Selasa, 25 Januari 2011

SRIMAD BHAGAVAD GITA ,Pergi dan tak kembali

Pergi dan tak kembali

na tad bhasayate suryo
na sasanko na pavakah
yad gatva na nivartante
tad dhama paramam mama
Bhg. 15.6
Tempat itu tidak disinari oleh matahari, bulan maupun api, ke tempat itulah seseorang akan pergi dan tidak kembali, itulah tempatKu yang tertinggi.
 
Seperti itu Krsna memberi gambaran kepada putra Kunti tentang tempat kediaman Beliau yang tertinggi di kerajaan rohani, dimana tempat itu bukan saja tidak ada tetapi tidak perlu penerangan baik oleh matahari, bintang, bulan, api dan sebagainya. Tetapi bukan berarti disana penuh dengan kegelapan, kekosongan, kesunyian dan sebagainya. Tempat tinggal Tuhan Sri Krsna Goloka Vrindavana adalah planit rohani yang senantiasa bercahaya, dan semua cahahaya yang ada di planit material ini adalah pantulan dari cahaya planit rohani, disana tempat tinggal Tuhan Sri Krsna dengan para pelayan setia Beliau seperti para Gopi, para Laksmi, Surabi dan sebagainya. Disanalah tempat kebahagiaan rohani yang paling hakiki sebagai tujuan hidup tertinggi semua kehidupan.
Tuhan dengan sifat maha kasihNya tentu ingin menyelamatkan dan selalu mengarahkan semua anak-anakNya untuk bisa kembali pulang ke tempat tinggal Beliau yang kekal itu.
Untuk itulah kita sebagai anak-anak Tuhan sama seperti kita sebagai anak-anak dari orang tua kita tidak boleh bandel, tidak boleh melawan perintah, tidak boleh bertindak atas kemauan sendiri dan seterusnya.
Sebagai anak sudah semestinyalah kita patuh dan menuruti kemauannya karena semua orang tua pasti mengarahkan anak-anaknya menuju kebaikan, apalagi kepada ayah kita yang sejati Tuhan Yang Maha Kuasa. Untuk bisa mencapai Tuhan di Goloka Vrindavana tentu bukanlah hal yang gampang, melalui proses yang sangat panjang, mengalami ribuan bahkan jutaan kali penjelmaan, mengalami banyak sekali proses penggantian badan material, dalam sastra disebutkan ada 8.400.000 jenis kehidupan di alam semesta ini. Mungkin kita dalam penjelmaan sebelumnya pernah menjadi pohon, pernah menjadi cacing, pernah menjadi virus, pernah menjadi burung, pernah menjadi ikan dan sebagainya yang semua itu tidak pernah kita mampu mengingatnya, Sri Bhagavan bersabda: banyak kelahiranKu dimasa lalu demikian juga kelahiranmu Arjuna, semuanya ini Aku mengetahuinya tetapi engkau sendiri tidak wahai Arjuna (bhg. iv.5).
Dan sangat beruntung sekali pada penjelmaan sekarang ini lahir menjadi manusia yang mempunyai kesempatan paling besar untuk bisa kembali pulang ke kerajaan rohani Tuhan jika dibandingkan dengan mahluk lain. Maka dari itu sangat disayangkan jika kesempatan emas ini disia-siakan begitu saja, jika Tuhan mengarahkan semua anak-anakNya kembali pulang ke dunia rohani maka usahakanlah untuk bisa pulang kesana, karena Tuhan sudah menyediakan sarana untuk memudahkan manusia mencapai tujuan itu ditengah-tengah kekuatan maya yang teramat sangat kuat mencengkram manusia pada era kaliyuga ini. Salah satu sarana itu dan merupakan yang paling gampang, paling murah, paling aman dan tentu paling tinggi kualitasnya adalah nama smaranam memuji nama Beliau, mengagungkan nama Beliau, menyebut nama Beliau, memanggil nama Beliau bisa dalam bentuk japa maupun sankirtanam, diantara maharsi Aku adalah Bhrgu, diantara ucapan suci Aku adalah Omkara, diantara yajna Aku adalah japa, diantara benda-benda yang tidak bergerak Aku adalah Himalaya demikian Sri Krsna (bhg. x.25). Dengan demikian maka mengidungkan, menyanyikan, mengumandangkan, mengucapkan nama suci Krsna harus mendapatkan porsi lebih bahkan porsi yang paling utama diantara aktifitas rohani yang lain dalam mengarungi kaliyuga ini menuju proses dan upaya penyelamatkan kehidupan
Di dalam Brhan-naradiya purana (38.126) disebutkan: harer nama harer nama harer nama eva kevalam kalau nasty eva nasty eva nasty eva gatir anyata yang artinya pada zaman kali (kaliyuga) tidak ada cara lain, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain untuk mencapai kehidupan spiritual selain mengucapkan, menyanyikan/menggetarkan nama suci nama suci nama suci Sri Hari,  Sri Hari adalah nama lain dari Sri Krsna atau Sri Visnu.
Ini kesempatan yang sangat baik dan harus disyukuri oleh umat manusia khususnya para penganut weda pada era kemerosotan ini untuk mulai menekuni aktifitas kerohanian melalui sankirtanam ini, ini tentu tidak sama dengan kebiasaan kita selama ini dalam melantunkan kidung-kidung suci seperti warga sari, kekawin, geguritan dan sebagainya. Namasankirtanam lebih menekankan pada aspek pengulangan nama suci Tuhan.
Tentu memerlukan waktu panjang dan sosialisasi yang baik kepada masyarakat kita dari para tokoh-tokoh hindu nusantara tentunya agar aktifitas sankirtanam ini pelan-pelan dapat diterima oleh umat dan betul-betul dirasakan sebagai suatu kebutuhan rohani yang mendasar karena memang jelas sumbernya dari kitab suci, sehingga setiap melaksanakan upacara yadnya apapun bentuknya tidak terlepas dari aktifitas sankirtanam disamping kekidungan yang sudah berjalan dengan baik selama ini. Ini juga moment yang baik untuk menghilangkan kesan yang kuat di masyarakat selama ini bahwa sankirtanam adalah miliknya kelompok sampradaya tertentu sehingga diluar itu dianggap kurang pantas atau nyeleneh atau tidak sesuai dengan budaya lokal, padahal sankirtanam adalah tradisi weda yang memang bersumber dari kitab suci weda dan apapun yang bersumber dari weda pasti tidak bertentangan dengan yang lain.  
Sebenarnya kita mempunyai moment yang baik untuk mengenalkan dan mensosialisasikan sankirtanam ini seperti even-even besar sekelas utsawa dharma gita itu, jika menggetarkan sloka-sloka atau mantram-mantram weda saja kita lombakan apalagi menggetarkan atau menyanyikan nama-nama suci Tuhan, pada saat upacara pujawali, perayaan hari-hari suci dan sebagainya atau bisa disebarkan dalam bentuk kaset, atau dalam mimbar-mimbar penyiaran baik di tv, radio dan sebagainya sehingga getaran-getaran suara rohani semakin akrab ditelinga umat kita. Nah dengan sankirtanam yang juga biasa disebut dengan sankirtanam maha yagya, dan juga dengan aktifitas berjapa sebenarnya ini proses pemurnian dan pensuci jiwa, mengikis reaksi-reaksi dosa yang barangkali sudah tebal melekat pada diri kita, sehingga memudahkan sang diri (roh) dalam proses pendakian menuju tempat Tuhan yang tertinggi yang tidak disinari oleh matahari, bulan maupun api dan tidak akan kembali lagi seperti dalam sloka diawal.
Semoga Krsna masih memberikan waktu kepada kita semua untuk dapat melaksanakan bhaktiyoga dalam mempersiapkan diri pulang ke tempat Beliau dan tak akan pernah kembali lagi.
 
Om Namo Bhagavate Vasudeva ya
 

Tidak ada komentar: