha manoharam deva data nugrahakam arcanam sarva pujanam .” Itu menandakan bahwa Tuhan dengan wajah Anda yang manohara itu, yang indah itu memberikat anugerah dan berkat. deva data nugrahakam, “penguasa para dewa, yang memberikan berkat juga kepada para dewa”, arcanam sarva pujanam, “Anda dipuja dalam bentuk anda, murti Anda” Jadi disana menunjukkan Tuhan itu adalah menarik, indah, tampan. Mari kita ikatkan kepada sesuatu yang tampan. Dewa brahma memuji suatu ketika Sri Krishna dengan wajah Beliau yang sangat menarik, yang indah. Tuhan kita memang sangat indah, sangat menarik, sangat tampan. Maka ikatkanlah semuanya pada suatu yang indah itu.
Kemudian rasa takut. Kita tidak boleh berani, cobalah punya rasa takut. Rasa takut disini, contohnya seperti Arjuna “Oh Krishna..! hamba merasa ngeri dan takut..!”. Apa maksudnya di sini Arjuna merasa ngeri dan takut? Dia ngeri dan takut kalau dia berbuat sesuatu yang menyimpang dari keinginan Tuhan.
Demikian juga dengan rasa marah, marah untuk kepuasan indria. Tapi kalau saja kemarahan ini, kita bawa untuk membangkitkan cinta bhakti kepada Tuhan, yaitu kemarahan melihat diri sendiri ini bodoh, tidak meyerahkan diri kepada Tuhan. Maka marilah kita marah seperti Hanuman. Hanuman marah dan membakar Alengka, karena orang-orang duskrta, orang-orang berhati jahat, orang-orang yang melawan Tuhan. Jadi kita boleh marah, kalau seandainya hati kita ini menentang Tuhan. Marahlah kepada dirimu sendiri! Ini yang disebut dengan Resi yang mantap di dalam pikirannya.
Kemudian kalau kita sudah mengerti hubungan kita dengan Tuhan, dan merasakan kehadiran Tuhan di tengah–tengah kita semua, maka Tuhan yang demikian indahnya tadi itu akan sempurna hadir di dalam hati kita. Tuhan akan hadir di tengah-tengah kehidupan kita dalam anugerahNya yang sempurna, yang penuh kelengkapan satu dengan yang lain.
Seperti kita menyapu halaman, mungkin berdebu, tapi akhirnya ia akan bersih. Demikian juga kadang-kadang kita mengalami sesuatu dalam menempuh perjalanan rohani ini. Seperti ketika dharma ini ditegakkan 5000 tahun yang lalu, 6 juta orang mesti dikorbankan di medan perang Kuru Ksetra. Sekarang sebaliknya, lebih daripada itu, setiap orang memiliki musuh-musuh yang berlipat-lipat di dalam hatinya. Dan harus dibersihkan. Karena itulah seperti lagu dari Locana Dasa Thakura, “parama karuna pahu dui jana.. “ mengajak kita untuk mencari karunia yang tertinggi itu, supaya kita bisa menguatkan benteng-benteng kita untuk memenangkan dan menegakkan dharma dalam hati kita.
Srila Prabhupada sudah mengajarkan kita untuk menegakkan 4 tiang dharma. Yang pertama daya/karuna, yang artinya kasih sayang. Jika kita punya rasa kasih sayang, kita tidak berpikir untuk menyakiti siapapun. Bahkan seekor semut harus diselamatkan. Keselamatan itu bisa dicapai kalau kita kembali ke dalam ayat tadi. Kita bawa hati ini ke dalam bhakti kepada Tuhan karena “bhaktyamam abhijanati”, Tuhan hanya bisa didekati dengan cara bhakti. Apakah bhakti itu? Bhakti adalah menghadirkan Tuhan selalu di tengah-tengah kehidupan kita. Kalau Tuhan hadir di tengah-tengah kita, kita akan dijadikan hambanya.
Pada suatu ketika Dewa Siva mengatakan saya tidak pernah namanya menghamba, tunduk dengan siapapun, tidak pernah terikat dengan dunia material ini. Semua memuji Dewi Siwa. Tapi apa yang terjadi? Krishna harus muncul dalam Rohini murti. Membuat Dewa Siwa mencakupkan tangan dan berkata:. “Tunggulah saya janganlah Engkau pergi!” sambil berlutu Dewa Siwa memohon kepada Mohini. Tentu Dewa Siwa memang tidak pernah tunduk dengan siapapun, Dewa Siwa hanya tunduk kepada Tuhan. Dan Mohini adalah Tuhan sendiri. Bahkan karena keterikatannya kepada Mohini, Dewa Siwa pada waktu itu melupakan Dewi di sebelahnya, Dewi Parvati yang sangat cantik dan lembut. Jadi kita harus mengikatkan diri pada Tuhan, dan menghamba kepada-Nya.
Bhakti artinya menjadi hamba, menjadi pelayan, mengabdi, atau melakukan pengabdian yang suci. Bagaimana kita bisa mengabdi? Ketika kita membanggakan sesuatu, memuji sesuatu, apapun yang kita puji pasti kita akan berusaha mengabdi kepadanya. Jadi kalau disini kita bisa menghadirkan Tuhan selalu di tengah-tengah hati kita, maka pada saat itu kita mohon parama karuna, karunia yang tiada taranya. Tuhan adalah parama karuna itu. Sri Gauranga Mahaprabhu adalah Sri Krishna sendiri. Beliaulah parama karuna itu. Beliaulah kasih yang paling tinggi.
Satu tiang dharma, tegakkanlah kasih itu. Tanpa ada rasa kasih, dharma tidak bisa ditegakkan. Kasih yang sejati adalah kasih sayang kepada Tuhan. Sekiranya kita mendapatkan kasih yang tertinggi, parama karuna itu, kita akan merasa berbahagia. Ketika kita merasa bergembira, biasanya kita akan menyanyi, maka nyanyikanlah nama suci Tuhan Hare Krishna Hare Krishna Krishna Krishna Hare Hare Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare. Locana Dasa Thakur mengatakan “Gapailah segala kesempurnaan, maka nyanyikanlah nama suci Tuhan dan meyakininya, maka kita akan dibawa ke dalam kegembiraan yang sejati” Dengan memanggil nama Tuhan, kita sudah menghadirkan Tuhan.
Kalau seandainya kita datang ke ashram, atau kita bersembahyang, berarti kita harus bertemu dengan Tuhan, untuk menyanyikan nama suci Tuhan. Dengan menyanyikan nama Tuhan, sebagaimana Tuhan mengatakan: “Aku hadir di tengah-tengah manusia dimana dia menyanyikan namaKu dengan hati yang murni.” Kemudian kita memandang dengan mata kita Arca Vigraha “Aku turun dalam bentuk Arca Avatara” yaitu arca di temple. Jadi kita datang untuk melihat Tuhan. Maka dari itu lanjutkanlah lanjutkanlah doamu pergilah ke ashram, dan melihat Arca, maka kita akan bergembira. Kalau seseorang meninggalkan kepuasan-kepuasan indria, maka dia kan menginginkan “mukhe bolo Hari Hari”. Dia hanya perlu menyanyi Hare Krishna Hare Krishna Krishna Krishna Hare Hare Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare tanpa motif untuk kepuasan indria.
Jadi ini adalah orang-orang Muni. Srila Sukadewa Goswami menjelaskan Kasihilah Tuhan yang utama. Mengapa kita harus mengasihi Krishna yang pertama? Karena Beliau sumber segalanya. Ketika kita bisa mengasihi Tuhan, Tuhan akan memberikan sakti kepada kita, dan kita bisa mengasihi setiap makhluk hidup dalam arti yang sebenarnya. Jadi kesadaran Krishna itu mengajarkan sesuatu yang realitas. Dalam keadaan apaun hadirkanlah Tuhan, sebutlah namaNya, cobalah ajak Beliau dengan kasih di dalam hati ini. Maka Tuhan akan memberikan kita kesegaran, bahwa kita akan mengerti bahwa segalanya harus berlalu di dunia ini.

Tidak ada komentar: