Kamis, 25 Maret 2010

vasudeva kutumbaka (artikel kiriman umat di lampung)

Vasudaiva Kutumbakam
Oleh:Vedanta pati dasa

sarva yonisu kaunteya
murtayah sambhavanti yah
tasam brahma mahad yonir
aham bija-pradah pita
bhg. 14-4

Apapun wujud yang lahir itu, wahai putra Kunti, pada kandungan siapapun, Maha Brahma adalah kandungannya dan Aku adalah bapak pemberi benihnya.

Beberapa hari lalu saya mendapat pesan singkat dari ketua badan dharma dana daerah Parisada Lampung dimana beliau mengatakan kita banjar bhuana santi akan melaksanakan dharma santi nyepi tahun saka 1932 pada tanggal 20 Maret 2010 mengambil thema vasudaiva kutumbakam apa ada saran? katanya langsung saya jawab setuju. Tentu beliau mempunyai alasan yang kuat mengapa harus memilih tema itu atau barangkali hanya sekedar ingin mengingatkan kepada kita bahwa nilai-nilai kekeluargaan diantara kita terasa semakin menipis.
Dan beberapa hari kemudian ketika berlangsung pelaksanaan melasti di pantai Tanjung Selaki - Bandar Lampung kembali beliau menegaskan agar saya bersedia memberikan dharma wacana saat acara dharma santi tersebut, dan langsung juga saya mengiayakanya.
Vasudaiva kutumbakam suatu kata yang sangat indah didengar dan sangat indah untuk diucapkan namun sangatlah sulit untuk dilaksakan dalam kehidupan keseharian kita. Kenapa demikian? Tentu karena sebagian besar dari kita belum memiliki kesadaran yang kuat tentang konsep itu, hal ini diakibatkan oleh kebiasaan-kebiasaan prilaku kita yang barangkali sudah terlanjur dirasakan nyaman selama ini.
Jadi dalam pikiran kita sesuatu yang sudah dirasakan nyaman itu perlu dipertahankan dan kenapa mesti dirubah.
Jika kita mau mengangkat vasudaiva kutumbakam sebagai thema dharma santi dan sebagainya maka kita harus mau juga membedahnya terlebih dahulu.
Vasudaiva kutumbakam yang artinya semua mahluk adalah bersaudara.
Dan jika kita berbicara saudara atau persaudaraan masa kini ditengah-tengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang menjadikan dunia seakan-akan tanpa batas dan sekat ini maka yang pertama terlintas dalam pikiran kita pastilah persaudaraan antar umat manusia atau persaudaraan antar bangsa-bangsa di dunia, atau mungkin kita mau lebih memperkecil lagi persaudaraan sesame anak bangsa atau sebangsa dan setanah air, atau lebih diperkecil lagi skupnya persaudaraan sesama etnis Bali, atau dikecilkan lagi saudara se-iman dan se-agama dan seterusnya maka jadilah kita ini kecil ya bahkan kecil sekali.

Sama juga halnya jika kita berbicara tentang yoga pasti yang pertama terlintas dalam pikiran kita adalah gerakan-gerakan badan atau gerakan-gerakan tubuh sesuai aturan-aturan yang ada yang pernah dikembangkan oleh master yoga Maha Rsi Pattanjali dan sebagainya.
Padahal yoga adalah ketika terhubungnya roh dengan roh yang utama, atman dengan paramatman, siapapun yang jiwanya senantiasa mampu connect dengan jiwa yang utama maka dia disebut seorang yogi yang utama demikian Sri Krsna bersabda, itulah konsep kesadaran.
Hal ini bisa terjadi kapan saja dan dimana saja ketika seseorang secara terus-menerus berpikir tentang Tuhan, secara terus-menerus mendengar tentang Tuhan (sravanam), berjapa dengan khusuk kepada Tuhan, secara terus-menerus mengagungkan kesucian nama Tuhan (sankirtanam) dengan kusuk dan rendah hati penuh bhakti, maka pada saat yang bersamaan jika mampu satu gelombang dengan gelombang Tuhan maka itulah yoga.
Kembali lagi ke konsep vasudaiva kutumbakam, disini yang pertama dan penting harus kita samakan terlebih dahulu adalah persepsi kita tentang vasudaiva kutumbakam itu yaitu semua mahluk adalah bersaudara sekali lagi semua mahluk adalah bersaudara.

Lalu siapa saja yang termasuk golongan mahluk hidup di dunia ini? Jawabnya tentu adalah semua jenis kehidupan baik yang hidup di darat, di air di dalam tanah bahkan di udara sekalipun mulai dari amuba, virus, semut, cacing, burung atau unggas, gajah, sapi dan seterusnya, lalu segala jenis pepohonan atau tetumbuhan, kemudian manusia sampai dengan para dewa dan seterusnya adalah mahluk hidup. Menurut weda ada 8.400.000 jenis kehidupan di alam semesta ini dan Brahma adalah mahluk hidup pertama yang diciptakan Tuhan.
Mari kita cermati lagi dengan seksama sabda Tuhan diawal Apapun wujud yang lahir itu, wahai putra Kunti, pada kandungan siapapun, Maha Brahma adalah kandungannya dan Aku adalah bapak pemberi benihnya.

Jika kita dengan adik-adik atau kakak-kakak kita berasal dari ayah yang sama maka kita adalah saudara. Sama juga halnya jika semua mahluk hidup berasal dari bapak yang satu maka mahluk tersebut adalah bersaudara alias sama-sama anak-anak Tuhan. Pertanyaanya adalah wajarkah dalam persaudaraan satu ayah kemudian bertumbuh sifat-sifat ingin berkuasa atas saudara yang lain, saling menyakiti atau sifat-sifat asurik lainnya?
Kalau semua adalah bersaudara maka ciri-ciri dari sebuah persaudraan itu adalah bertumbuhnya sikap saling menyayangi satu sama lain, saling membantu satu sama lain, saling menghargai satu sama lain, saling menjaga satu sama lain, saling mencerahi satu sama lain, tidak saling menyakiti satu sama lain dan seterusnya sikap-sikap yang mencerminkan cinta kasih.
Jika sifat-sifat kebajikan semacam itu tidak tercermin dalam keseharian kita maka konsep vasudaiva kutumbakan akan ternoda dan kita sendirilah sebagai penyebab noda itu, namun suka atau tidak suka kenyataannya itulah yang terjadi pada kaliyuga ini.

Karena dunia ini semakin rapuh dari sifat-sifat kebajikan kesannya adalah merupakan hal yang biasa kalau pembunuhan antar manusia saban hari dapat kita saksikan melalui media masa dengan beragam alasan dan motivasi seperti atas nama agama, atas nama suku, atas nama politik, atas nama ekonomi, kesejahteraan, atas nama cinta dan seterusnya.

Demikian juga disisi lain penyiksaan bahkan pembunuhan satwa-satwa tak berdosa, bahkan hewan-hewan yang lugu pun yang notabene adalah saudaranya sendiri juga dilakukan demi memuaskan sang indriya dan atas nama gengsi, rezeki, gizi dan sifat-sifat rendah lainnya.
Pemerkosaan atau pembabatan hutan dan exploitasi alam tak luput juga dari keserakahan manusia-manusia masa kini secara terus-menerus dilakukan seolah-olah tanpa kendali atas nama ekonomi dan kemakmuran rakyat.
Belum lagi para pemimpinya sering memperlihatkan prilaku ucapan dan tindakan yang sangat tidak terpuji dan tidak selayaknya bagi seorang pemimpin, prilaku diluar prinsip-prinsip kesetiaan dan kejujuran sehingga menjadikan negeri ini masih menempati urutan pertama sebagai Negara terkorup disebagian dunia ini.
Alangkah kejam dan berdosanya manusia ini yang sesungguhnya dilahirkan lebih didominasi sifat-sifat kebaikannya. Ya Tuhan dosa-dosa apa yang telah kami perbuat dimasa-masa kehidupan kami yang lalu sehingga pada kehidupan ini hamba begitu rendah tidak mampu menjujung tinggi nilai-nilai kehidupan, kesucian dan kasih sayang bahkan terasa semakin jauh?

Ya ibu pertiwi maafkanlah dosa-dosa kami semua, berkatilah kami kecerdasan rohani agar kami dapat mengelola hidup dan kehidupan ini secara baik, wajar dan lebih bermartabat.

Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Mas intan yang kau kenang
Hutan gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara
Merintih dan berdoa

Jika kita coba renungi lagi sabda Tuhan diawal tentang sebuah pengakuan, barangkali dalam keseharian kita sudah terlalu banyak mengingkarinya seperti misalnya jika saudara kita ada yang kaya secara materi atau berhasil menjadi salah seorang pejabat di republic ini atau katakanlah menjadi publik figure biasanya dengan bangga kita mengakuinya oh itu adalah saudara saya bahkan kadang-kadang tanpa ditanyapun bercerita sendiri dan hal ini memang telah tersirat dalam kitab suci kita dimana manusia masa kini lebih mengagungkan materi ketimbang yang lain.
Sebaliknya jika salah satu saudaranya ada yang berprofesi sebagai kuli penggali pasir misalnya (maaf) dan lain lain dia tidak akan mau mengakuinya atau kalaupun harus mengakuinya pasti dengan berat hati.

Ini termasuk bentuk-bentuk pengingkaran ajaran veda, jika Tuhan saja mengakui semua mahluk hidup apapun wujudnya dan darimanapun dia dilahirkan adalah sebagai anak-anak Beliau yang tentu Beliau sayangi, karena benihnya berasal dari Beliau lalu kenapa kita yang justru sebagai ciptaanNya tidak mampu bahkan malu mengakui semua saudara-saudara kita itu sebagai sesama anak-anak Tuhan?
Prilaku inilah yang harus kita perbaiki agar tidak terjadi pengkotak-kotaan diantara kita, karena jika hal ini yang tumbuh pasti keharmonisan di dunia ini akan sirna dengan sendirinya.
Maka konsep vasudaiva kutumbakam tidak hanya menjadi sebuah slogan yang indah untuk didengar tetapi juga menjadi prilaku yang indah untuk dilakukan.
Disinalah perlunya ditumbuh-kembangkan sikap selalu iklas untuk memaafkan dan mohon maaf, rendah hati dan cinta-kasih bagi semua mahluk, menumbuhkan minat yang kuat untuk selalu membangun pergaulan dan persaudaraan dengan semuanya.
Nah semangat inilah yang menjadi roh Dharma Santi Nyepi Banjar Bhuana Santi – Bandar Lampung tanggal 20 Maret 2010 dalam menyambut tahun baru Saka 1932 kali ini.

Semoga semua mahluk berbahagia

Om Namo Bhagavate Vasudeva ya

Tidak ada komentar: