Kamis, 18 Juni 2009

Mari kita perbaiki kekeliruan

ARTIKEL KIRIMAN BHAKTA DI LAMPUNG
Mari kita perbaiki kekeliruan
Oleh: i wayan wisanta

ye’py anya-devata-bhakta
yajante sraddhayanvitah,
te’pi mam eva kaunteya
yajanty avidhi-purvakam
Bhg. 9.23

Bahkan mereka (para bhakta) yang memuja para dewa lain, dengan penuh keyakinan, sesungguhnya juga memuja Aku, wahai putra Kunti (Arjuna), walau sebenarnya tidak menurut hukum yang diajarkan (ditetapkan).

Demikian kebenaran yang disabdakan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Krsna kepada bhaktaNya Arjuna. Apapun yang disabdakan Tuhan adalah suatu kebenaran sejati, dan kebenaran itu tetaplah sebuah kebenaran.
Lalu apakah memuja hanya para dewa itu merupakan suatu ketidak benaran? jawabnya tegas tidak. Didalam menjalankan aktifitas rohani dan budaya beragama tidak berlaku hitung-hitungan matematis atau hukum yang saklek seperti ya atau tidak, benar atau salah. Artinya semua cara dan tradisi boleh dilakukan, tidak ada larangan apalagi paksaan, semuanya dibenarkan.
Seperti suku-suku pedalaman misalnya, barangkali ada yang merasa cukup puas hanya sebatas memuja para leluhur mereka saja dan itu juga tidak salah.
Yang paling penting adalah bagaimana melaksanakanya dan bagaimana spiritnya, tentu dengan keyakinan yang mantap dan menghasilkan kebaikan baik pelaku maupun lingkunganya.
Kita ambil contoh yang lain seperti putra kesayangan raja Alengka Rahwana Megananda atau yang biasa dipanggil Indrajita karena kesaktiannya pernah mengalahkan dewa Indra dalam satu pertempuran sengit. Indrajit adalah pemuja dewi Kali yang sangat taat maka beliau juga mendapatkan berkah kesaktian yang luar biasa darinya, sampai-sampai para dewa kalang-kabut dibuatnya.
Lalu pertanyaannya adalah pengetahuan rohani apa yang dapat kita serap dengan sabda Tuhan diatas? ya……minimal kita diingatkan dibangkitkan kesadaranya untuk mulai meningkatkan pemahaman ajaran agama dengan baik berdasarkan tatwa melalui guru sadu dan sastra agar pengetahuan (jnana) kita semakin hari semakin mantap di jalan spiritual.

Yang paling penting disini yang harus disadari dan difahami oleh kita semua bahwa para dewa-dewi bukanlah Tuhan melainkan tenaga-tenaga administrator dari Tuhan yang ditugaskan Tuhan untuk menyediakan dan memenuhi segala kebutuhan hidup semua mahluk terutama kebutuhan material seperti menyediakan hujan, mengatur iklim yang baik, menyediakan sinar matahari yang cukup dan sebagainya agar tetumbuhan bisa hidup dan bertumbuh dengan subur, guna memenuhi kebutuhan dasar hidup dan kehidupan semua mahluk.
Para dewa tiada lain adalah pembantu-pembantu Tuhan, jika para pembantu-pembantu Tuhan dipuja dan dihaturkan persembahan maka pada hakekatnya adalah memuja Tuhan juga, namun cara ini dalam Bhagavad Gita dinyatakan tidak sesuai dengan hukum yang diajarkan atau ditetapkan sesuai sloka diatas.
Sama seperti dalam kehidupan material, presiden misalnya kita ibaratkan Tuhan dan para menteri atau pembantu-pembantu presiden itu kita ibaratkan para dewa.
Jika para menteri itu kita layani dan berikan penghormatan yang tinggi sementara presidennya tidak, pasti terjadi rasa tidak enak atau ewuh-pakewuh istilah jawanya di kalangan para pembantunya itu, demikian juga ada rasa ketidak nyamanan di hati presidennya sendiri walaupun pada hakekatnya hal itu dalam rangka menghormati presiden juga sebagai bosnya, karena cara itu kurang tepat.
Yang lebih ideal barangkali adalah presidennya yang utama dihormati baru kemudian para pembantunya, maka para pembantunya pasti senang dan merasa terhormat juga, sebaliknya jika presidennya tidak dihormati sebagaimana mestinya maka para pembantunya pasti marah atau minimal kecewa.
Demikian juga jika kita memuja Tuhan sebagai entitas yang tertinggi, menghaturkan persembahan-persembahan suci kepada Beliau, melayani Beliau dengan semangat bhakti yang tulus dan iklas lalu prasadamnya kita persembahkan kembali kepada para dewa, selaku pembantu-pembantu Beliau sebelum kita santap, maka para dewa akan senang dan terpuaskan, jadi jangan dibalik-balik.
Jika para dewa terpuaskan maka beliau pasti memberikan berkah dan karunia kepada semua ciptaan, dan jika karunia melimpah pada semua mahluk maka kesejahteraan lahir dan batin pasti menyelimuti kehidupan ini, dan jika ini yang terjadi maka damailah planit bumi ini, jika planit ini damai maka kehidupan yang kekal di planit yang lain yang lebih tinggi kedudukannya senantiasa menantikan.
Intinya adalah kerjasama yang harmonis harus dibangun antara para dewa dengan manusia untuk memuaskan Tuhan semata-mata, karena para dewa juga adalah para pemuja Tuhan, bahkan para dewa ingin turun menjelma ke dunia ini mengambil wujud manusia agar mendapatkan kesempatan memberikan pelayanan bhakti kepada Tuhan.

Nah tradisi kita di Bali pada khususnya dan Indonesia umumnya lebih terkonsentrasi pada persembahan bukan kepada Tuhan langsung, seperti ritual pecaruan yang kadang-kadang memerlukan bahan-bahan dan satwa yang relative mahal bahkan agak susah didapatkan, sedangkan untuk persembahan kepada Tuhan sendiri relative lebih murah dan bahan-bahannya sangat mudah didapatkan karena ada dan tumbuh di sekitar kita seperti beraneka bunga, buah-buahan, biji-bijian, air, aneka kueh dan sebagainya.
Di masa-masa yang akan datang hal ini tentu dapat menimbulkan masalah karena keberadaan satwa-satwa untuk kebutuhan pecaruan akan semakin sulit didapatkan apalagi ada yang termasuk satwa langka yang dilindungi undang-undang Negara.
Untuk itu perlu dipikirkan jalan keluarnya dari sekarang. Upayakan selalu dialog secara terus-menerus melibatkan para brahmana, parisada, para intlektual, generasi muda dan semua pihak dengan mengacu kepada kitab suci veda sebagai acuan yang tertinggi.
Jadi kalau kita semua sudah sepakat untuk mengacu kepada yang tertinggi yaitu kitab suci veda, maka apapun kesepakatanya saya kira tidak ada yang menolak.
Untuk itu sekali lagi mari kita renungkan sabda Tuhan diatas

Bahkan mereka (para bhakta) yang memuja para dewa lain, dengan penuh keyakinan, sesungguhnya juga memuja Aku, wahai putra Kunti (Arjuna), walau sebenarnya tidak menurut hukum yang diajarkan (ditetapkan).

Om Namo Bhagavate Vasudeva ya

Tidak ada komentar: