Rabu, 11 Februari 2009

POSISI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM NILAI SPIRITUAL HINDU

Sesuai dengan penjelasan banyak sumber Kitab Suci Weda khususnya buah matang dari kesusastraan Weda yaitu Bhagavata Purana, Maha Rsi Srila Vyasa Deva telah mengulas bahwa jaman Kali Yuga telah di mulai, karenanyalah para Maha Pendeta, Rsi yang ingin membuat Yadnya sampai seribu tahun untuk menetralisir Kali Yuga telah di hentikan oleh Rsi Suka Deva Gosvami dengan mana di jaman Kali Yuga ini sebaiknya orang senantiasa memuji, mengagungkan nama Tuhan dan mendengar senantiasa keinginan Tuhan yang ber sifat rohani. Tentu ketika kita memuji / mendengarnya harus di dasari dengan Srada yang penuh. Sri Krisna mengatakan kepada penyembahNya yang di cintai Arjuna.
Sraddhavan anasuyas ca srnuyad api yo narah
So’pi muktah subhal lokan prapnuyat punya-karmanam
Artinya :
Orang yang mendengar dengan keyakinan tanpa rasa iri dibebaskan dari reaksi-reaksi dosa dan mencapai planet-planet yang menguntungkan, tempat tinggal orang saleh.
B.G : 18.71
Tentunya yang mendengar adalah semua makluk hidup, khususnya dalam hal ini adalah manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Karenanya kitab Weda menjelaskan bahwa baik laki-laki maupun perempuan adalah punya hak yang sama untuk mengembangkan rasa cinta kepada Tuhan dan selanjutnya mempunyai hak yang sama untuk kembali kekerajaan Tuhan di dunia rohani Vaikunta Loka, bukan di kerajaan Surga karena Sorga tempat dari para Dewa yang di pimpin oleh Dewa Indra dan Surga tidak kekal. Sementara salah satu cirri-ciri dari Kali Yuga adalah orang meninggalkan kasih cintanya kepada Tuhan melainkan hanya mengembangkan kasih cinta terhadap badan seperti halnya laki-laki terlalu terikat cinta kasih dengan perempuan. Begitu juga, perempuan terikat cinta cinta kasih dengan laki-laki. Perlu di ketahui bahwa keterikatan cinta seperti ini hanyalah nafsu yang akan menghambat kemajuan nilai rohani. Sekiranya cinta yang di miliki oleh laki-laki dan perempuan sepakat dibawa kepada Tuhan maka cinta itu akan menjadi rohani, suci dan kekal, karena cinta itu adalah perwujudan dari srada/iman seperti halnya dalam Bagavata Purana di jelaskan,

Sangan na kuryat prama dasu jatu
Yogasya param param aruruksun
Mat-sevaya pratilabdatma – labho
Vadanti ya niraya-dvaram asya

Artinya:
Orang yang menginginkan untuk mencapai kemajuan di dalam hubungannya dengan Tuhan dan telah menginsafi dirinya dengan pengabdian kepada-Ku seharusnya tidak pernah bergaul dengan wanita yang menarik karena wanita seperti itu di nyatakan di dalam kita suci merupakan pintu gerbang menuju pintu neraka bagi penyembah yang maju.
SB.3.31.39
Dari penjelasan ini kita mengerti bahwa dari kemajuan rohani seorang laki-laki jangan menjadi terlalu tenggelam terikat dengan kecantikan perempuan, kemudian apakah Weda memandang wanita begitu rendah? inilah kadang-kadang terjadi salah pengertian diantara umat Hindu, laki-laki didalam prakteknya berpikir bahwa perempuan tidak begitu penting padahal perempuan sesuai dengan Weda adalah kepribadian yang amat agung yang patut selalu dapat perlindungan agar terlahir generasi-generasi yang memiliki iman yang teguh pada Tuhan. Sekiranya perempuan maju dalam rohani seperti halnya istri Hiranyakasipu, walaupun Hiranyakasipu bermental raksasa namun karena istrinya adalah Penyembah yang percaya dan setia kepada Tuhan yang senatiasa hidup dalam kesucian maka lahirlah penyembah Tuhan Yang Maha Agung yaitu Prahlada. Weda menjelaskan seorang perempuan selalu terjaga, ketika kanak-kanak ia dijaga oleh ayahnya, ketika ia dewasa dijaga oleh suaminya, tentu suami yang suci yang selau setia dengan penuh cinta kasih kepada Tuhan dianggap sanggup menjaga perempuan. Ketika masa tua perempuan dijaga oleh putranya yang juga sama mengembangkan hidup rohani penuh percaya dan cinta kasih kepada Tuhan. Tatanan Weda agar perempuan selalu hidup rohani dan perempuan pun sudah disiapkan untuk mencapai kehidupan yang damai sejahtera kekal bersama Tuhan (Manu smrti 5.148) dan juga menjadi pelayan-pelayan Tuhan yang sama seperti laki-laki. Selain itu perempuan yang memiliki tingkat rohani yang tinggi akan memiliki peran yang utama untuk menurunkan generasi yang mampu menciptakan kedamaian dan keharmonisan di bumi dan juga kehidupan yang damai dan abadi setelah meninggalkan badan. Tentu secara pribadi bagi seorang perempuan, ada satu pesan dari Rsi Kapila dimana perempuan dalam konsentrasinya agar tetap mantap kepada Tuhan yang hendaknya berpikir sebagai berikut :
Tam atmanu vijaniyat
Paty apatya grhatmakam
Daivopasaditam mrtyum
Wirgayor gayanam yatha
SB.3.31.42
Artinya :
Dengan demikian bagi seorang perempuan seharusnya menganggap suaminya, rumahnya dan anak-anaknya merupakan aturan dari tenaga luar Tuhan. Untuk kematiannya bagaikan nyanyian yang indah dari seorang pemburu, adalah kematian bagi rusa.

Dari ayat ini kita dapat mengerti bahwa tidak saja perempuan menjadi pintu gerbang ke pintu neraka bagi laki-laki, namun laki-laki juga merupakan pintu gerbang atau pintu neraka bagi perempuan. Seorang laki-laki sangat terikat kepada perempuan karena kecantikannya pelayanannya dan banyak lagi perlengkapan yang lainya. Demikian seorang perempuan yang terikat kepada laki-laki karena ia memberikan tempat tinggal yang indah, perhiasan, pakaian dan anak-anak. Itulah disebut ikatan satu dengan yang lainnya. Sepanjang ikatan itu hanya bersifat material, perempuan adalah berbahaya bagi laki-laki begitu juga sebaliknya. Namun keterikatan itu dipindahkan kepada Tuhan, sehingga mereka akan menjadi sadar kepada Tuhan dan selanjutnya perkawinan itu akan sangat indah seperti pernyataan dari penyembah Tuhan Sri Krsna yang maha agung yang bernama Sri Rupa Gosvami
Anasaktasya Visayan
Yatharham vpayunjatah
Nirbandah krsna-sambandhe
Yuktham vairagyam ucyate


Artinya :
Laki-laki dan perempuan seharusnya hidup bersama – sama sebagai seorang yang hidup berumah tangga dalam hubungan dengan Krsna. Hanya bertujuan mempertanggung jawabkan kewajibannya kepada Krsna menyibukkan istri,anak-anak dan suami dan semuannya dalam kewajiban sadar kepada krisna dan selanjutnya semua keterikatan material itu sirna karena melalui media kesadaran akan Krsna adalah murni dan tidak ada kemungkinan kemerosotan kapan pun (Bhakti Rasa Merta Shindu 1.2.255).
Sebagai suatu kesimpulannya ternyata dari pandangan Weda perempuan memiliki peran yang sangat utama dalam membantu misi dari pada Tuhan untuk mengajak jiwa-jiwa yang menderita dibumi ini mencapai kehidupan yang damai sejahtera yang abadi yaitu Moksah dan cinta kasih kepada Tuhan. Karenanya mari kita jaga semua perempuan Hindu baik anak-anak, dewasa maupun tua agar mereka hidup layak damai, sejahtera.Dalam Weda tidak ada istilah cerai atau upacara perceraian,ketika laki-laki tidak ingin bergumul dengan isteri secara badan maka hiduplah bagaikan Wanaprasta yang selalu mengembangkan rasa rindu dan cinta kasih kepada Tuhan dan biarkan para istri hidup dalam rohani dalam perlindungan putra dirumah mewah yang kita bangun bukan malah mengusir istri keluar dari rumah sehingga mereka hidup tanpa perlindungan. Bagi seorang ayah diseluruh umat Tuhan yang ada di dalam rumah Hindu,jangan biarkan perempuan sampai meninggalkan imannya dalam bentuk apapun, sebaiknya melindungi dan sebaiknya berilah selalu semangat agar para perempuan senantiasa mengembangkan iman dan cinta kasihnya kepada Tuhan yang telah digariskan dalam Weda.


Tulisan ini dikutip sepenuhnya dari pelajaran guru kerohanian kami yang juga pimpinan Sri Sri Krisna Balarama Ashram H.H.G Ida Waisnawa Pandita Damodara Pandit Dasa (Guruji)

Tidak ada komentar: