Selasa, 27 Oktober 2009

bhagavad gita class

Melihat Tuhan dalam segala bentuk
by: Vedantapati Dasa
center Lampung

yo mam pasyati sarvatra

sarvam ca mayi pasyati

tasyaham na pranasyami

sa ca me na pranasyati

Bhg.VI.30

Dia yang melihat Aku dimana-mana dan melihat segalanya ada padaKu, Aku tak bisa lepas daripadanya dan dia tak bisa lepas daripadaKu.



Wujud semesta Tuhan hanya dapat dilihat oleh orang-orang yang paling beruntung, dalam penjelmaanya, dialah Arjuna kenapa? karena Arjuna sendiri telah diberkati mata bathin, mata pengelihatan rohani oleh kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Krsna. Kejadian ini terjadi pada akhir dua para yuga di tempat yang suci tempat perziarahan para rsi-rsi agung, para dewa di medan perang kuruksetra kurang lebih 5.100 tahun yang silam.

Kenapa harus Arjuna dan bukan kakaknya Yudistira (Dharmawangsa) seorang titisan dharma yang tidak pernah berbuat kesalahan? Ya ini sesuatu yang sudah ada dalam rencana Tuhan dan tentu sesuai dengan karma wasana seorang Arjuna.

Disamping seorang ksatria perkasa yang hebat berbudi luhur beliau juga seorang murid yang paling cerdas, paling hormat, paling setia dan paling menyayangi saudara-saudaranya, kerabatnya, kakeknya, gurunya dan sebagainya dan yang paling menonjol dari seorang Arjuna adalah beliau tentu sebagai abdi yang agung dan murid lansung Sri Krsna. Bahkan rsi agung yang sekaligus juga kakek kesayangannya sebelum pecah perang sempat berucap dengan nada tanya kepada dewata kenapa aku Bhisma dan bukan Arjuna?

Nah sekarang kita ada dalam zaman yang berbeda, zaman kemerosotan tentu tidak mungkin dapat melihat Tuhan secara langsung bahkan untuk melihat para leluhur yang suci dan para dewa sekalipun tidaklah mungkin karena kesucian, pengabdian, bhakti dan penyerahan diri kita yang kian merosot disamping juga factor penurunan kualitas alam dan lingkungan yang semakin parah.

Kemudian apakah kita lalu jauh dari Tuhan bahkan sangat jauh? Jawabnya tentu bisa ya dan bisa tidak. Tuhan itu jauh ketika seseorang belum bangkit kesadarannya akan sang diri, menganggap dirinya adalah badanya atau yang biasa disebut dengan masih menganut faham badan. Biasanya para penganut faham ini mengorbankan mahluk lain demi kepentingan badanya sendiri atas nama kesehatan dan gizi bahkan kadang-kadang hanya sekedar untuk sebuah kesenangan indria semata merupakan hal yang biasa-biasa saja.

Lalu apakah ini salah? Lagi-lagi jawabanya bisa ya dan bisa tidak, tentu akan dijawab tidak bagi yang masih menganut faham badan itu. Namun hal ini tidaklah terlalu penting untuk diperdebatkan karena hanya akan menguras energi sia-sia, namun yang paling baik barangkali mari direnungkan saja karena dari perenungan-perenungan itulah mudah-mudahan akan muncul jawabanya.

Tuhan telah menurunkan pengetahuan suci multidimensional Srimad Bhagavad Gita untuk mengatasi segala problematika hidup dan kehidupan umat manusia baik dimasa lalu, masa kini maupun dimasa yang akan datang.

Tentu sangat mungkin Srimad Bhagavad Gita adalah kitab suci yang paling banyak diminati dan dimiliki oleh penganut hindu di dimanapun dia berada jika dibandingkan dengan kepemilikan veda-veda yang lain seperti rig, yayur, atharva, sama veda dan kitab-kitab yang lain, bahkan diluar penganut hindu.

Namun sangat mungkin juga masih sedikit orang yang sudah tersadarkan olehnya, kenapa? karena mutiara-mutiara yang terkandung dalam Bhagavad Gita yang merupakan intisari ajaran dari veda-veda belum digali, belum dimaknai dan belum diterapkan secara utuh dalam kehidupan kesehariannya artinya ini masih setengah-setengah.

Sebagai contoh sederhana Sri Krsna yang maha berkarunia telah menasehati kita semua melalui sabda Beliau bahwa hendaknya pengetahuan rohani ini (bhagavad gita) dipelajari melalui garis-garis perguruan rohani (param-para) dan hal ini sudah diterapkan sejak masa yang silam ketika pengetahuan ini pertama kali diajarkan Beliau kepada Vivasvan (dewa matahari) kemudian Dewa Matahari mengajarkan pengetahuan rohani ini kepada Manu ayah leluhur manusia dan manu mengajarkannya kepada Ikswaku demikian seterusnya dan seterusnya sampai sekarang, ini artinya bahwa sangat sulit mendalami Bhagavad Gita tanpa melalui garis-garis perguruan rohani.

Ini adalah suatu kebenaran dan jika ada yang tidak sependapat dengan sabda ini maka secara langsung yang bersangkutan tidak sependapat dengan Tuhan Sri Krsna.

Srimad Bhagavad Gita mengajarkan kepada kita semua untuk membangkitkan kesadaran diri bahwa jati diri kita adalah sang roh atau atman yang merupakan percikan terkecil dari paramatman (Tuhan) itu sendiri yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan Tuhan, bukan badan ini, ya sang roh yang berada di setiap mahluk hidup tidak pernah mati walau sang badan hancur jadi debu.

Jika inti sang roh yang bersemayam dalam semua ciptaan adalah tunggal maka kita sama dengan mahluk lain tidak ada bedanya. Yang berbeda adalah badan dan sekali lagi bukan sang diri tetapi sang badan.

Kita sama dengan mereka dan mereka sama dengan kita yang dalam ajaran adiluhung dan universal disebut dengan tatvamasi maka setiap kita melihat sesama dan mahluk lain, tetumbuhan dan lain-lain berarti secara pasti dan benar kita telah melihat Tuhan.

Dia yang melihat Aku dimana-mana dan melihat segalanya ada padaKu, Aku tak bisa lepas daripadanya dan dia tak bisa lepas daripadaKu.

Jika apa yang kita lihat kita saksikan kita rasakan dan sebagainya semata-mata adalah aspek ilahi maka Tuhan selalu ada pada kita dan kita ada pada Beliau.

Itulah kesadaran dimana semua planit beserta isinya ini saling berkaitan karena rohnya berasal dari inti yang satu, maka kebiasaan mengorbankan yang lain, menyakiti yang lain untuk kepentingan badan merupakan ketidak sesuaian dari ajaran Bhagavad Gita.

Jika kita cermati lagi sloka diawal maka proses pembelajaran, pendekatan, bhakti, pengabdian, pelayanan dan seterusnya menuju kebangkitan, kesempurnaan dan kesadaran diri mestinya terus diupayakan agar kita mampu melihat Tuhan dalam segala bentuk. Sehingga hubungan cinta kasih rohani selalu memayungi semua mahluk, dengan demikian kedamaian, ketentraman dan alam terjaga keberadaanya dengan baik. kalau sudah demikian kita tidak terlepas dari Beliau dan Beliau juga demikian adanya, maka kemanapun kita melangkah tidak akan pernah ragu apalagi takut karena Tuhan sudah berjanji Aku tidak bisa lepas daripadanya.



Semoga semua mahluk berbahagia

Om Namo Bhagavate Vasudeva ya

Tidak ada komentar: